Pengamat Sebut Gibran Emosional, Bajo Seperti Orang Curhat

Konten Media Partner
7 November 2020 21:05 WIB
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Dua paslon Wali Kota Solo dan Wakil Wali Kota Solo saat mengikuti debat Pilkada 2020 kemarin malam, Jumat (06/11)
zoom-in-whitePerbesar
Dua paslon Wali Kota Solo dan Wakil Wali Kota Solo saat mengikuti debat Pilkada 2020 kemarin malam, Jumat (06/11)
ADVERTISEMENT
SOLO - Dua paslon Wali Kota Solo dan Wakil Wali Kota Solo telah melakoni debat Pilkada tahap pertama. Dua jam kedua paslon memaparkan program kerja mereka untuk Kota Solo lima tahun ke depan. Kedua paslon yang baru terjun ke dunia politik itu mendapat sorotan dari Dosen Hukum Tata Negara, Fakultas Hukum, Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo, Agus Riewanto.
ADVERTISEMENT
Menurut Agus, kedua paslon memiliki gaya bicara yang berbeda. Ia menilai, dari materi debat yang disampaikan kemarin malam, Gibran lebih unggul dari pada paslon nomor urut 02, Bagyo Wahyono dan FX Supardjo.
"Kalau dilihat dari materi yang disampaikan, kemudian gestur, persuasi, meyakinkan pemilih Gibran lebih tinggi daripada Bajo," jelas Agus, Sabtu (07/11).
Menurutnya, putra sulung Presiden Jokowi itu masih sangat emosional dalam penyampaiannya bahkan Gibran dinilai makin kurang tenang.
"Kelihatan sangat emosional belum tenang, masih terkesan tergesa-gesa, enggak runtut dan tidak sistematis," ucapnya.
Meski unggul dalam penyampaian materi, Agus mengungkapkan kedalaman materi yang disampaikan oleh Gibran masih belum memdalam, termasuk masalah konkret di Kota Solo.
"Catatan saya materi dan kedalamannya memang kesan di permukaan dan belum mendalam. Keduanya belum ada masalah makro di Kota Solo, termasuk masalah yang konkret," terangnya.
ADVERTISEMENT
Sementara itu, dari pihak lawan, Bajo yang tidak mempunyai background politik serta pendatang baru dalam dunia politik dinilai seperti orang curhat.
"Seperti orang curhat, seperti rakyat mencurahkan sesuatu. Tidak ada aspek persuasi atau mempengaruhi. Dia lupa bahwa dia pemimpin politik, sehingga pemikirannya harus berbeda dari orang biasa, tidak bisa mempengaruhi dan meyakinkan pemilih bahwa dia mampu untuk kemajuan Kota Solo," ungkapnya.
Secara keseluruhan, Agus menuturkan jika kedua paslon kurang jago dalam menyampaikan artikulasi karena memang tidak mempunyai background politikus.
"Sehingga di panggung politik masih terlihat grogi, ada nervous-nya. Bacaan saya ini momentum belajar di panggung politik," tutupnya. (Tara Wahyu)