Peringati Wafatnya Didi Kempot, Seniman Solo Kenang Perjuangan Almarhum

Konten Media Partner
5 Mei 2022 15:53 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Sejumlah seniman menggelar aksi peringatan 2 tahun wafatnya maestro campursari Didi Kempot di Ngarsopuro, Solo, Kamis (05/05/2022). FOTO: Fernando Fitusia
zoom-in-whitePerbesar
Sejumlah seniman menggelar aksi peringatan 2 tahun wafatnya maestro campursari Didi Kempot di Ngarsopuro, Solo, Kamis (05/05/2022). FOTO: Fernando Fitusia
ADVERTISEMENT
SOLO - Maestro campursari, Didi Kempot, tepat 2 tahun wafat pada Kamis (05/05/2022). Sejumlah seniman sekaligus mantan pengamen pun menggelar aksi di perempatan Ngarsopuro, Solo untuk mengenang kepergian almarhum.
ADVERTISEMENT
Selain berdoa bersama, para seniman itu juga menyanyikan lagu-lagu karya almarhum Didi Kempot.
“Ini untuk memperingati 2 tahun kepergian sahabat kita, almarhum Mas Didi Kempot. Mas Didi bagi saya adalah seorang sahabat, senior, sekaligus guru besar di dunia musik jalanan. Bukan musik campursari,” terang salah seorang peserta aksi, Dimas Pras Kalimanjaru (51).
Dimas adalah sahabat Didi Kempot sewaktu masih mengamen di jalanan Kota Solo.
“Dulu pernah kerja sama, pernah main bareng, istilahnya babat alas. Tahun 1980-an ke atas. Tapi kami sempat break nggak komunikasi lagi.”
Dimas lantas memilih bekerja. “Mas Didi nerusin di blantika musik,” katanya.
Dimas pun terkenang perjuangannya selama mengamen bersama Didi Kempot, puluhan tahun silam. Ia mengaku, kala itu bertugas mengumpulkan uang hasil mengamen menggunakan botol air mineral bekas.
ADVERTISEMENT
“Kami beda grup. Tapi kalau sesama pengamen kan saling gabung, saling ngobrol. Dulu saya hanya sebagai muter gelas (botol), Mas Didi yang nyanyi dan gitar. Waktu itu karena saya masih kecil,” kenang Dimas.
Seniman mengenang sosok Didi Kempot sebagai sahabat, senior sekaligus guru. FOTO: Fernando Fitusia
Selama mengamen, Didi Kempot sering memakai baju lurik dan celana longgar.
“Celananya biasanya agak panjang kombor-kombor kayak karung goni. Lalu waktu ngamen pakai topi. Blangkon itu waktu syuting saja di panggung-panggung,” bebernya.
Dalam sehari, penghasilan mereka terbilang pas-pasan. Hanya cukup untuk makan sehari-hari.
“Waktu makan nasi bandeng aja 1 bungkus kadang bisa buat berdua, bertiga. Ngamen dapat uang untuk makan, ayo makan nasi bandeng. Pokoknya secukupnya, dimakan bareng,” imbuh Dimas.
Dimas mengatakan, saat mengamen Didi Kempot selalu membawakan lagu Jawa. Bukan campursari.
ADVERTISEMENT
“Jadi lagu Jawa tapi Jawa yang jenaka. Contohnya seperti Senthir Lenga Patra, Prawan Randa Padha Wae dan Rakiyem. Dulu belum ada campursari.”
Ia pun mengakui, tekad almarhum untuk berkembang sedemikian kuat. “Dia memang ingin membuktikan bahwa dia itu mampu. Ternyata dia bener-bener mampu jadi penyanyi internasional,” kata Dimas.
(Fernando Fitusia)