Konten Media Partner

SD Negeri Tugu Jebres Ajak Siswa Cintai Budaya Jawa

23 Agustus 2019 2:35 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
 Siswa SD Negeri Tugu, Jebres, Surakarta menggambar di halaman sekolahnya (Tara Wahyu)
zoom-in-whitePerbesar
Siswa SD Negeri Tugu, Jebres, Surakarta menggambar di halaman sekolahnya (Tara Wahyu)
ADVERTISEMENT
SURAKARTA - 185 siswa SD Negeri Tugu, Jebres, Surakarta menggambar dan memainkan karawitan di halaman sekolahnya, hal iu dilakuaman dalam meyambut Solo Gamelan Festival Surakarta 2019. Siswa yang terdiri dari kelas 1-6 SD itu juga menggambar diatas lantai halaman sekolah.
ADVERTISEMENT
Berkolaborasi dengan Komunikota Visual, Siswa mulai menggambar kesukaaam masing-masing menggunakan kapur yang sudah disediakan guru. Selanjutnya yang memainkan gamelan dari kelas 6 SD yang sudah mengikuti ekstrakulikuler karawitan.
"Kita berkolaborasi dengan Komunikota Visual untuk membuat kegitan yang mendekati Solo Gamelan Festival. Selain itu, kami juga ingin memperkenalakan anak tentang budaya Jawa." ungkap Kepala sekolah SD Negeri Tugu, Didit rudi endar widyatmojo.
Siswa SD Negeri Tugu, Jebres, Surakarta bermain gamelan di halaman sekolahnya (Tara Wahyu)
Menurut Didit, selama ini anak-anak terpaku dengan penggunaan smartphone dan mulai tidak menghiraukan kebudayaan sendiri salah satunya Karawitan. Untuk itu, ia ingin memeperkenalkan gamelan jawa kepada generasi sekarang.
Karawitan sendiri sudah menjadi bagian di SD Negeri Tugu, sebelum ditinggal pengajarnya yang harus bertugas di Karanganyar. Menurut Didit, minat siswanya terhadap gamelan dan menggambar sangat tinggi hanya saja kurangnya pengajar yang membimbingnya. Ditambah lagi, sudah satu tahun karawitan berhenti.
ADVERTISEMENT
"Sudah setahun guru karawitan dipindah tugaskan ke Kabupaten Karanganyar, untuk sementara pengajarnya masih kosong. Dibantu guru tari yang sedikit tahu tentang karawitan." Ujarnya.
Sebab, hingga saat ini ia mengakui masih susah untuk mencari guru karawitan karena tersendat peraturan pemerintah. pasalnya, sekolah tidak boleh mengambil guru honor dan itu membuat sekolah negeri tidak maju, untuk berkembangpun tidak semudah sekolah swasta.
(Tara Wahyu)