Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.98.2
ADVERTISEMENT

SOLO - Tim KKN Universitas Sebelas Maret (UNS) di Kabupaten Boyolali, Provinsi Jawa Tengah, ajak masyarakat mengetahui lebih dalam tentang penggunaan pangan yang beragam melalui Sosialisasi Diversifikasi Pangan pada Selasa (18/02) bertempat di Balai Desa Pelemrejo, Andong, Boyolali.
ADVERTISEMENT
Acara resmi dibuka lalu dilanjutkan dengan sambutan dari Sekretaris Desa, Puguh. Kegiatan sosialisasi yang diinisiasi oleh Tim KKN UNS Boyolali ini menghadirkan praktisi dari bidang teknologi pangan yaitu Amira Hanin Nafi’ah.
Diversifikasi pangan menjadi perhatian khusus terutama pada masa kepemimpinan Jokowi-JK. Terdapat beberapa alasan mengapa diversifikasi pangan harus dilakukan. Salah satunya disampaikan langsung oleh Amirahanin Nafi’ah, praktisi bidang teknologi pangan.
“Pentingnya mendukung ketahanan pangan di Indonesia menjadi salah satu alasan mengapa masyarakat harus melakukan diversifikasi pangan. Beberapa alasan lainnya seperti menurunkan tingkat konsumsi beras, menekan angka impor beras, dan melestarikan pangan lokal juga menjadi hal yang harus diperhatikan,” ujarnya.
Menurut Amirahanin Nafi’ah ada beberapa kendala dalam pengembangan diversifikasi pangan antara lain, pangan non-beras dan komoditas pangan non-beras yang tidak siap untuk dikonsumsi secara langsung.
ADVERTISEMENT
“Tingkat konsumsi pangan non-beras berkurang seiring meningkatnya pendapatan masyarakat. Kebanyakan orang memandang bahwa beras mempunyai status yang lebih “tinggi” dari pada jagung dan umbi-umbian. Selain itu, kebanyakan pangan non-beras tidak siap untuk dikonsumsi secara langsung. Harus diolah dulu,” jelasnya.
Amirahanin Nafi’ah selaku praktisi di bidang teknologi pangan juga menyinggung mengenai pemanfaatan jagung yang kurang maksimal. Jagung sendiri merupakan komoditas pertanian terbesar kedua setelah padi di Desa Pelemrejo, Andong, Boyolali.
“Jika jagung hasil panen di olah menjadi produk seperti tepung jagung, mie jagung, atau beras analog akan meningkatkan nilai jual sampai 4 kali lipat dibandingkan jika dijual langsung,” imbuhnya.
Menjelang akhir acara, masyarakat Desa Pelemrejo, Andong, Boyolali, ditunjukkan video mengenai pembuatan beras analog atau beras cerdas dengan harapan bisa menjadi gambaran untuk pengembangan produk jagung di desa setempat.
ADVERTISEMENT
(InggitYosih P)