Tradisi Malam Satu Suro Kota Solo: Ritual Tapa Bisu yang Amat Khusyuk

Konten Media Partner
1 September 2019 8:54 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Pelaksanaan malam Satu Suro di Kota Solo (Agung Santoso)
zoom-in-whitePerbesar
Pelaksanaan malam Satu Suro di Kota Solo (Agung Santoso)
ADVERTISEMENT
SOLO - Tradisi tahunan peringatan malam Satu Suro atau malam Tahun Baru Islam kembali digelar di Kota Solo, Jawa Tengah, Sabtu (31/08). Tahun ini, dilaksanakan prosesi berjalan membisu (Tapa Bisu) sekaligus kirab pusaka yang dimulai dari Pura Mangkunagaran.
ADVERTISEMENT
Dari pantauan di lokasi, prosesi kirab ini diikuti para pejabat Pura Mangkunagaran yang terdiri dari ratusan abdi dalem dan keluarga Pura Mangkunagaran di depan Pendapa Agung. Masyarakat tampak antusias menanti dilaksanakannya prosesi budaya Jawa ini.
Seperti biasa, prosesi kirab dipimpin oleh GPH Bre Cakrahutama Wira Sudjiwo, SH sebagai cucuk lampah (Pemimpin Kirab).
Selanjutnya, dengan mengenakan pakaian adat Jawa berupa beskap dan kebaya warna hitam, ratusan peserta kirab Tapa Bisu mengelilingi Pura Mangkunagaran tanpa alas kaki. Sejumlah pusaka milik kraton juga ikut diarak dalam kegiatan ini.
Rute kirab melalui Jalan Ronggowarsito, Jalan Kartini, Jalan RM Said, Jalan Teuku Umar, lalu kembali ke Kompleks Pura Mangkunagaran. Sekretaris Panitia Kirab Mangkunagaran, Mas Ngabehi Wedono Joko Pramodyo, mengatakan bahwa ritual Tapa Bisu merupakan bentuk perenungan.
ADVERTISEMENT
Selain itu, Tapa Bisu juga menjadi wujud instropeksi diri dan laku prihatin untuk berkaca pada masa lalu, serta berharap segala sesuatu yang baik akan datang di masa mendatang.
"Ini perjalanan bulan mengitari bumi. Pada momen ini Pura Mangkunagaran menggelar Kirab Pusaka Dalem di mana kegiatan ini bukan hanya parade baris bebaris namum merupakan laku prihatin," jelasnya.
Di sela sela acara, Ketua Umum PKB, Muhaimin Iskandar alias Cak Imin, yang menyaksikan prosesi secara langsung, mengaku takjub dengan suasana khusyuk yang tercipta.
"Masyarakat begitu khusyuk mengikuti dan menyaksikan tanpa ada suara. Begitu tenang," ujar Cak Imin.
Dalam kesempatan yang sama, selain Cak Imin, tampak hadir juga Anggota DPR RI, Aria Bima; dan Mantan Panglima TNI, Gatot Nurmantyo.
ADVERTISEMENT
Kirab pusaka juga dihelat di Keraton Kasunanan. Namun, sedikit berbeda dengan yang digelar oleh Pura Mangkunagaran. Pada kirab itu, dihadirkan hewan kerbau yang disebut 'kebo bule atau biasa di sebut dengan nama 'kebo Kiai Slamet'.
Pengageng Parentah Karaton Surakarta, KGPH Dipokusumo, mengatakan bahwa 'kebo bule' dianggap sebagai lambang keselamatan dan ditempatkan di barisan paling depan. Kali ini, 'kebo bule' dikirab bersama pusaka karaton di tengah.
(Agung Santoso)