Konten Media Partner

Universitas Darussalam Gontor Dampingi UMKM Kembangkan Batik Tulis Lasem

5 September 2022 20:33 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Produk batik tulis Lasem di UMKM Batik Mustika Canting, Dusun Cikalan Karangturi RT 02 RW 05, Gudang Kapok, Lasem, Kabupaten Rembang. FOTO: Dok Istimewa
zoom-in-whitePerbesar
Produk batik tulis Lasem di UMKM Batik Mustika Canting, Dusun Cikalan Karangturi RT 02 RW 05, Gudang Kapok, Lasem, Kabupaten Rembang. FOTO: Dok Istimewa
ADVERTISEMENT
SOLO - Batik tulis menjadi salah satu ikon Lasem, Kabupaten Rembang. Berbeda dengan batik tulis wilayah lain, batik tulis Lasem memiliki khas dan ciri tersendiri yaitu warna merah darah ayam yang kabarnya tidak mudah ditiru oleh pembatik daerah lain.
ADVERTISEMENT
Dengan karakteristik warna yang mencolok serta ciri khas lain berupa perpaduan budaya Tionghoa dan budaya lokal masyarakat pesisir pantai utara, batik Lasem menjadi bagian dari kain batik warisan budaya yang tersebar di seluruh Indonesia. Sama halnya dengan kain batik lain, batik Lasem pun perlu dilestarikan sebagaimana pengakuan UNESCO terhadap batik sebagai warisan budaya dunia.
Lewat program Kemitraan Masyarakat Tahun 2022 yang diselenggarakan Universitas Darussalam Gontor dan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI, tim yang beranggotakan Aprilia Restuning Tunggal (Program Studi Hubungan Internasional, Universitas Darussalam Gontor), Kurniawati Dharmaningrum (Universitas Tunas Pembangunan) dan Rosa Nikmatul Fajri (Universitas Alma Ata Yogyakarta) pun mengikuti program pengabdian masyarakat untuk mengembangkan produksi dan pemasaran batik Lasem agar kian dikenal publik.
ADVERTISEMENT
Program yang diselenggarakan secara luring dan daring itu berlangsung di UMKM Batik Mustika Canting, Dusun Cikalan Karangturi RT 02 RW 05, Gudang Kapok, Lasem, Kabupaten Rembang.
Proses produksi batik tulis di UMKM Batik Mustika Canting, Dusun Cikalan Karangturi RT 02 RW 05, Gudang Kapok, Lasem, Kabupaten Rembang. FOTO: Dok Istimewa
“Kami mendapati beberapa kelemahan dalam pengembangan batik Lasem, di antaranya minimnya informasi teknologi yang diterima serta metode pemasaran yang digunakan masih tradisional. Sehingga hasil produksi tidak terdistribusi luas di luar masyarakat Lasem. Selain itu tidak banyak variasi produk yang dihasilkan,” jelas ketua tim pelaksana, Aprilia Restuning Tunggal.
Berangkat dari masalah tersebut, lanjut Aprilia, tim lalu menawarkan solusi untuk dilaksanakan bersama mitra. Di antaranya pelatihan dan transfer informasi teknologi dan ilmu untuk kelangsungan produksi batik dan konsep pemasaran digital (digital marketing) menggunakan aplikasi.
“Dengan kemajuan teknologi, masyarakat diberikan kemudahan dalam bertransaksi atau menjangkau pembeli secara online. Sistem pemasaran batik yang masih tradisional tentu mendapat perhatian serius, agar bisa mempertahankan kelangsungan bisnis tersebut.”
Proses produksi batik tulis di UMKM Batik Mustika Canting, Dusun Cikalan Karangturi RT 02 RW 05, Gudang Kapok, Lasem, Kabupaten Rembang. FOTO: Dok Istimewa
Tim pendampingan juga melakukan pembaruan (upgrading) produk, dengan menciptakan motif batik yang lebih modern dan mengusung tema atau nuansa budaya Indonesia atau dunia.
ADVERTISEMENT
“Selama ini produk batik Lasem masih monoton, hanya berupa kain jadi. Makanya perlu inovasi dan pengembangan sesuai kebutuhan pasar saat ini.”
Tim Kemitraan Masyarakat Tahun 2022 Universitas Darussalam Gontor berfoto bersama pengrajin batik tulis di Lasem. FOTO: Dok Istimewa
Tim juga membagi segmen pasar sesuai kualitas bahan atau klasifikasi produk, menjadi tipe A, tipe B dan tipe C sehingga sesuai kebutuhan pasar dan membantu konsumen menentukan kebutuhan mereka.
“Kami harap pendampingan ini bisa menjadikan produk batik Lasem dan UMKM Batik Mustika Canting berkembang ke arah yang lebih baik, karena berani melakukan perubahan besar dari sektor pemasaran, upgrading produk serta melakukan ekspansi pangsa pasar yang lebih luas demi mendapatkan banyak pembeli,” terang Aprilia.
(*)