Yayasan Lentera Solo, Rumah Bagi Anak Penderita HIV/AIDS

Konten Media Partner
16 Februari 2019 21:10 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Yayasan Lentera di Kompleks  Taman Makam Pahlawan Kusuma Bakti, Jurug, Solo. (Foto : Fernando Fitusia)
zoom-in-whitePerbesar
Yayasan Lentera di Kompleks Taman Makam Pahlawan Kusuma Bakti, Jurug, Solo. (Foto : Fernando Fitusia)
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
HIV/AIDS merupakan sebuah penyakit yang disebabkan oleh virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh pada manusia yang ditularkan melalui cairan dalam tubuh ataupun melalui sebuah jarum suntik. HIV/AIDS dapat menyerang terhadap manusia dewasa maupun terhadap anak-anak. Di Solo sendiri penderita HIV/AIDS dikutip dari kompas.com pada tanggal 16 Februari 2019 ada sebanyak 14 anak yang mengidap HIV/AIDS dan anak-anak tersebut terpaksa dikeluarkan dari sekolah. Untuk menampung anak-anak penderita HIV/AIDS tersebut, di Solo ada sebuah yayasan yang khusus untuk menampung anak-anak penderita HIV/AIDS, yaitu bernama Yayasan Lentera Solo.
ADVERTISEMENT
“Yayasan Lentera ini sudah ada sejak tahun 2012, tapi Yayasan Lentera masih belum dikenal oleh khalayak luas. Yayasan Lentera berdiri karena inisiatif dari 3 orang yaitu Kefas Jibrael Lumatefa, Yunus Prasetyo, dan Puger Mulyono. Jadi ini awal mulanya terbentuk karena banyaknya kasus anak yang banyak ditolak oleh keluarga karena positif menderita HIV aids,” tutur Kefas selaku pengelola Yayasan Lentera Solo.
Awal mulanya itu ada anak bernama MG dari Solo yang terkena HIV/Aids. Orang tuanya sudah meninggal, kemudian ia ditolak sama neneknya dan tidak mau mengasuh, kemudian kami bertiga kesana untuk menjemput MG dan lalu merawatnya, ujar Kefas.
Bangunan bagian belakang yayasan lentera yang sedang dibangun seiring dengan bertambahnya anak penderita HIV/AIDS di Surakarta. (foto : Fernando Fitusia)
“Kebetulan saya ini juga seorang “MK” Manajer Kasus, sehingga pekerjaan Manajer Kasus itu mendampingi teman-teman yang positif terkena HIV/AIDS. Kita juga sudah bekerja sama dengan beberapa rumah sakit terkait jika ada temuan kasus anak yang terjangkit HIV/AIDS untuk konfirmasi kepada Yayasan Lentera untuk memberikan konseling.
ADVERTISEMENT
Kasus pertama untuk Yayasan Lentera ialah MK dan kemudian semakin banyaknya temuan anak yang terjangkit HIV/AIDS mulai dari Solo, Boyolali, ucap Kefas. Ia memaparkan bahwa Yayasan Lentera mengalami masa-masa yang buruk sebelum sampai sekarang, ia di usir warga mualai dari daerah Kedung Lumbu, Laweyan, dan terakhir di tempat tetap Yayasan Lentera ada di Kompleks Makam Taman Pahlawan Kusuma Bakti, Jurug, Solo.
“Jadi yayasan ini sekarang menempati tanah dari pemkot kemudian diambil oleh Kementerian Sosial. Lalu untuk bangunannya sendiri mendapatkan bantuan CSR dari Lotte mart, Bangunan ini diresmikan oleh Lotte mart bersama anaknya Hari Tanoe yaitu Jessica, Anak dari Hary Tanoesoedibjo pada tanggal 14 Februari 2019 untuk lantai duanya dan Yayasan Lentera sendiri berdiri tahun 2014 dan diresmikan oleh Kementerian Sosial, Khofifah,” jelas Kefas.
ADVERTISEMENT
Aktivitas anak-anak pernderita HIV/AIDS yang sedang bermain-main dengan ditemani pengasuhnya. (Foto : Fernando Fitusia)
Yayasan Lentera Solo saat ini menampung 32 anak penderita HIV/AIDS, mulai dari usia 4 bulan sampai SMA dan semuanya yatim piatu yang terdiri dari anak penderita HIV/AIDS Soloraya. Yayasan Lentera juga mempekerjakan 10 orang pengasuh yang bertugas untuk pengasuk, mendidik serta mengurusi kebutuhan anak penderita HIV/AIDS.
“Jadi Yayasan Lentera ini adalah pertama kali di Indonesia yang menampung anak-anak penderita HIV/Aids, karena yang lain tidak berani. Jadi mereka itu kebanyakan korban kasus dari orang tua, penularan dari orang tua, bukan penyakit menular. Anak-anak disini kenapa terkena HIV karena ibunya tidak tahu HIV, melahirkannya normal kemudian diberikan ASI dari sang ibu sehingga penularannya disitu. Bisa saja dari semenjak dari kandungan terkena positif HIV, tetapi itu bila ada luka di plasenta, tetapi itupun kemungkinannya sangat jarang sekali. Karena virus itu tidak bisa tembus plasenta. Proses penularan paling tinggi itu ketika proses melahirkan normal, dan ketika melahirkan diberikan ASI dari Ibu yang positif terkena HIV, nah disitulah proses penularannya,” papar Kefas.
ADVERTISEMENT
Taman bermain yang ada di halaman depan Yayasan Lentera. (Foto : Fernando Fitusia)
Kefas berharap agar kedepannya anak-anak bisa sekolah dan tidak ada stigma negatif lagi dari masyarakat. “HIV itu penyakit menular tetapi tidak segampang itu menular, proses penularan HIV itu melalui hubungan seksual dan juga pengguna narkoba suntik. Di masyarakat informasi tentang HIV itu kadang keliru, mungkin yang menyampaikan juga salah dia tidak tahu. Pola pemikiran masyarakat disini harus dirubah. Jangan ada stigma negatif terhadap anak penderita HIV, kalau pengen tau tentang HIV harus cari informasi dengan orang yang benar. Jadi kalau masyarakat faham, mungkin stigma juga tidak ada. Jangan ada stigma negatif dan mendiskriminasi. Mereka itu tidak tahu apa apa !” terang Kefas. /Fernando Fitusia