Konten dari Pengguna

Kecerdasan Buatan untuk Kesehatan Indonesia, Sebuah Solusi atau Kontroversi

Bentara Narendra Sakti Surya Adi
Siswa SMA Citra Berkat
29 Januari 2024 18:45 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Bentara Narendra Sakti Surya Adi tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Pexels/ThisIsEngineering
zoom-in-whitePerbesar
Pexels/ThisIsEngineering
ADVERTISEMENT
Teknologi seringkali dikaitkan dengan inovasi terbaru. Berdasarkan informasi Siemens dan Tittenberger (2009), teknologi adalah sebuah cara mewujudkan pikiran dengan mendesain peralatan yang memudahkan kehidupan. Oleh karena itu, teknologi telah menjadi pendorong utama terjadinya perubahan dalam berbagai aspek kehidupan manusia. Pentingnya teknologi, membuatnya menjadi tak terhindarkan dalam kehidupan tak terkecuali di negara Indonesia. Jadi apakah teknologi itu sebuah hal yang baik?
Pexels/cottonbro studio
zoom-in-whitePerbesar
Pexels/cottonbro studio
Banyak yang berpikir bahwa teknologi itu adalah sebuah solusi. Tetapi terkadang teknologi justru akan menjadi kontroversi dan bisa merusak generasi-generasi bangsa kita. Contoh sederhana yang bisa kita rasakan yaitu AI atau Artificial Intelligence. AI adalah kecerdasan buatan yang bisa dengan mudah menyelesaikan banyak persoalan manusia, tidak terkecuali di bidang kesehatan, akan tetapi selain dari kehebatannya, maraknya penggunaan kecerdasan buatan juga memiliki dampak buruk bagi masyarakat Indonesia.
Pexels/energepic
Pada awalnya, karena kehebatan kecerdasan buatan, manusia bisa dengan mudah menjawab segala pertanyaan dalam bidang kesehatan. Hal ini memang wajar apabila digunakan untuk belajar atau mencari informasi. Tetapi lama-kelamaan hal ini menyebabkan ketergantungan dan berujung pada penyalahgunaan. Dokumen-dokumen atau pekerjaan resmi yang seharusnya mengutamakan orisinalitas sekarang diselipkan bantuan teknologi kecerdasan buatan. Hal ini tentunya bisa merusak citra dan menciptakan kontroversi mengenai profesionalitas dari masyarakat Indonesia.
ADVERTISEMENT
Selain dari itu, keberadaan kecerdasan buatan yang semakin canggih setiap tahunnya meningkatkan kekhawatiran di kalangan masyarakat. Hal ini sudah menjadi masalah umum karena kekhawatiran ini tidak hanya dirasakan oleh sektor kesehatan saja, tetapi hampir di semua sektor lainnya. Masalah yang menjadi kekhawatiran adalah kemungkinan pekerjaan manusia akan digantikan oleh kecerdasan buatan. Pekerjaan seperti perawat, administrasi, bahkan peracik obat memiliki kemungkinan kehilangan pekerjaan mereka karena keberadaan kecerdasan buatan.
Pexels/August de Richelieu
Tetapi kecerdasan buatan tidak selalu memberikan masalah kontroversial bagi masyarakat. Apabila potensi dari kecerdasan buatan dimaksimalkan ke arah yang positif, bisa menjadi sebuah solusi yang bahkan memiliki kemungkinan untuk mengubah suatu negara. Seperti pengembangan kecerdasan buatan tahun 2018 lalu, yaitu CekMata.com. Meski projek ini dilakukan oleh beberapa pemuda, akan tetapi hasilnya tidak bisa diremehkan. Pada dasarnya projek ini memiliki tujuan untuk mengecek penyakit katarak pada mata manusia dengan menggunakan kecerdasan buatan pada gawai pribadi. Hal ini didasari oleh fakta bahwa penderita katarak di Indonesia tidak bisa dikatakan sedikit. Berdasarkan data Kementerian Kesehatan saat ini ada sekitar 1 juta orang buta karena katarak. Hal ini berbanding terbalik dengan jumlah dokter mata di Indonesia yang jumlahnya hanya sekitar 2 ribu. Alat ini tentu membuat pengecekan katarak menjadi jauh lebih efisien dan bisa dilakukan dengan mudah oleh semua orang.
ADVERTISEMENT
Melihat pro dan kontra mengenai kecerdasan buatan di bidang kesehatan tentunya juga membuat dilema dalam hal pemerintahan. Terkadang kita melihat teknologi sudah siap, tetapi pemerintah belum bisa mengatur hal tersebut dengan baik. Peraturan kita masih dinilai kurang cocok atau kurang bisa mengikuti perkembangan. Teknologi tidak bisa mengikuti aturan, dan sebaliknya, aturan juga tidak bisa mengikuti teknologi. Perkembangan teknologi tak bisa lagi dihindari di negara Indonesia. Bahkan seharusnya kita mempercepat perkembangan kecerdasan buatan di bidang kesehatan agar kita bisa menyelesaikan penyakit yang mematikan seperti HIV atau alzheimer. Sehingga masyarakat seharusnya juga membangun lingkungan yang positif dan mempersiapkan diri dalam menghadapi kemajuan teknologi kecerdasan buatan.