Jurus Sakti Sang Guru

Beny Adekatari
Guru SDN 04 Pekat Kabupaten Dompu
Konten dari Pengguna
20 Juli 2020 8:36 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Beny Adekatari tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi murid dan guru. Foto: Thinkstock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi murid dan guru. Foto: Thinkstock
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Tahun Ajaran Baru serentak dilaksanakan pada minggu ke-2 di bulan Juli ini sebagaimana telah diumumkan oleh Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan, Nadiem Makarim, melalui siaran pers pada medio Juni yang lalu. Hari-hari pertama diawal masuk sekolah tidak seperti tahun-tahun sebelumnya, ada ketentuan yang harus dipatuhi karena wabah virus yang sangat berbahaya. Seisi bumi digemparkan oleh coronavirus yang menyebabkan banyak korban terus berjatuhan, semua aktivitas masyarakat nyaris lumpuh karenanya, termasuk di dalamnya dunia pendidikan pun terkena dampak.
ADVERTISEMENT
Suasana terus mencekam sampai saat ini, tidak jarang terjadi perbedaan pandangan di kalangan masyarakat mengenai SARS CoV-2 ini. Bahkan tidak sedikit masyarakat menaruh kecurigaan terhadap kinerja pemerintah yang telah bersusah payah berusaha memutus mata rantai penyebaran wabah yang konon sangat mematikan ini.
Bagaimana tidak, beberapa fasilitas umum dibiarkan terbuka tanpa pembatas, seperti Mall, tempat wisata dan pusat perbelanjaan lainnya dengan alasan agar bisa melayani kebutuhan masyarakat. Sementara Sekolah dan tempat peribadatan yang menjadi kebutuhan spiritual pun dibatasi untuk dipergunakan.
Pada tatanan Normal Baru, roda pendidikan tidak berjalan sebagaimana mestinya, sekolah diberlakukan sistem buka tutup sampai waktu yang belum bisa diprediksi kapan situasi kembali pulih. Para siswa, guru dan orang tua resah karena terlalu lama diliburkan. Mereka saling bertanya-tanya, kapan tragedi ini akan berakhir?.
ADVERTISEMENT
Berbagai kebijakan pendidikan sudah dikeluarkan oleh pemerintah agar pendidikan tidak terputus dan terus belajar. Mulai dengan cara belajar jarak jauh melalui jaringan (Daring) sampai belajar mandiri diluar jaringan (Luring).
Kebijakan belajar jarak jauh yang memaksakan guru untuk memahami secara pedagogi yang berkaitan dengan teknologi untuk mengubah bentuk pembelajaran secara digital. Dengan kebijakan tersebut akan memaksakan jutaan siswa belajar secara mandiri di luar jaringan dengan tugas yang ditumpuk.

Foto ilustrasi penulis
Dilihat dari kebiasaan dan kemampuan yang ada, sebagian besar peserta didik belum siap secara utuh untuk belajar mandiri dari rumah. Ada di antara mereka yang justru menganggap belajar dari rumah identik dengan libur sekolah sehingga tidak semua siswa bisa belajar dari rumah dengan kesadaran dan motivasi yang tinggi.
ADVERTISEMENT
Seperti halnya kebutuhan bahan pokok diberbagai bidang kehidupan, di bidang pendidikan pun pemerintah seharusnya mendorong para pendidik untuk menyiapkan kurikulum hidup melalui peningkatan kompetensi yang adaptif dengan perkembangan zaman yang sewaktu-waktu dapat dipergunakan pada masa sulit seperti sekarang ini.
Pendidikan tidak sekadar sebuah proses memindahkan bahan ajar namun merupakan usaha untuk mengubah perilaku agar terpatri sangat kuat dalam sanubari peserta didik. Pendidik setidaknya memiliki bekal pedagogi yang baik sebagi alternatif untuk dijadikan "jurus sakti" agar proses belajar mengajar lebih bermakna. Pendidik harus mampu menyalakan semangat keingintahuan alami yang merupakan ciri khas peserta didik.
Akhir-akhir ini telah ramai beredar aplikasi bimbingan belajar yang nota bene bisa membantu siswa belajar walau terbilang biaya sangat mahal. Hal tersebut seakan-akan kemampuan guru tidak dianggap lagi. Benarlah adanya bahwa cara belajar yang ditawarkan dapat meningkatkan prestasi siswa tapi perlu juga diingat bahwa aplikasi tersebut sekadar untuk belajar namun tidak mampu menggantikan posisi guru dalam hal mendidik.
ADVERTISEMENT
Dalam proses belajar mengajar, para pendidik tidak serta-merta merancang pembelajaran dengan teknik "plagiasi" strategi secara "instant" yang belum dipastikan bisa berjalan efektif pada suasana dan kondisi yang berbeda karena strategi belajar hanya bisa dipergunakan oleh si perancang itu sendiri. Guru mestinya mampu memberdayakan siswa dengan lingkungan yang mengarah kepada proses pembelajaran holistik secara utuh dan menyeluruh.
Pendidik tidak mesti kaku dan bertindak pasif dalam mengelola pendidikan akan tetapi harus bisa mengambil peran yang sangat besar dan menjadi kontributor untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. Prof. George Siemens, guru besar dari Athabasca University Kanada. Ia merupakan salah seorang pelopor pengembangan pedagogi untuk pembelajaran yang memanfaatkan teknologi yang dikenal dengan teori "Connectivism" yaitu sebuah teori pendidikan yang memasukkan teknologi dan konektivitas sebagai bagian dari kegiatan belajar yang penting.
Foto Ilustrasi penulis
Guru Merdeka harus berperan sebagai pendidik yang menjadi kurator dalam setiap pembelajaran, sang guru dapat mengumpulkan, memilah dan memilih sumber-sumber belajar yang ia pandang akan berguna dan melengkapi pengetahuan peserta didik. Ia dapat mengeksplorasi bahan ajar dalam bentuk teks, gambar maupun video dari Internet dan banyak lagi yang bisa dilakukan karena alam telah menyediakannya tanpa rasa lelah.
ADVERTISEMENT
Hebatnya guru, walau berada dalam masa-masa sulit seperti sekarang ini, tidak pernah mengeluh akan penghasilan yang tidak sebanding dengan usaha yang ia lakukan. Karena para guru merupakan garda terdepan yang adaptif dengan tantangan zaman, ia adalah satu-satunya tokoh yang mampu mengeksplorasi bakat muridnya. Itulah guru Indonesia yang tidak akan tergilas oleh percepatan perputaran roda zaman.*