Kenali Kesiapan Anak untuk Membaca

Beny Adekatari
Guru SDN 04 Pekat Kabupaten Dompu
Konten dari Pengguna
11 Agustus 2020 12:03 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Beny Adekatari tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Sampai saat ini, tidak sedikit anak usia SD bahkan SMP yang masih kendala dengan membaca, tidak sedikit pula guru dan orang tua "kewalahan" mengatasi hal tersebut. Berbagai cara pun sudah dilakukan namun tetap saja anak didik tidak mengalami perubahan.
Relaksasi. Foto : Media Indonesi
Sebenarnya apa yang sedang terjadi? Pada serabut otot, tendon dan ligamen, terdapat sistem proprioseptif yakni kemampuan anak untuk mengetahui keberadaan dan fungsi tubuhnya. Sistem Proprioseptif tersebut berfungsi untuk menggerakkan motorik halus. Apabila sistem proprioseptif ini telah matang maka anak sudah siap untuk diajarkan baca-tulis.
com-Ilustrasi anak sedang membaca buku sebagai salah satu kegiatan untuk menstimulasi kecerdasan. Foto: Shutterstock
Jika sistem ini belum matang, anak akan kesulitan dalam belajar. Ia belum bisa membayangkan gerakan dari bentuk-bentuk abstrak seperti huruf dan angka. Akibatnya bisa terjadi kebingungan untuk membedakan huruf dan bahkan menulis angka secara terbalik. Setiap detik otak menerima informasi dari berbagai reseptor tubuh, jumlahnya mencapai ribuan, bahkan jutaan. Untuk bisa merespon rangsangan ini secara berarti dibutuhkan otak yang handal, artinya mampu menerima rangsangan, mengolah, memilih rangsangan yang boleh diacuhkan dan boleh diabaikan.
Gerak Motorik. Foto : Australian National University
Lalu bagaimana cara mengenali anak yang belum matang sistem Proprioseptif? Anak yang belum matang sistem Proprioseptif biasanya tidak merasa tenang saat duduk dan bahkan sering mengetuk-ketuk jarinya ke meja. Tanda belum matangnya sistem proprioseptif juga bisa dilihat ketika anak belum bisa berdiri stabil dengan satu kaki sambil mata terpejam. Para pakar kesehatan memperkirakan sebanyak 6 persen anak yang mengalami kendala pada sistem proprioseptif yang cukup serius. Akibat dari gangguan sistem tersebut anak-anak akan mengalami gangguan prestasi akademis dan hubungan sosial. Masalah ini biasa muncul pada tahun-tahun pertama memasuki usia sekolah, mereka akan kesulitan melaksanakan gerak motorik sederhana seperti berlari. Selain terkendala dengan gangguan sistem proprioseptif, ada pula gangguan Disleksia yakin gangguan dalam proses belajar yang ditandai dengan kesulitan membaca, menulis, atau mengeja. Penderita disleksia akan kesulitan dalam mengidentifikasi kata-kata yang diucapkan, dan mengubahnya menjadi huruf atau kalimat. Meskipun disleksia tergolong penyakit yang tidak dapat disembuhkan, tetapi deteksi dan penanganan sejak usia dini terbukti efektif meningkatkan kemampuan penderita dalam membaca. Salah satu metode yang paling efektif dalam meningkatkan kemampuan baca tulis penderita disleksia adalah fonik. Metode fonik berfokus meningkatkan kemampuan dalam mengidentifikasi dan memproses suara. Dalam metode fonik, penderita akan diajari mengenal bunyi kata yang terdengar mirip, seperti ‘pasar’ dan ‘pagar’. Guru di sekolah sebaiknya membacakan buku dengan suara yang agak keras, memberi semangat dan kasih sayang serta selalu ajak mereka untuk bekerja sama.
Ruang Kelas. Foto : google
Apabila guru di sekolah dan lebih-lebih orang tua di rumah tidak memperhatikan secara serius persoalan tersebut sejak dini maka akan terbawa sampai usia remaja dan bahkan sampai mereka dewasa. Di usia remaja, masalah tersebut bisa menjadi pelik karena anak akan cenderung memiliki emosi yang tidak teratur dan menghadapi pendidikan yang rumit. Perkembangan gerak motorik anak biasa akan terlihat normal sesuai usianya namun ketika mulai berhubungan dengan perkembangan sosial adaptif akan nampak jelas perbedaan dengan anak normal lainnya. Gerak motorik sangat perlu dilakukan oleh anak. Para orang tua setidaknya melarang anak bermain gawai yang sama sekali tidak membuat anak aktif bergerak. Cukupi kebutuhan gizi yang seimbang. Demikian juga para guru di sekolah agar tidak membiarkan anak didiknya terus berada di ruang kelas dan larang mereka mengkonsumsi makanan ringan di kantin sekolah. * Penulis : Bunyamin. *Fasilitator Literasi Baca-Tulis Regional Bali dan Nusa Tenggara. *Vounder Klub Baca Tapak Seribu, Dompu-NTB. Sumber : 1. https://www.alodokter.com/disleksia 2. https://www.pelangiinsani.com/terapi-sensori-integrasi-sensori-aquatic/ 3. https://cantik.tempo.co/read/858285/kiat-menghadapi-anak-dengan-gangguan-sensori
ADVERTISEMENT