STRATEGI MEMBANGUN KETERAMPILAN KEPEKAAN PADA SISWA SEKOLAH DASAR

Beny Adekatari
Guru SDN 04 Pekat Kabupaten Dompu
Konten dari Pengguna
17 Agustus 2020 5:24 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Beny Adekatari tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Mewabahnya pandemi Covid-19, seperti sekarang ini sangat berdampak pada perkembangan belajar peserta didik. Hal ini terjadi karena intensitas BDR (Belajar Dari Rumah) yang tidak optimal. Belum lagi kurangnya pengawasan dan pendampingan dari orangtua.
ADVERTISEMENT
Salah satu dampak akibat peserta didik lama berada di rumah yakni dapat membuat mereka kehilangan memori ingatan yang berkaitan dengan struktur angka-angka dan perkalian. Anak-anak lebih cenderung bermain yang berkaitan dengan kontak fisik dibandingkan dengan mengolah pengetahuan secara kognisi. Ini merupakan sebuah masalah besar dan tentu saja akan menjadi sebuah perkara yang lebih serius apabila dilakukan pembiaran dalam jangka yang cukup lama.
Penulis : Ruslin HMS, M.Pd
Fenomena tidak saja dialami oleh siswa yang berada jauh di perdesaan namun dialami juga oleh siswa di perkotaan yang notabene selalu bermain gawai.
Mengatasi masalah tersebut, pendidik harus memiliki langkah strategis untuk mengembalikan gairah belajar siswa tentang struktur angka-angaka dan perkalian. Sebuah strategi yang menyenangkan dengan mencoba membangun kepekaan bilangan yang baik bagi siswa SD kelas tinggi.
ADVERTISEMENT
Pada diri siswa terdapat kekuatan mental yang menjadi penggerak belajar. Salah satu kekuatan penggerak tersebut berasal dari guru. Motivasi siswa yang rendah menjadi lebih baik setelah mendapatkan informasi dan arahan yang benar dari guru. Peran guru perlu berkembang dari sekedar pengajar atau fasilitator menjadi pembangkit belajar, pemicu berpikir, dan pemberi scafollding.
Memulai strategi ini, guru perlu mengajakukan pertanyaan-pertanyaan lisan tentang hasil dari beberapa perkalian dua bilangan secara klasikal. Misalnya guru mengajukan pertanyaan, berapakan hasil 2x8, 5x8, dan seterusnya. Metode “lama” ini sengaja digunakan untuk memetakan seberapa banyak siswa yang memiliki kecakapan awal tentang perkalian.
Kegiatan Belajar. Foto Penulis.
Langkah selanjutnya, guru mulai memperlihatkan lembaran-lembaran kertas yang bertuliskan bilangan-bilangan dari hasil sebuah perkalian tertentu. Metode ini merupakan kebalikan dari metode sebelumnya.
ADVERTISEMENT
Guru menfasilitasi siswa dengan menyiapkan sepuluh lembar kertas yang masing-masing bertuliskan hasil perkalian dua dengan bilangan satu sampai sepuluh. Kertas-kertas tersebut disusun secara acak.
Sebagai contoh. Guru mulai memperlihatkan bilangan pertama semisal 20. Siswa dimunta untuk menjawab, bahwa bilangan 20 merupakan hasil perkalian berapa, tentu saja siswa yang paling peka, akan menjawabnya dengan 2x10. Secara kontinyu guru menyajikan bilangan-bilangan berikutnya dan siswa diminta menjawab dengan cepat, hal tersebut dapat memicu siswa untuk berpikir lebih cepat.
Setiap jawaban yang benar tentu saja akan diberikan pujian dan hadiah berupa kata-kata seperti “amazing”, “good answer”. “good job” dan seterusnya. Penguatan gestural, diberikan dalam bentuk mimik, gerakan badan atau anggota badan yang memberikan kesan positif dan motivasi terhadap siswa.
ADVERTISEMENT
Dalam proses pelaksanannya tentu saja tidak semua siswa akan berhasil secara bersamaan. Siswa yang berkemampuan rendah akan membutuhkan waktu yang lebih lama dari pada siswa yang berkemampuan tinggi. Untuk mengakomodirnya, guru perlu memisahkan siswa yang berkemampuan rendah ke dalam beberapa kelompok sesuai kapasitas perkalian yang dihafalnya. 
Pada strategi ini guru meminta siswa yang berkemampuan tinggi untuk menjadi tutor sebaya bagi siswa yang berkemampuan rendah. Siswa berkemampuan tinggi akan menjadi agen yang bertanggung jawab terhadap perkembangan belajar siswa yang berkemampuan rendah. Pembelajaran secara kelompok memberikan banyak keuntungan pada siswa.
Yang menarik dari strategi ini adalah membuat siswa menjadi lebih kreatif. Siswa diberikan kesempatan seluas-luasnya untuk memberikan jawaban asalkan jawaban tersebut logis dan rasional.
ADVERTISEMENT
Strategi ini akan sangat disarankan bagi guru yang memiliki permasalahan yang sama. Dalam pelaksanaannya diperlukan kesabaran dan ketelatenan guru untuk tetap konsisten menjalankannya. Pada akhir tulisan ini, penulis menitipkan pesan bahwasanya pembelajaran yang baik adalah pembelajaran yang memastikan rasa nyaman dan menyenangkan bagi siswa. Semoga strategi ini bermanfaat bagi kita semua. Salam sukses untuk kita semua.
Penulis : Ruslin HMS, M.Pd
*Guru Berprestasi Kab. Bima(2010)
*Fasilitator Daerah Program Inovasi Kab. Bima
*Instruktur Bimtek KKG Dinas Dikbudpora Kab. Bima
*Dosen PGSD STKIP Taman Siswa Bima
*Guru SDN 2 Tente.