Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Konten dari Pengguna
SD Harus Punya Taman Bermain
13 Januari 2022 9:17 WIB
·
waktu baca 6 menitTulisan dari Bergman Siahaan tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Kenapa sekolah-sekolah dasar (SD) di Indonesia tidak merasa wajib memiliki taman bermain alias playground yang biasa tampak di taman kanak-kanak (TK) itu? Pertanyaan ini muncul kembali di benak saya setelah dulu menganggapnya sebuah kewajaran terkait usia anak.
ADVERTISEMENT
Di lokasi SD yang juga menyelenggarakan pendidikan TK memang ada playground di sana tetapi umumnya diprioritaskan bagi siswa TK. Sementara di SD yang tidak menyelenggarakan pendidikan TK, hampir tidak pernah terlihat ada fasilitas playground.
Terminologi “taman” kita gunakan pada jenjang pendidikan kanak-kanak. Seakan-akan anak di tingkat SD hanya boleh belajar serius di dalam kelas atau berlari-larian di halaman pada jam istirahat. Padahal jauh di tahun 1922, Ki Hadjar Dewantara mendirikan sekolah bernama Taman Siswa di Yogyakarta.
Terlepas dari ada atau tidaknya taman bermain di sekolah Ki Hadjar Dewantara dulu, tetapi saya tertarik dengan filosofi kata “taman”nya. Taman tentulah tempat yang menyenangkan dan memerdekakan orang. Sumber yang saya baca menyebutkan bahwa filosofi itu memang mendasari pendirian sekolah Taman Siswa di tengah-tengah sekolah Belanda yang terkesan kaku dan ketat.
ADVERTISEMENT
Fase perkembangan pesat
Dalam makalah Sugiyanto yang dipublikasi Universitas Negeri Yogyakarta, anak SD disebutkan berada pada fase pertumbuhan fisik yang pesat. Perkembangan fisik, kognitif, dan psikososial anak SD meningkat dengan drastis pada usia 6-12 tahun.
Menurut Sugiyanto, anak SD membutuhkan kegiatan pendidikan yang lebih bermuatan permainan, khususnya untuk tahun-tahun awal sekolah dasar. Hal ini, salah satunya, dikarenakan kebutuhan tubuh untuk banyak bergerak.
Keseimbangan antara fisik, kognitif, dan psikososial tentu penting dan rangsangan yang baik akan membantu perkembangannya. Di sinilah playground berkontribusi.
Perkembangan kognitif dan psikososial
Kegiatan bermain di sekolah berpengaruh pada perkembangan kognitif dan sosial. Demikian kata Baines dan Blatchford dari University College London. Pernyataan itu sejalan dengan teori Piaget , sebagaimana yang dikutip oleh Anita Yus dari Universitas Negeri Medan, bahwa bermain berkaitan dengan perkembangan kecerdasan seorang anak.
ADVERTISEMENT
Aktivitas dalam permainan sangat penting untuk pengembangan keterampilan emosional dan pemahaman moral. Interaksi informal diantara anak-anak mungkin melibatkan keterampilan pengambilan perspektif, mutualitas, resolusi konflik, pemecahan masalah dan kepercayaan antar teman.
Baines dan Blatchford juga berpendapat bahwa etos dan hubungan positif yang dibangun di playground bermanfaat untuk praktik belajar mengajar di kelas, terutama selama kerja kelompok.
Di luar sekolah, perkembangan emosional dan moral anak biasanya terintervensi oleh kehadiran orang dewasa yang berpotensi mendominasi.
Kesenangan bermain selama jam istirahat secara signifikan berkontribusi pada rasa memiliki sekolah yang juga bermanfaat dalam proses penyesuaian sekolah. Peneliti Shahidullah Sarif di Bangladesh mengklaim playground mempengaruhi minat anak untuk datang ke sekolah.
Menurut Baines dan Blatchford, ada banyak dilema dan pengalaman sosial dan moral yang terjadi di taman bermain. Kesulitan yang diketahui guru muncul saat jam istirahat dapat dilihat sebagai peluang positif untuk terlibat dalam diskusi dengan siswa tentang dilema sosial dan moral.
ADVERTISEMENT
Manfaat fisik
Selain kesehatan mental, aktivitas di playground bisa mencegah obesitas dan penyakit kronis seperti diabetes dan gangguan kardiovaskular. Brendon Hyndman dalam bukunya The Importance of School Playgrounds for Active, Healthy Students menjelaskan bagaimana playground penting bagi anak yang sehat dan aktif.
Sarif juga menyimpulkan bahwa aktivitas fisik di playground juga berpengaruh positif terhadap kemampuan belajar anak. Sarif menemukan dalam penelitiannya bahwa sekolah yang memiliki playground cenderung memperoleh tingkat kelulusan ujian akhir SD yang lebih tinggi dibanding sekolah yang tidak memiliki playground.
Kebiasaan aktivitas fisik di masa anak-anak diyakini akan terbawa hingga mereka remaja bahkan dewasa. Oleh karena itu, keberadaan dan jenis playground harus jadi perhatian sekolah karena jenis permainan berbeda memberikan manfaat yang berbeda pula.
ADVERTISEMENT
Seorang guru yang ahli dalam pendidikan untuk kebutuhan khusus di Amerika Serikat, Amanda Morin , menjelaskan bagaimana jenis permainan memberikan manfaat yang berbeda-beda bagi perkembangan anak.
Ayunan, misalnya, membantu keseimbangan, latihan keterampilan motorik halus dan motorik kasar. Gaya berayun juga membantu otak memahami kecepatan dan arah.
Permainan memanjat mengajarkan tentang arah, kemudian mendorong pemecahan masalah ketika anak memikirkan koordinasi kaki dan tangan yang berbeda di setiap momen. Melatih pemikiran fleksibel diyakini dapat membantu anak di luar maupun di dalam kelas.
Bergantungan ala tarzan baik bagi anak yang memiliki masalah dengan perencanaan motorik. Permainan sejenis itu juga melatih keseimbangan dan koordinasi tubuh.
Bermain dengan bola membangun koordinasi dan pengambilan keputusan dengan menggunakan strategi. Sementara permainan bebas menolong anak untuk belajar berkomunikasi, melatih percakapan dan perbendaharaan kata di samping sosialiasi dan kepatuhan terhadap aturan yang disepakati.
ADVERTISEMENT
Kebiasaan aktivitas fisik di masa anak-anak juga diyakini akan terbawa hingga mereka remaja bahkan dewasa. Oleh karena itu, keberadaan dan jenis playground harusnya jadi perhatian sekolah.
Pemahaman ini mungkin menjadi dasar negara-negara maju untuk menerapkan kebijakan penyediaan playground di sekolah TK dan SD. Contohnya New Zealand. Semua SD di New Zealand memiliki playground yang teknis dan standarnya bahkan diatur oleh pemerintahnya.
Kenyamanan dan keselamatan
Tak selalu harus canggih dan mahal, mainan-mainan sederhana saja pun memberikan manfaat yang relatif sama, asal fungsinya terpenuhi. Hal terpenting adalah soal keamanan dan kenyamanan sehingga pemerintah New Zealand merasa perlu menentukan standar minimal pada sebuah playground.
Misalnya lantai area playground yang ditutupi karet tebal atau cacahan kulit kayu. Hal itu dimaksudkan untuk meminimalisir cedera saat anak terjatuh dan mencegah becek setelah hujan. Logika dasar yang sederhana sebenarnya, hanya saja dieksekusi secara konsisten sejak tahun 1980an.
Penutup
Beberapa alat permainan di playground menuntut keberanian dan kekuatan fisik sehingga dalam pengamatan saya, fisik anak-anak di New Zealand relatif kuat. Saya sendiri melihat perubahan yang signifikan pada anak-anak saya selama bersekolah di sana.
ADVERTISEMENT
Seperti kata para ahli di atas, perkembangan kemampuan otot, keseimbangan, keberanian, pengambilan keputusan, interaksi, emosional dan yang lainnya, memang terlihat pada anak-anak saya.
Kalaulah playground memang sedemikian penting bagi perkembangan anak-anak hingga usia 12 tahun, mengapa hanya kita sediakan di TK saja? Bolehkah kita mulai memikirkan keberadaan playground di sekolah-sekolah dasar kita di masa depan?
___
Referensi:
Baines, E. & Blatchford, P. (2012). Children’s games and playground activities in school and their role in development. DOI: 10.1093/oxfordhb/9780195393002.013.0020
Hyndman, B. (2017) The Importance of School Playgrounds for Active, Healthy Students. In: Hyndman B. (eds) Contemporary School Playground Strategies for Healthy Students. Springer, Singapore. https://doi.org/10.1007/978-981-10-4738-1_1
Morin, A. (n.d.). 5 playground activities that can boost your child’s development. Understood. https://www.understood.org/articles/en/5-playground-activities-that-can-help-your-childs-development
ADVERTISEMENT
Sarif, S. (2014). School playground: Its impact on children’s learning and development. https://www.researchgate.net/publication/268979180_School_playground_Its_impact_on_children's_learning_and_development
Story: children’s play. (n.d.). In Te Ara. https://teara.govt.nz/en/childrens-play/page-1
Sugiyanto. (n.d.). Karakteristik Anak SD. Universitas Negeri Yogyakarta. http://staffnew.uny.ac.id/upload/132319838/pengabdian/Karakteristik+Siswa+SD.pdf
Yus, A. (2013). Bermain sebagai kebutuhan dan strategi pengembangan diri anak. Jurnal Ilmiah VISI P2TK PAUDNI, 8(2). https://media.neliti.com/media/publications/260143-bermain-sebagai-kebutuhan-dan-strategi-p-af093aa4.pdf