Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.103.0
Konten dari Pengguna
Geliat Potensi Kopi Indonesia di Negeri Paman Sam
7 September 2020 22:00 WIB
Tulisan dari Berhan A M tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Siapa yang tidak suka kopi? Saya yakin, sebagian besar dari kita gemar meneguk minuman pahit ini. Ya, kopi kini menjadi semakin populer di dunia, terlebih di kalangan anak muda. Ketika bertugas di Konsulat Jenderal Republik Indonesia (KJRI) San Francisco, Amerika Serikat, saya berkesempatan menambah wawasan seputar dunia kopi lewat beragam program yang kami lakukan.

Kopi Sumatera Lebih Dikenal Daripada Kopi Indonesia
ADVERTISEMENT
Dalam sebuah pertemuan dengan Starbucks, saya cukup terkejut ketika mengetahui bahwa empat puluh persen sumber kopi mereka adalah biji kopi arabika asal Sumatera, Indonesia. Kopi Sumatera bahkan telah mereka gunakan sejak awal berdirinya perusahaan kopi ternama ini di tahun 1971 di Seattle, Washington State, AS. Tidak hanya Starbucks, perusahaan kopi ternama lainnya seperti Peet’s Coffee asal San Francisco dan the Coffee Bean & Tea Leaf asal Los Angeles juga setia menggunakan kopi Sumatera. Bangga sekali rasanya!
Sayangnya, penikmat kopi di AS tidak banyak yang tahu bahwa Sumatera berada di Indonesia. Hampir seluruh kemasan biji kopi yang dijual di pasar Amerika Serikat hanya mencantumkan label Kopi Sumatera, Sulawesi, atau Bali, tanpa ada kata Indonesia. Sementara, kemasan kopi single origin lainnya mencantumkan nama negara, seperti Kenya, Kolombia, Brazil, dan Guatemala. Wajar saja jika nama Indonesia tidak familiar di telinga pecinta kopi di AS.
Namun, baru-baru ini ada satu perusahaan roaster kopi asal AS, Stumptown, yang mencantumkan Indonesia pada kemasannya “Indonesia Bies Penantan” meskipun biji kopinya berasal dari Sumatera, tepatnya dari sebuah kebun yang dikelola oleh Koperasi Ketiara di Takengon, Aceh Tengah.
Potensi yang Belum Tergarap Maksimal
Pada Juli 2020, International Coffee Organization menempatkan Indonesia sebagai eksportir kopi terbesar ke-4 di dunia (318 Juta kg), di bawah Brazil (1,9 Miliar kg), Vietnam (1,4 Miliar kg) dan Kolombia (638 Juta kg).
ADVERTISEMENT
Cita rasa kopi asal Indonesia mampu bersaing dengan kopi kelas dunia lainnya. Bahkan, dalam beberapa pameran kopi internasional, biji kopi Indonesia berhasil mendapatkan sejumlah penghargaan. Misalnya saja, Kopi Gunung Puntang dari Jawa Barat mampu mendapatkan predikat “the best taste” dengan skor 86,25 pada pameran kopi terbesar di AS yakni Specialty Coffee Expo pada tahun 2016 di Atalanta, AS.
Sementara itu, pada tahun 2019 International Trade Centre mencatat ekspor kopi Indonesia ke AS hanya menempati posisi ke-6 dengan nilai transaksi sebesar USD 307 Juta. Nilai tersebut jauh lebih kecil dibandingkan dengan jumlah kedelai AS yang diimpor oleh Indonesia di tahun yang sama, yakni sebesar USD 1 Miliar.
Sebagian besar kopi Indonesia yang masuk ke pasar AS dengan direct trade di mana perusahaan seperti Starbucks atau coffee roaster seperti Stumptown membeli langsung dari small holders atau koperasi yang mengelola petani kopi. Proses roasting kemudian dilakukan di AS sebelum akhirnya dipasarkan.
ADVERTISEMENT
Metode direct trade ini digemari karena dinilai lebih menguntungkan, setidaknya karena tiga hal: (1) efisiensi harga karena jalur distribusi yang pendek; (2) importir dapat melihat langsung perkebunan kopinya untuk memilih jenis tertentu; dan (3) dapat memberikan pelatihan kepada petani.
Indonesia sesungguhnya memiliki peluang pasar yang besar di AS. Namun, sebagian besar kopi kita diekspor dalam bentuk mentah, atau biji kopi yang masih hijau, dan bukannya roasted coffee beans yang bernilai ekonomi lebih. Bahkan, tidak ada satupun kopi merek Indonesia yang masuk ke pasar ritel di AS. Italia saja yang tidak memiliki kebun kopi bisa menembus pasar AS dan dunia dengan merek kopinya yang terkenal “Illy”. Adalah miris jika Indonesia yang memiliki jutaan hektare kebun kopi tidak memiliki satupun merek yang diakui pasar internasional.
Kiat Menembus Pasar AS
Kita patut berbangga biji kopi Indonesia telah merambah pasar AS. Tapi semestinya kita akan lebih berbangga lagi jika nama Indonesia bisa dikenal lewat kopi-kopi olahan anak bangsa, dan tidak hanya berupa biji kopi mentah. Dari beberapa diskusi dan pengamatan yang kami lakukan tentang industri kopi AS, eksportir kopi Indonesia perlu memperhatikan hal-hal berikut ini dalam upaya penetrasi pasar AS:
ADVERTISEMENT
1. Membangun Jejaring
Hal penting pertama yang harus dilakukan dalam rangka menguatkan pangsa pasar kopi Indonesia adalah lewat perluasan jejaring industri kopi di AS, khususnya perusahaan coffee roasters atau coffee importers.
Salah satu cara yang dapat ditempuh adalah dengan mengikuti pameran-pameran kopi internasional besar yang ada di AS, khususnya Specialty Coffee Expo yang diadakan oleh Specialty Coffee Association of America.
Pameran tahunan ini menghadirkan eksportir kopi dari seluruh dunia dengan lokasi pameran yang berpindah-pindah setiap tahunnya. Pada tahun 2021 rencananya pameran ini akan dilaksanakan di New Orleans, Lousiana.
Selain itu, Anda juga harus mencoba mengikuti pameran Winter Fancy Food Show yang diadakan Specialty Food Association di San Francisco, AS.
ADVERTISEMENT
2. Pentingnya Sertifikasi
Buyer di AS menaruh perhatian khusus pada produk kopi yang bertanggung jawab secara sosial dan ramah lingkungan. Untuk itu, penting adanya sertifikasi yang memastikan traceability produk kopi, yaitu asal-usul produk dan proses produksinya.
Label “Organic”, misalnya, dipakai untuk produk agrikultur yang tidak menggunakan pupuk sintetis, pestisida, hormon pertumbuhan atau organisme hasil rekayasa genetika .
Label Fairtrade untuk memastikan harga komoditi dan kondisi kerja yang adil untuk petani, lingkungan kerja yang demokratis dan transparan, dan menjamin kelestarian lingkungan.
Sementara itu, sertifikasi Rainforest Alliance menjamin manajemen pertanian dengan standar sustainability seperti konservasi hutan, sungai, tanah, dan satwa liar. Sertifikasi ini juga menjamin bahwa petani dan keluarga sejahtera dengan upah layak dan memiliki akses ke pendidikan dan perawatan medis.
3. Meningkatkan Kualitas Kopi Olahan Nasional
ADVERTISEMENT
Memajukan industri kopi nasional bukan dimulai dari sisi promosinya melainkan produksinya atau dikenal dengan istilah “from seed to cup”. Untuk itu, hal terpenting yang harus dilakukan adalah untuk terus meningkatkan kualitas kopi kita, utamanya roasted beans/kopi olahan, agar bisa terus bersaing dengan produsen kopi dunia. Mari bersama membangun, mencintai, dan terus mempromosikan kopi merek lokal ke kancah internasional.