Konten dari Pengguna

Pengalaman Kunjungan Singkat Bertemu Mahasiswa Indonesia di Tripoli, Libya

27 Agustus 2020 3:53 WIB
comment
8
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Berhan A M tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Hari Jumat, 15 April 2016 adalah waktu pertama kalinya saya menginjakkan kaki di kota Tripoli, Libya, setelah 6 bulan berkantor di luar wilayah negara Libya untuk alasan keamanan. Jika bukan karena penugasan saya pada Kedutaan Besar Republik Indonesia, tidak pernah terbayang untuk melakukan kunjungan di kota ini.
ADVERTISEMENT
Tripoli adalah salah satu kota penting di negara Libya yang memiliki daya tarik tersendiri karena menjadi salah satu pusat sejarah penting Islam dan Romawi. Terletak di kawasan Mediterania di bagian utara benua Afrika, sebagian besar penduduk Libya beragama Islam keturunan Arab dan Berber.
Salah satu ikon sejarah Islam di pusat kota Tripoli misalnya, Mesjid Mawlai Mohamed, yang dibangun oleh Mawlai Mohamed, dari Kesultanan Fas asal Maroko.
Mesjid Mawlai Mohamed di kota Tripoli, Libya. Sumber: Pribadi
Sejak berakhirnya pemerintahan Muammar Qaddafi pada tahun 2011. Perang saudara dan konflik bersenjata kerap terjadi hingga kini. Namun kontras dengan berbagai pemberitaan maraknya konflik bersenjata dan serangan bom oleh media, suasana kota Tripoli yang saya temukan kali ini berbeda jauh dengan apa yang saya baca di media, sangat tenang dan damai. Misalnya saja suasana Marty's Square (Maydān ash-Shuhadā') yang kerap menjadi tempat tujuan wisata banyak dipenuhi pengunjung dan pedagang.
Sumber: Pribadi
Pada masa pemerintahan Muammar Qaddafi, situs ini dikenal dengan nama “Green Square“(as-Sāḥah al-Khaḍrā ') karena kerap dipenuhi dengan lautan bendara hijau memperingati Revolusi 1 September 1969 atau dikenal dengan Revolusi al-Fateh di masa pemerintahan Muammar Gaddafi. Kini kawasan tersebut dikenal dengan nama "Martyr’s Square" yang memperingati terjadinya Pertempuran Tripoli tahun 2011 melawan rezim pemerintah Muammar Qaddafi.
Martyr's Square dengan latar belakang Tripoli's Old Medina. Sumber: Pribadi
Tidak jauh dari kawasan Martyr's Square. Terdapat lokasi bersejarah bernama Tripoli's Old Medina Sebuah kawasan pusat pasar tradisional ini banyak menjual berbagai pernak-pernik, pakaian, kain dan kerajinan tradisional khas Libya.
ADVERTISEMENT
Sejak dicabutnya embargo PBB terhadap Libya pada tahun 2003, kawasan ini semakin dipenuhi wisatawan mancanegara hingga awal 2011 karena semakin beragamnya benda-benda yang diperdagangkan di kawasan tersebut.
Tripoli's Old Medina. Sumber : Pribadi
Sumber: Pribadi
Kawasan kota tua ini dikenal sebagai jantung ibukota Libya yang masih terus mempertahankan arsitektur kuno nya yang banyak dipengaruhi gaya Italia, termasuk di antaranya Clock Tower yang berada di tengah pasar tradisional ini.
Ottoman Clock Tower. Sumber: Pribadi
Keesokan harinya, kunjungan saya berlanjut ke tujuan utama saya yakni salah satu pusat pendidikan Agama Islam terbesar di Libya, Kulliyah Dakwah Islamiyah atau Libya International Islamic College. Alasannya, karena di sinilah satu-satunya kampus di mana kita bisa bertemu mahasiswa asal Indonesia.
Saat itu setidaknya terdapat 20 orang mahasiswa Indonesia yang mendapatkan beasiswa dari Pemerintah Libya untuk menempuh pendidikan kuliah di kampus tersebut hingga selesai. Kampus ini telah menghasilkan lulusan-lulusan unggul, di antaranya Ustaz Adi Hidayat.
Mesjid di kampus Kulliyah Dakwah Islamiyah. Sumber : Pribadi
Pertemuan dengan para mahasiswa Indonesia di kampus Kulliyah Dakwah Islamiyah dimanfaatkan untuk berbagi pengalaman kuliah dan kehidupan sehari-hari selama di Tripoli, Libya. Ketidakstabilan politik dan keamanan negara Libya tidak mematahkan semangat para mahasiswa Indonesia untuk terus menyelesaikan pendidikannya.
ADVERTISEMENT
Selain memperoleh pendidikan yang berkualitas dan para mahasiswa banyak mengenal budaya mahasiswa dari berbagai negara lainnya. Keinginan beradaptasi dan bersosialisasi semakin mempererat rasa persaudaraan dan solidaritas sesama mahasiswa selama mengenyam pendidikan di Libya.
Mahasiswa Indonesia di Kulliyah Dakwah Islamiyah. Sumber: Pribadi
Suasana Mesjid Kulliyah Dakwah Islamiyah. Sumber: Pribadi
Sejak terjadinya perpecahan perang saudara di Libya pada tahun 2011 hingga kini, kondisi politik dan keamanan di Libya terbilang sangat tidak stabil. Banyak Perwakilan Asing yang telah memindahkan operasionalnya di negara tetangga, Tunisia. Kantor operasional Perwakilan RI pun banyak yang harus pindah ke negara tetangga, yang berjarak sekitar 4 jam menggunakan moda transportasi darat.
Namun demikian, masih banyaknya Warga Negara Indonesia di negara ini menjadi alasan untuk tetap dibukanya layanan perlindungan dan pembinaan oleh Kedutaan Besar Republik Indonesia di Tripoli, Libya.
Gedung Kantor Kedutaan Besar Republik Indonesia di Tripoli. Sumber : Pribadi