Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.94.0
Konten dari Pengguna
Jejak Karier Maestro Keroncong Mus Mulyadi Sebelum Tutup Usia
11 April 2019 14:15 WIB
Tulisan dari Berita Artis tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Penyanyi keroncong ternama, Mus Mulyadi mengembuskan napas terakhirnya hari ini, Kamis (11/4). Kabar tersebut membuat dunia hiburan Tanah Air berkabung. Mus Mulyadi tutup usia pada usianya yang ke 73 tahun.
ADVERTISEMENT
Kabar duka itu disampaikan oleh anak kedua Mus Mulyadi, Erick Haryadi melalui Instagram pribadinya beberapa waktu lalu. Sebelumnya Erick juga sempat mengunggah beberapa momen saat ayahnya menjalani perawatan di rumah sakit.
Semasa hidupnya, Mus Mulyadi telah melahirkan lagu-lagu hits yang populer. Di antaranya adalah 'Telomoyo', 'Kota Solo', 'Dinda Bestari', hingga 'Jembatan Merah'.
Suami penyanyi Helen Sparingga itu sempat mendirikan band yang dinamai Irama Puspita di Surabaya bersama teman-temannya. Band tersebut beranggotakan 13 personel wanita. Hanya saja perjalanan band tersebut tak berjalan mulus. Tiga anggota secara diam-diam hengkang dan membentuk band sendiri di Ibukota.
ADVERTISEMENT
Tahun 1964, Mus Mulyadi bergabung dengan grup band Arista Birawa yang dibentuk Busro Birawa. Dalam band tersebut dirinya sebagai bassist yang merangkap vokalis. Sementara lainnya adalah Jeffry Zaenal (Abidin) sebagai drummer, M. Yusri sebagai gitaris rhythm dan Oedin Syach sebagai gitaris, bersama Sonata Tanjung.
Mus Mulyadi berhasil menelurkan sebuah album 'Jaka Tarub' bersama Arista Birawa yang diproduksi PT Dimita Moulding Industries Record tahun 1965. Dua tahun bersama Arista Birawa, Mus Mulyadi bahkan pernah mengembara ke Singapura bersama Jeffry Zaenal dan Arkan atas ajakan Jerry Souisa sebagai pimpinan grup. Namun, perjalanannya di Singapura tidak berjalan mulus.
Selepas dari Singapura, Mus Mulyadi kemudian melakukan rekaman album solo di Remaco diiringi kelompok mendiang A. Riyanto, Empat Nada Band tahun 1971. Riyanto ingin mengubah konsep Empat nada yang mulanya sebagai band pengiring tetap di Remaco menjadi sebuah band mandiri dengan mengajak Mus Mulyadi. Hingga akhirnya Mus Mulyadi membuat sebuah grup band baru dengan nama 'Favourite Group' bersama anggota Empat Nada Band.
ADVERTISEMENT
Beberapa lagu mereka yang hits seperti 'Cari Kawan Lain', 'Angin Malam', 'Seuntai Bunga Tanda Cinta', dan 'Nada Indah'. Rekaman lagu tersebut ternyata meledak di pasaran hingga mengangkat popularitas band tersebut.
Setelah keluar dari 'Favourite Group' tahun 1978, barulah Mus Mulyadi bersolo karier. Ia mulai mencoba menyanyikan lagu keroncong pop dan langsung mendapatkan sambutan luar biasa. Dari sanalah julukan 'Buaya Keroncong' pun melekat padanya.
Tidak hanya bernyanyi, Mus Mulyadi juga sempat menjejak dunia perfilman. Ia pernah membintangi film 'Putri Solo' (1974) dan 'Aku Mau Hidup' pada tahun yang sama.
Dunia musik dangdut pun pernah dijajaki Mus Mulyadi sebelum akhirnya menderita penyakit diabetes sejak 1984. Penyakit itu juga menyebabkan kebutaan kedua matanya. Mata Mus Mulyadi pun sempat dioperasi. Sayangnya, upaya tersebut gagal. Ia mengalami kebutaan hingga akhir hayatnya.
ADVERTISEMENT
(zhd)
Baca lebih banyak informasi mengenai berita artis /berita heboh/info bola/dan lifehack lebih nyaman di aplikasi kumparan.
Download aplikasi Android di sini .
Download aplikasi iOS di sini .