Profil Yudhistira Massardi, Ayah Iga Massardi yang Meninggal Dunia

Berita Artis
Membicarakan apa saja seputar artis
Konten dari Pengguna
3 April 2024 12:17 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Berita Artis tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Iga Massardi di rumah duka Yudhistira ANM Massardi, Pekayon, Bekasi, Rabu (3/4) Foto: Giovanni/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Iga Massardi di rumah duka Yudhistira ANM Massardi, Pekayon, Bekasi, Rabu (3/4) Foto: Giovanni/kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Ayah musisi Iga Massardi, Yudhistira Ardi Nugraha Moelyana Massardi (70), meninggal dunia pada Selasa (2/4).
ADVERTISEMENT
Yudhistira merupakan sastrawan yang sudah menghasilkan berbagai jenis karya sastra seperti cerpen, novel, dan puisi. Ia juga menulis naskah sinetron.
Selain itu, Yudhista merupakan saudara kembar dari Noorca Massardi, salah satu komisioner di Lembaga Sensor Film (LSF).
Iga Massardi Barasuara saat di kumparan. Foto: Aditia Noviansyah/kumparan

Profil Yudhistira Massardi, Ayah Iga Massardi

Yudhistira lahir pada 28 Februari 1954. Sejak kecil, ia sudah mulai bekerja tanah kelahirannya di Subang, Jawa Barat, sebagai penjual kue dan koran.
Karya-karya sastranya mulai ditulis sejak SD. Tulisan-tulisannya mulai dipublikasikan ketika SMP di beberapa koran lokal.
Kemudian, Yudhistira menempuh studi di Akademi Institut Kesenian Jakarta (IKJ). Ia mengambil program sinematografi, namun ia tidak menamatkan studi sarjananya di IKJ.
Yudhistira adalah saudara kembar dari Noorca Massardi, yang kini bekerja di Lembaga Sensor Film (LSF). Noorca adalah Ketua Subkomisi Dialog di LSF.
ADVERTISEMENT
Yudhistira dan Noorca saling mengasah kemampuan menulis sejak kecil. Yudhistira merasa terpacu ketika di bangku SMA dirinya melihat tulisan Noorca termuat di koran Jakarta.
Keduanya menulis karya-karya sastra dengan sasaran pembaca kalangan remaja.
Iga Massardi dan ayahnya. Foto: Instagram @igamassardi
Salah satu karya penting Yudhistira yang patut dicatat adalah novel Arjuna Mencari Cinta (1977).
Gaya penulisan novel Yudhistira dianggap memberikan perlawanan khas anak muda yang tak tunduk pada zaman Orde Baru saat itu. Novel tersebut tak sekadar roman picisan, tetapi juga mampu menggugat kemapanan Jakarta.
Meski begitu, Arjuna Mencari Cinta dituturkan dalam bahasa yang humoris dan karikatural.
Novel Arjuna Mencari Cinta dinobatkan sebagai novel bacaan remaja terbaik tahun 1977 dari Yayasan Buku Utama.
Kemudian novelnya Mencoba Tidak Menyerah memenangkan sayembara dari DKJ tahun 1980.
Iga Massardi di rumah duka Yudhistira ANM Massardi, Pekayon, Bekasi, Rabu (3/4) Foto: Giovanni/kumparan
Pada 1994-1998, Yudhistira sempat menjadi Redaktur Pelaksana di Majalah Gatra. Pada 1998-2001 Yudhistira jadi Pemimpin Umum dan redaksi Majalah Gatra.
ADVERTISEMENT
Sebelumnya, Yudhistira pernah menjadi redaktur majalah Le Laki (1976-1978). Beliau juga sempat bekerja sebagai wartawan majalah berita mingguan Tempo.
Kehidupannya sebagai wartawan Tempo tidak berlangsung lama karena dia kemudian menjadi Redaktur Pelaksana sekaligus pendiri majalah berita Jakarta pada 1985-1987. Kemudian pada 1988-1992, ia menjadi Redaktur Pelaksana Majalah Humor.