Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
6 Cara Membuat Buku Keuangan Pribadi untuk Raih Kesuksesan Finansial
27 Maret 2023 17:02 WIB
·
waktu baca 4 menitTulisan dari Berita Bisnis tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Menurut Standar Akuntansi Keuangan yang dikeluarkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia, tujuan dari pencatatan keuangan adalah untuk menyediakan sejumlah informasi yang berkaitan dengan posisi keuangan.
Hal tersebut termasuk kinerja dan perubahan posisi keuangan, sehingga bisa digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan. Lantas, bagaimana cara membuat buku keuangan pribadi? Simak informasinya dalam uraian di bawah ini.
Tipe Buku Keuangan Pribadi
Sebelum membahas cara membuat buku keuangan pribadi, pahami terlebih dahulu tipe-tipe pembukuan keuangan. Merujuk laman resmi OCBC NISP, berikut tipe buku keuangan pribadi yang bisa kamu pilih:
1. Laporan Neraca Keuangan Individu
Laporan neraca keuangan individu atau individual balance sheet merupakan catatan yang memberikan informasi terkait seluruh kekayaan seseorang dalam masa waktu tertentu. Kekayaan yang dimaksud di antaranya meliputi kumpulan aset, kekayaan bersih, hingga liabilitas.
ADVERTISEMENT
2. Laporan Arus Kas (Cash Flow) Individu
Laporan arus kas atau cash flow individu adalah catatan yang memberikan informasi mengenai pemasukan dan pengeluaran dalam jangka waktu tertentu. Laporan arus kas terbagi menjadi dua bagian, berikut penjelasannya:
Cara Membuat Buku Keuangan Pribadi
Jika sudah paham tipe-tipe pembukuan keuangan pribadi, maka kamu bisa langsung membuat rencana dan buku keuangan milikmu sendiri. Adapun cara membuat buku keuangan pribadi bisa dengan mengikuti langkah-langkah berikut ini.
ADVERTISEMENT
1. Tentukan tujuan dan rencana pengelolaan keuangan
Sebelum membuat pembukuan, pastikan kamu sudah menentukan tujuan keuangan terlebih dahulu. Misalnya, kamu ingin menabung sebanyak 15% dan investasi 10% dari total gaji.
Jika sudah menentukan tujuan keuangan, buatlah rencana pengelolaan keuangan dengan menentukan besaran alokasi dari pemasukan untuk berbagai pengeluaran.
2. Membuat spreadsheet
Untuk mulai mencatat keuangan, kamu bisa menggunakan aplikasi Google Spreadsheet. Kamu bisa langsung buat laporan keuangan yang di dalamnya berisi cash flow, aset, dan liabilitas. Kamu juga bisa menambahkan bagian lain, misalnya seperti net worth.
3. Memanfaatkan fitur Notes di HP
Apabila spreadsheet terlalu rumit, kamu bisa membuat buku keuangan pribadi dengan menggunakan fitur Notes di HP. Silakan catat seluruh pemasukan dan pengeluaran kamu di aplikasi Notes.
4. Buat daftar aset dan liabilitas
Cara membuat buku keuangan pribadi berikutnya adalah menuliskan daftar aset hingga liabilitas yang kamu miliki beserta besaran nilainya. Hal ini meliputi nilai aset rumah, kendaraan, tabungan di bank, saham, reksa dana, dan berbagai aset lainnya yang dimiliki.
ADVERTISEMENT
Tuliskan juga daftar liabilitas atau kewajiban yang harus kamu bayarkan dalam waktu tertentu. Misalnya seperti tagihan listrik, air, cicilan kendaraan, KPR, kartu kredit, atau paylater.
5. Hitung seluruh kekayaan bersih
Setelah membuat daftar aset dan liabilitas yang dimiliki, selanjutnya hitung total net worth atau kekayaan bersihnya. Kalkulasikan seluruh nilai aset dan liabilitas tersebut, lalu cari selisih antara keduanya.
Sebagai contoh, kamu mempunyai total aset senilai Rp200 juta dan total liabilitas sebesar Rp25 juta. Maka, hasil total kekayaan bersih atau net worth yang kamu miliki adalah Rp175 juta.
6. Buat catatan arus kas harian
Cara membuat buku keuangan pribadi harian yang terakhir adalah melakukan pencatatan arus kas secara rutin dan berkala. Dalam hal ini, kamu perlu menuliskan seluruh sumber penghasilan yang dimiliki, entah itu gaji bulanan, pendapatan tambahan, investasi, maupun hasil wirausaha.
ADVERTISEMENT
Di sisi lain, tuliskan juga seluruh pengeluaran yang terjadi, seperti tagihan bulanan, cicilan atau kredit, jajan, servis mobil, dan semacamnya. Kemudian, jumlahkan semua pemasukan dan pengeluaran tersebut, lalu hitung selisih antara keduanya.
Apabila total pemasukan memiliki nilai lebih besar dibanding pengeluaran, maka hal tersebut menunjukkan arus kas bersih yang bersifat positif. Namun, apabila pengeluaran yang lebih tinggi dibanding pemasukan, maka kamu harus mengevaluasi kembali arus kas harianmu.
(NDA)