Konten dari Pengguna

Arti Penawaran dalam Ilmu Ekonomi beserta Hukum dan Contohnya

Berita Bisnis
Berita dan Informasi Praktis soal Ekonomi Bisnis
27 Januari 2023 19:15 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Berita Bisnis tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi penawaran harga khusus yang dipasang di etalase toko. Foto: Pixabay
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi penawaran harga khusus yang dipasang di etalase toko. Foto: Pixabay
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Penawaran merupakan salah satu komponen penting yang terdapat dalam suatu transaksi. Dalam ilmu ekonomi, arti penawaran (supply) adalah jumlah keseluruhan barang atau jasa yang akan dijual atau ditawarkan oleh produsen dengan berbagai macam tingkat harga.
ADVERTISEMENT
Konsep penawaran bisa bersifat perorangan ataupun kolektif. Kegiatan penawaran biasanya dipengaruhi oleh harga barang, biaya input, teknologi, keuntungan, dan lain sebagainya. Untuk lebih memahaminya, simak penjelasan di bawah ini.

Arti Penawaran

Menurut Rahardja dalam buku Pengantar Ekonomi Islam karya Rifadli D. Kadir, arti penawaran adalah keseluruhan jumlah barang dan jasa yang ditawarkan dalam berbagai kemungkinan harga yang berlaku di pasar dalam satu periode tertentu.
Rahardja turut berpendapat, penawaran dalam ilmu ekonomi juga dapat diartikan sebagai sejumlah barang yang produsen ingin tawarkan (jual) pada berbagai tingkat harga selama satu periode tertentu.
Berdasarkan pengertian tersebut, dalam konsep penawaran terdapat dua variabel (besaran) ekonomi, yaitu jumlah barang yang ditawarkan atau akan dijual dan tingkat harga. Variabel waktu dapat diabaikan atau dianggap konstan.
ADVERTISEMENT
Kedudukan variabel harga dalam konsep penawaran adalah sebagai variabel yang mempengaruhi jumlah barang yang ditawarkan, atau sering disebut variabel bebas (independent variable).
Sedangkan jumlah barang yang ditawarkan sebagai variabel yang dipengaruhi atau variabel terikat (dependent variable). Dengan kata lain, kedua variabel tersebut saling berhubungan satu sama lain.

Hukum Penawaran

Ilustrasi kegiatan jual beli di pasar. Foto: Pixabay
Sama halnya dengan hukum permintaan, hukum penawaran juga melihat hubungan antara harga dan jumlah barang atau jasa yang ditawarkan. Faktor-faktor lain yang memengaruhinya dianggap tetap atau tidak berubah.
Keadaan seperti ini disebut sebagai ceteris paribus. Dikutip dari buku IPS untuk kelas VIII SMP susunan Nana Supriatna, dkk., bunyi hukum penawaran adalah sebagai berikut:
“Jika harga suatu barang atau jasa naik, jumlah barang atau jasa yang ditawarkan naik. Jika harga suatu barang atau jasa turun, jumlah barang atau jasa yang ditawarkan ikut turun.”
ADVERTISEMENT
Berdasarkan pernyataan tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa harga dan jumlah barang atau jasa yang ditawarkan masing-masing memiliki hubungan yang positif. Harga ini berbanding lurus dengan jumlah barang atau jasa yang ditawarkan.
Seperti hukum permintaan, hukum penawaran juga berlaku dengan syarat ceteris paribus. Jika syarat ini tidak dipenuhi, maka hukum penawaran pun tidak dapat berlaku.
Jika digambarkan dalam bentuk kurva, hukum penawaran cenderung berslope positif (upward sloping). Produsen cenderung akan meningkatkan jumlah penawarannya bila harga semakin tinggi karena berhubungan dengan biaya produksi atau beban produksi yang dikeluarkan oleh perusahaan.
Semakin banyak komoditi yang diproduksi, maka semakin tinggi biaya produksi yang dikeluarkan terutama biaya opportunity. Dalam ilmu ekonomi, biaya ini lebih dikenal dengan sebutan biaya ekonomi dalam bentuk biaya menunggu penjualan (menunggu komoditi dibeli), biaya informasi, nilai waktu, dan lain sebagainya.
ADVERTISEMENT

Contoh Penawaran

Ilustrasi menghitung harga penawaran. Foto: Pixabay
Agar lebih memahaminya, coba perhatikan contoh perilaku produsen atau pedagang yang dikutip dari buku Ekonomi terbitan Sigtuna kommun berikut ini.
Kang Tatang pergi ke pasar untuk menjual 10 ekor ayam. Ia mengharapkan ayamnya laku terjual seharga Rp50.000 per ekor. Namun, di luar dugaan ayam-ayam tadi hanya ditawar Rp30.000 per ekor.
Mendapati keadaan seperti itu, Kang Tatang kembali mempertimbangkan niatnya untuk menjual seluruh ayam yang dibawa. Di satu sisi ia akan rugi apabila menjual seluruh ayam tersebut karena tidak sebanding dengan biaya yang sudah dikeluarkan. Di sisi lain, ia sangat membutuhkan uang untuk membayar uang sekolah anaknya.
Setelah diperhitungkan dengan masak, akhirnya Kang Tatang hanya menjual 5 ekor ayam. Sisa ayam yang 5 ekor dibawa pulang dengan tujuan menunggu harga naik. Dengan demikian, ayam yang ditawarkan Kang Tatang telah berkurang dari 10 ekor menjadi 5 ekor.
ADVERTISEMENT
(NDA)