Konten dari Pengguna

Fashion Asia vs Eropa: Siapa Paling Tajir di Antara Uniqlo dan Zara?

Berita Bisnis
Berita dan Informasi Praktis soal Ekonomi Bisnis
19 Februari 2021 15:09 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Berita Bisnis tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi Fashion Asia vs Eropa: Siapa Paling Tajir di Antara Uniqlo dan Zara? Foto: UNIQLO Indonesia.
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Fashion Asia vs Eropa: Siapa Paling Tajir di Antara Uniqlo dan Zara? Foto: UNIQLO Indonesia.
ADVERTISEMENT
Fashion termasuk kebutuhan sehari-hari dan dijadikan gaya hidup oleh masyarakat. Banyak orang yang menghabiskan uangnya untuk membelanjakan pakaian hingga aksesori lainnya untuk mendapatkan penampilan terbaiknya.
ADVERTISEMENT
Buat orang penikmat fashion, tentunya sudah tak asing lagi dengan brand-brand luar negeri yang ada di pusat perbelanjaan. Sebut saja Uniqlo dan Zara, toko baju yang kerap disinggahi oleh masyarakat jika sedang berseliweran di mal.
Namun, apa kamu tahu, brand tersebut berasal dari mana? Dan apa pernah terlintas di benakmu, dengan banyaknya brand menjamur saat ini, perusahaan fashion mana yang lebih tajir di antara lainnya?
Jika kamu berpikir, kalau Eropa akan selalu lebih unggul dari Asia, itu salah besar. Terbukti, melalui Uniqlo yang berasal dari Jepang, brand ini mampu bersaing dengan brand asal Eropa. Bagaimana tidak? Dalam hal kapitalisasi pasar, saat ini Uniqlo lebih tinggi ketimbang Zara yang berasal dari Spanyol.
ADVERTISEMENT
Dalam pedagangan hari Selasa (16/2), Fast Retailing yang merupakan induk perusahaan dari Uniqlo, mampu melangkahi Inditex, perusahaan induk Zara, dengan kapitalisasi pasar mencapai USD 103 miliar. Sementara Zara, memiliki nilai kapitalisasi sebesar USD 97 miliar. Prestasi yang didapuk oleh perusahaan Negeri Sakura itu selaras dengan nilai sahamnya yang terus mengalami kenaikan.
Pandemi Covid-19 membawa dampak negatif untuk banyak sektor. Namun, dampak ini tak berlaku untuk peritel fashion asal Jepang itu. Fast Retailing justru kecipratan hal positif dari adanya pandemi ini.
Mengapa hal tersebut dapat terjadi? Perusahaan ini berfokus dalam memproduksi pakaian kasual. Pandemi membuat masyarakat mengubah kebiasaan mereka, sehingga masyarakat lebih banyak menghabiskan waktunya di rumah dengan pakaian yang santai.
ADVERTISEMENT
Selain itu, pada November 2020, Fast Retailing menjalankan sebanyak 2.298 outlet di seluruh penjuru dunia. Adapun dari total tersebut, sebesar 60 persen outlet-nya terletak di Asia, namun, masih di luar Jepang, ya. Sementara dengan Zara, sebesar 70 persen outlet-nya berada di Eropa dan juga Amerika Serikat, di wilayah ini beberapa kali mengalami lockdown.
Persaingan ketat dalam penjualan digital terjadi antara Fast Retailing dan Inditex. Untuk Fast Retaling sendiri, berhasil meningkatkan pangsa pasar daringnya sebesar 15,6 persen, yang awalnya hanya di angka 11,3 persen. Brand yang dimiliki oleh Tadashi Yanai itu juga terus mengembangkan ke ritel digital dengan menggaet Google serta perusahaan teknologi yang lain.
Tapi tak dapat dimungkiri, untuk hal pendapatan, Inditex masih mengungguli Fast Retailing. Inditex yang dimiliki oleh Amanico Ortega itu berada di urutan pertama dengan pendapatan senilai USD 34,1 miliar. Selanjutnya, disusul oleh brand H&M yang memiliki pendapatan sebesar USD 22,5 miliar. Dan di posisi ketiga, barulah Fast Retailing dengan pendapatan di angka USD 18,9 miliar di tahun 2020.
ADVERTISEMENT