Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Konten dari Pengguna
Manfaat Break Even Point dan Elemen-elemen Penyusunnya
19 Desember 2022 13:44 WIB
·
waktu baca 3 menitTulisan dari Berita Bisnis tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Istilah break even point (BEP) sangat sering digunakan dalam menganalisis sebuah perusahaan. BEP merupakan sebuah titik impas dari besarnya laba dan biaya dari sebuah perusahaan yang mana titik tersebut masih dalam keadaan yang seimbang.
ADVERTISEMENT
Analisis break even point umumnya digunakan untuk menghitung kapan sebuah usaha/bisnis atau proyek akan menghasilkan keuntungan dengan cara menyamakan total pendapatannya dengan total biaya produksi.
Dengan analisis break even point, manajemen perusahaan dapat mengetahui jumlah penjualan minimum yang harus dipertahankan agar tidak mengalami kerugian. Analisis ini juga bermanfaat untuk mengetahui jumlah penjualan agar memperoleh keuntungan tertentu.
Selain itu, analisis BEP juga bisa membantu manajemen dalam pengambilan keputusan apakah pebisnis perlu melanjutkan atau memberhentikan bisnisnya. Agar lebih paham tentang manfaat break even point dalam sebuah bisnis, simak penjelasannya di bawah ini.
Manfaat Break Even Point
Menghitung break even point amat penting dilakukan para pengusaha agar mengetahui batas minimum produksi, sehingga tidak mengalami kerugian.
ADVERTISEMENT
Dikutip dari buku Produk Kreatif dan Kewirausahaan Akuntansi dan Keuangan Lembaga SMK/MAK Kelas XII Semester 1 oleh Muh, Nur Eli Brahim, M.Si, berikut manfaat break even point:
ADVERTISEMENT
Elemen-elemen dalam Break Even Point
Menurut Buku Ajar Operation Research karya Udik Jatmiko, break even point memiliki beberapa elemen penyusun, di antaranya sebagai berikut:
1. Biaya Tetap (Fixed Cost)
Elemen yang pertama BEP adalah biaya tetap (fixed cost). Biaya tetap adalah biaya pokok yang selalu dikeluarkan perusahaan, walaupun perusahaan tidak memproduksi barang sekalipun. Contoh dari biaya tetap adalah biaya sewa gedung, biaya perawatan mesin, kendaraan, dan lainnya.
2. Biaya Variabel (Variable Cost)
Kebalikan dari biaya tetap, nilai dari variable cost akan mengikuti jumlah produksi yang dihasilkan perusahaan. Contoh dari variable cost adalah biaya bahan baku, biaya tenaga kerja, peralatan sekali pakai, dan lainnya.
3. Biaya Campuran (Mixed Cost)
Mixed cost adalah biaya gabungan antara biaya tetap dan variabel. Mixed cost memiliki nilai default yang wajib dibayarkan walaupun tidak ada aktivitas produksi.
ADVERTISEMENT
Akan tetapi, pada saat produksi dilakukan, jumlahnya akan terus meningkat mengikuti output produksi. Contoh dari mixed cost adalah tagihan listrik, tagihan air, biaya bensin kendaraan, dan lainnya.
4. Harga Pokok Penjualan (HPP)
Terbentuknya elemen HPP (Harga Pokok Penjualan) ini setelah semua biaya dijumlahkan. HPP merupakan harga murni yang nominalnya sama dengan BEP. Nilai laba di dalam HPP sama dengan nol.
5. Margin Laba
Laba margin adalah elemen yang wajib ditambahkan pada harga produk begitu BEP-nya sudah terhitung. Kamu dapat menetapkan margin laba dengan nominal berapapun, sesuai harga jual produk yang kamu inginkan.
(NDA)