Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Memahami Metode Penilaian Persediaan Menurut PSAK 14
17 Januari 2022 20:44 WIB
·
waktu baca 3 menitTulisan dari Berita Bisnis tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Menurut Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK), persediaan adalah aset yang tersedia untuk dijual oleh suatu usaha biasa atau produksi. Istilah cadangan atau persediaang juga mengacu pada suatu bentuk bahan atau perlengkapan yang digunakan dalam produksi atau pembelian jasa.
Sederhananya persediaan merupakan sejumlah barang yang disimpan oleh perusahaan dalam suatu tempat (gudang). Informasi mengenai ketersediaan barang sangat dibutuhkan oleh pihak manajemen untuk mengambil keputusan. Hal itu dilakukan agar tidak terjadi kelebihan ataupun kekurangan persediaan.
Persediaan termasuk dalam aktiva lancar karena jumlah kas akan bertambah seiring penjualan barang secara tunai. Dengan mengetahui persediaan yang ada, hal tersebut dapat menjamin kesiapan barang saat dibutuhkan.
Jenis-jenis Persediaan
Persediaan terdiri dari tiga jenis dan umumnya berdasarkan produksi. Berikut contohnya:
ADVERTISEMENT
Metode Penilaian Persediaan
Metode penilaian persediaan mengalokasikan total biaya persediaan yang tersisa dan terjual. Metode yang paling umum terdiri dari:
1. Identifikasi Khusus
Mengutip dari buku Akuntansi: Konsep dan Aplikasi karya Winston Pontoh, metode ini dapat menentukan biaya persediaan per unit yang terjual dan menentukan nilai persediaan akhir yang tersisa dalam gudang.
Melalui metode ini, unit persediaan yang akan dijual dapat diidentifikasi terpisah secara tepat. Namun metode ini menjadi tidak efisien saat diterapkan dalam organisasi bisnis yang bergerak di bidang usaha perdagangan besar dan eceran.
ADVERTISEMENT
2. Metode Biaya Rata-rata
Metode ini mengasumsikan bahwa harga beli persediaan yang dibeli terakhir akan menjadi beban pokok penjualan pada saat terjadinya transaksi penjualan. Nilai persediaan yang akan dilaporkan, yaitu berdasarkan harga beli persediaan di awal persediaan.
3. Metode Masuk Pertama, Keluar Pertama (FIFO)
Metode ini berasumsi bahwa barang yang pertama kali dibeli ialah barang yang pertama kali dijual. Selanjutnya, barang yang terakhir kali dibeli merupakan barang yang tersisa sebagai persediaan.
Ketika metode FIFO digunakan selama periode inflasi, biaya unit yang lebih awal akan lebih rendah dibandingkan biaya unit paling terakhir. Dengan demikian, metode ini akan menghasilkan laba kotor lebih tinggi.
4. Metode Masuk Terakhir Keluar Pertama (LIFO)
Menyadur dari buku Pengantar Akuntansi - Adaptasi Indonesia, metode ini berasumsi bahwa barang yang dibeli paling akhir ialah barang yang pertama kali dijual.
ADVERTISEMENT
Ketika metode LIFO ini digunakan selama peiode inflasi, hasilnya akan berkebalikan dengan metode-metode yang lain. Metode LIFO menghasilkan jumlah lebih tinggi untuk harga pokok penjualan (HPP), jumlah yang lebih rendah untuk laba kotor, dan jumlah lebih rendah untuk persediaan akhir.
(ZHR)