Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Konten dari Pengguna
Produk Indofood dan Kiprah Sudono Salim Membangun Perusahaan
16 Agustus 2021 20:14 WIB
·
waktu baca 4 menitTulisan dari Berita Bisnis tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Perjalanan Sudono Salim dan Indofood
Sudono Salim sebenarnya seorang imigran dari China. Ia lahir di desa kecil bernama Fujian, di Fuqing China 16 Juli 1916 dengan nama aslinya Lim Sioe Liong. Ia memutuskan untuk datang ke Indonesia tepatnya di Surabaya, Jawa Timur dan menetap di Kota Kudus, Jawa Tengah.
Perjalanan panjangnya tentu saja tidak mudah. Ia bahkan datang ke Indonesia dengan berlayar menggunakan kapal layar tanpa mesin untuk sampai ke Surabaya. Sedangkan kakaknya telah sampai di Indonesia terlebih dahulu.
ADVERTISEMENT
Sesampainya, ia kemudian mendapatkan pekerjaan sebagai buruh pabrik di salah satu pabrik pembuatan kerupuk dan tahu. Walaupun ia menjadi pekerja atau buruh pabrik tersebut, tapi nyatanya naluri bisnis Sudono Salim tak dapat dibendung. Ia kemudian melihat berbagai peluang bisnis.
Salah satunya ia melihat peluang bisnis yang berada di tempat tinggalnya di Kudus, Jawa Tengah. Ia mencoba untuk berjualan tembakau dan cengkeh, yaitu bahan utama yang biasanya digunakan sebagai bahan baku rokok. Ia pun mulai terjun ke bisnis pemasok cengkeh dan tembakau.
Memulai bisnis tentu saja memerlukan modal yang tidak sedikit. Ia cukup terkendala dalam masalah modal karena ia merupakan pegawai biasa. Ia pun akhirnya meminjam modal usaha pada mertuanya.
Sudono Salim pun mulai membangun usaha tembakau dan cengkehnya. Tak lama ia cukup sukses dalam berbisnis cengkeh dan tembakau. Bahkan Sudono Salim dikenal sebagai bandar cengkeh asal Kudus yang memiliki berbagai koneksi hingga pulau Sulawesi dan Sumatera.
ADVERTISEMENT
Selain bisnis cengkehnya, ia juga mulai berbisnis dalam bidang logistik yaitu seperti pasokan barang-barang medis untuk tentara revolusioner di Medan. Dalam perjalanan bisnisnya itu pun tidak mudah. Beberapa masalah terjadi pada dirinya mulai dari bisnisnya yang dituduh sebagai pemasok senjata tentara revolusioner Indonesia oleh pemerintah Belanda sampai dengan bisnis cengkehnya mulai mengalami kebangkrutan.
Pada tahun 1942, saat Indonesia berada di bawah kekuasaan Jepang yang baru saja memasuki Hindia Belanda karena hampir seluruh kegiatan masyarakat harus diberhentikan. Hal tersebut berlangsung hingga 3 tahun lamanya.
Setelah Indonesia merdeka, Sudono Salim memutuskan untuk pindah ke Jakarta dan memulai bekerja sama dengan perusahaan asal Tiongkok dan Hongkong untuk menjadi pemasok utama produk kebersihan, berupa sabun ke Tentara Nasional Indonesia.
ADVERTISEMENT
Ia pun mulai melihat berbagai peluang bisnis baru kembali. Ia pun mulai bekerja sama dengan Mochtar Riady untuk mendirikan bank yang diberi nama Central Bank Asia yang kemudian berganti menjadi Bank Central Asia (BCA) yang dikenal hingga saat ini.
Tak berhenti, ia pun terus berekspansi dalam berbisnis dan mulai memproduksi bahan pangan yaitu bahan pokok kebutuhan masyarakat Indonesia sehari-hari seperti tepung terigu. Ia pun mendirikan PT Bogasari pada tahun 1968 yang berdiri hingga saat ini
Tak puas dengan sektor makanan, Sudono Salim memutuskan untuk mencoba sektor bisnis dalam bidang produksi bahan bangunan. Ia pun bekerja sama dengan pebisnis dari luar negeri dan mendirikan perusahaan Indocement pada tahun 1973.
Perusahaannya terus berekspansi dan berkembang hingga ia mampu mendirikan perusahaan yang memproduksi makanan olahan tepung terigu berupa mi instan. Lalu, berdirilah perusahaan yang diberi nama Indofood pada tahun 1990.
ADVERTISEMENT
Ia meluncurkan produk utama yaitu mi instan yang diberi nama Indomie dengan dua varian rasa sari ayam dan sari udang. Sejak saat itulah Indomie cukup populer dengan rasa andalannya, yaitu mi goreng. Indomie pun menjadi sangat populer hingga saat ini.
Indomie cukup terkenal karena rasa dan harga yang sangat ekonomis sehingga dapat dijangkau berbagai kalangan di seluruh Indonesia. Kesuksesan Indomie tak hanya di Indonesia hingga saat ini terbukti mi yang menjadi ikon Indonesia ini sudah merambah ke seluruh negara hingga didirikannya pabrik Indomie di Nigeria dan menjadi salah satu makanan pokok di sana.
Kesuksesan Sudono Salim membuktikan bahwa apa yang dicapainya tidak instan, butuh perjuangan, kerja keras dan pantang menyerah. Sudono Salim pun mengembuskan napas terakhirnya pada usia 96 tahun.
ADVERTISEMENT
Produk Indofood
(AAG)