Profil Chandra Lie, Pendiri Sriwijaya Air yang Dulunya Bisnis Garmen

Berita Bisnis
Berita dan Informasi Praktis soal Ekonomi Bisnis
Konten dari Pengguna
10 Januari 2021 16:32 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Berita Bisnis tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi pesawat Sriwijaya Air yang tengah mengudara Foto: Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi pesawat Sriwijaya Air yang tengah mengudara Foto: Shutterstock
ADVERTISEMENT
Pesawat Sriwijaya Air SJ 182 rute Jakarta-Pontianak dilaporkan jatuh di perairan Kepulauan Seribu pada Sabtu (9/1) siang. Dikutip dalam Kumparan News, pesawat tersebut berisi 50 penumpang dan 12 kru pesawat.
ADVERTISEMENT
Hal ini tentu menggemparkan masyarakat Indonesia. Namun di balik kesedihan ini, tahukah kalian siapa sosok hebat yang berdiri di belakang maskapai terbesar ketiga di Indonesia ini?
Chandra Lie, pria kelahiran Pangkal Pinang 1965 ini merupakan pengusaha sukses asal Indonesia. Chandra mendirikan Sriwijaya Air bersama dengan saudaranya Hendry Lie dari nol. Maskapai ini berdiri pada 28 April 2003 dan mendapatkan izin terbang pertamanya pada 28 Oktober 2003.
Chandra Lie. Foto: Instagram/sriwijayaair
Sedari kecil, Chandra memiliki sifat pekerja keras dan pantang menyerah. Usai lulus dari SMP, Chandra memutuskan untuk melanjutkan pendidikannya di Jakarta. Sembari mengenyam pendidikan menengah atas di Jakarta, Chandra juga melakoni beberapa pekerjaan guna mengumpulkan pundi-pundi uang yang dapat dia tabung.
Chandra kecil memiliki cita-cita menjadi guru olahraga atau pengacara. Usai tamat SMA ia memutuskan untuk mengikuti seleksi masuk perguruan tinggi Universitas Indonesia. Namun sayang, Chandra gagal menyelesaikan tes tersebut.
ADVERTISEMENT
Tak pantang menyerah, Chandra akhirnya bangkit dan memilih untuk membangun bisnis garmen. Bisnisnya berkembang dengan pesat.
Mulanya Chandra hanya memiliki 7 mesin dalam bisnis garmen tersebut, namun berkat kerja kerasnya Chandra berhasil mengembangkan usahanya dan menambah mesin. Sehingga total mesin yang Chandra punya menjadi 150.
Ide untuk mendirikan sebuah maskapai penerbangan muncul tatkala Chandra kesulitan untuk pulang ke kampung halamannya. Chandra membutuhkan waktu kurang lebih 11 jam dengan menaiki kapal laut, itupun jika tidak ada ombak. Sedangkan jika dia menaiki pesawat waktu yang ditempuh akan jauh lebih sedikit karena tak terhalang ombak.
Akhirnya Chandra memutuskan untuk merintis bisnis penerbangan sembari menjalani bisnis garmennya yang tengah berkembang pesat. Beberapa tahun kemudian, Chandra memilih untuk fokus dengan bisnis barunya dan menyerahkan bisnis garmennya tersebut kepada temannya.
ADVERTISEMENT
Di tahun 2000, Chandra mulai mengajukan izin untuk mendirikan maskapainya dengan dibantu saudaranya Hendry Lie, Johanes B, dan Andy Halim. Butuh waktu 3 tahun untuk memproses izin ini. Hingga pada 10 November 2003, Sriwijaya Air mulai beroperasi dengan melakukan penerbangan pertamanya.
Chandra Lie dan saudaranya memulai Sriwijaya Air dengan satu armada saja yaitu Boeing-737-200. Kerja keras akan membuahkan hasil, kini Sriwijaya Air telah memiliki 48 pesawat Boeing dengan total 53 rute penerbangan.
Chandra Lie mulai mengepakkan sayapnya dalam dunia penerbangan tepat setelah 10 tahun Sriwijaya Air mengudara. Chandra mengembangkan NAM air, maskapai ini melayani penerbangan untuk wilayah terbang yang lebih kecil sebagai pengumpan (feeder). Selain itu, Sriwijaya Group juga membangun sebuah sekolah penerbangan dengan nama NAM Flying School.
ADVERTISEMENT