Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.87.1
Konten dari Pengguna
Siapa Pemilik Gudang Garam? Ini Profil dan Bisnis Lain yang Dimilikinya
21 Desember 2022 11:53 WIB
·
waktu baca 3 menitTulisan dari Berita Bisnis tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
PT Gudang Garam Tbk (GGRM) merupakan salah satu industri rokok terkemuka di Indonesia yang telah berdiri sejak 1958. Tak heran rasanya jika banyak orang penasaran dengan sosok pemilik Gudang Garam.
ADVERTISEMENT
Melihat sejarahnya, Gudang Garam didirikan oleh Tjoa Ing-Hwie atau Surya Wonowidjojo. Saat ini kepemilikan perusahaan tersebut telah beralih kepada Susilo Wonowidjojo. Ia beserta keluarganya seringkali masuk ke dalam jajaran orang terkaya di Indonesia.
Pada 2021, majalah Forbes merilis jajaran orang terkaya di Indonesia dan pemilik Gudang Garam tersebut berhasil menduduki urutan ke tujuh dengan kekayaan ditaksir hingga mencapai US$ 4,8 miliar atau setara dengan Rp 71,4 triliun (asumsi kurs Rp 14.882 per US$).
Profil Pemilik Gudang Garam
ADVERTISEMENT
Berkat kerja keras dan keuletannya, Susilo akhirnya mendapatkan promosi dan menduduki posisi direktur di perusahaan tersebut. Ia diangkat menjadi direktur pada 1976 dan menjabat sebagai Wakil Presiden Direktur pada 1990.
Saat ia menjadi direktur Gudang Garam , berbagai inovasi telah dibuatnya. Produk rokok kretek mild dengan kadar nikotin dan tar yang rendah, merupakan salah satu terobosan baru dari Susilo yang pertama kalinya hadir di tahun 2002.
Pada 20 Juni 2009, Susilo menjabat sebagai Presiden Direktur Gudang Garam menggantikan kakaknya, Rachman Halim yang meninggal dunia di Singapura pada 2008. Kini ia mengelola 208 hektare area produksi yang tersebar di Kediri dan Pasuruan.
Bisnis Keluarga Pemilik Gudang Garam
Gudang Garam juga melakukan ekspansi bisnis ke sektor infrastruktur, yakni pembangunan jalan tol dan Bandara Dhoho di Kediri, Jawa Timur. Belakangan mereka juga mulai merambah ke bisnis kelapa sawit.
ADVERTISEMENT
Bisnis kelapa sawit diketahui telah merebak sejak tahun 2000-an. Banyak perusahaan raksasa kelapa sawit dengan perkebunannya yang luas akhirnya bermunculan di Indonesia. Perusahaan raksasa kelapa sawit ini umumnya sudah bermain sejak era 1990-an, termasuk keluarga Wonowidjojo.
Pada 1993, keluarga Wonowidjojo pun mendirikan PT Matahari Kahuripan Indonesia (Makin Group) yang merupakan perusahaan kelapa sawit. Per 2021 lalu, Makin Group diketahui memiliki total area lahan seluas 140.000 hektare yang terbentang di Sumatra dan Kalimantan, serta memiliki 13 pabrik pengolahan.
Gudang Garam Group bahkan juga memiliki PT Dhanistha Surya Nusantara dan PT Surya Nusantara Sawitindo. Kedua perusahaan tersebut aktif di bidang perkebunan kelapa sawit.
PT Dhanistha Surya Nusantara dan PT Surya Nusantara Sawitindo juga memiliki saham PT Pertiwi Lenggara Agromas yang dijual oleh PT Sampoerna Agro Tbk. Dhanistha Surya Nusantara mengelola lahan seluas 100 ribu hektare untuk kelapa sawit dan membawahi 11 ribu karyawan.
ADVERTISEMENT
Kendati demikian, beberapa waktu lalu pamor badan usaha milik keluarga Wonowidjojo tersebut telah terdepak dari deretan saham berkapitalisasi pasar terbesar di LQ45 dan IDX30. Hal ini terjadi akibat bagian dari evaluasi berkala oleh Bursa Efek Indonesia (BEI).
BEI melakukan perombakan terhadap sejumlah indeks unggulan, termasuk IDX30 dan LQ45, untuk periode Agustus 2022 sampai Januari 2023. GGRM saat ini diketahui memiliki kapitalisasi pasar sekitar Rp 48,29 triliun, berkurang dari Rp 50 triliun pada 29 Juli 2022.
Secara kinerja sahamnya, Gudang Garam sepanjang tahun berjalan ambles 17,97%. Pada perdagangan Rabu 24 Agustus 2022, perusahaan rokok ini juga tercatat melemah 0,2% dengan harga Rp 25.100/saham.
Berdasarkan laporan keuangannya, Gudang Garam dan entitas anak perusahaannya membukukan laba bersih senilai Rp 956,14 miliar di semester I-2022, turun 59,37% dari periode yang sama di tahun 2021 di Rp 2,35 triliun. Meski begitu, pendapatan masih tumbuh mencapai 1,82% menjadi Rp 61,67 triliun secara tahunan.
ADVERTISEMENT
(NDA)