Konten dari Pengguna

2 Contoh Teks Khutbah Jumat Bulan Syawal yang Penuh Makna

Berita Hari Ini
Menyajikan informasi terkini, terbaru, dan terupdate mulai dari politik, bisnis, selebriti, lifestyle, dan masih banyak lagi.
10 April 2024 17:00 WIB
·
waktu baca 12 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Berita Hari Ini tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi khutbah Jumat bulan Syawal. Foto: Dok. gph.gov.sa
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi khutbah Jumat bulan Syawal. Foto: Dok. gph.gov.sa
ADVERTISEMENT
Ada banyak keutamaan yang bisa diraih umat Muslim di bulan Syawal. Untuk memberikan pemahaman kepada umat soal ini, penting bagi khotib yang bertugas untuk menyampaikan khutbah Jumat bulan Syawal dengan materi yang bermanfaat.
ADVERTISEMENT
Syawal adalah bulan penuh kemenangan bagi umat Islam. Itu karena umat Muslim menyambut Syawal dalam keadaan suci setelah menjalankan ibadah puasa selama sebulan penuh dan ibadah lainnya di bulan Ramadan.
Ada banyak keistimewaan di bulan Syawal yang penting untuk diketahui. Salah satunya adalah anjuran puasa Syawal enam hari. Mengutip buku 12 Bulan Mulia - Amalan Sepanjang Tahun oleh Abdurrahman Ahmad As- (2013), puasa enam hari bulan Syawal setelah Ramadan menyempurnakan pahala puasa setahun.
Puasa Syawal dan Sya'ban juga diibaratkan sebagai sholat sunnah rawatib qabliah dan bakdiah. Keduanya menyempurnakan kekurangan dan kesalahan yang terdapat pada pada sholat-sholat fardhu. Intinya, pada hari kiamat nanti, amalan fardhu akan disempurnakan dengan amalan-amalan sunnah.
Itu sebabnya kenapa khotib perlu menyampaikan informasi-informasi yang bisa melecut semangat umat Muslim untuk menjaga amalan-amalan saat bulan Ramadan di bulan Syawal. Berikut adalah contoh teks khutbah Jumat bulan Syawal yang bisa disampaikan.
ADVERTISEMENT

Contoh Khutbah Jumat Bulan Syawal

Ilustrasi mimbar masjid. Foto: Shutter Stock
Khutbah pertama berjudul "3 Cara Menjaga Spirit Ibadah Pasca-Ramadhan" yang dikutip dari laman NU Online.
Khutbah I
الحَمْدُ لِلّٰهِ الَّذِيْ حَرَّمَ الصِّياَمَ أَيّاَمَ الأَعْياَدِ ضِيَافَةً لِعِباَدِهِ الصَّالِحِيْنَ. أَشْهَدُ أَنْ لاَإِلٰهَ إِلاَّاللهُ لاَشَرِيْكَ لَهُ الَّذِيْ جَعَلَ الجَّنَّةَ لِلْمُتَّقِيْنَ وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَناَ وَمَوْلاَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الدَّاعِيْ إِلىَ الصِّرَاطِ المُسْتَقِيْمِ. اللّٰهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَباَرِكْ عَلىَ سَيِّدِنَا مُحَمَّـدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحاَبِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلىَ يَوْمِ الدِّيْنَ. أَمَّا بَعْدُ .فَيَآأَيُّهَاالمُؤْمِنُوْنَ أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ المُتَّقُوْنَ. وَاتَّقُوْا اللهَ حَقَّ تُقاَتِهِ وَلاَتَمُوْتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ . قَالَ اللهُ تَعَالَى: يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوا اتَّقُوا اللّٰهَ وَلْتَنْظُرْ نَفْسٌ مَّا قَدَّمَتْ لِغَدٍۚ وَاتَّقُوا اللّٰهَۗ اِنَّ اللّٰهَ خَبِيْرٌ ۢ بِمَا تَعْمَلُوْنَ
Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah
ADVERTISEMENT
Segala puji bagi Allah swt, Tuhan semesta alam yang terus mengalirkan nikmat yang tak bisa dihitung satu persatu kepada kita, di antaranya adalah nikmat iman dan takwa sehingga kita masih bisa menikmati manisnya Islam yang akan membawa kita selamat dunia akhirat. Tiada kata lain yang patut diucapkan kecuali kalimat Alhamdulillahirabbil Alamin. Dengan terus bersyukur, insyaAllah karunia nikmat yang diberikan akan terus ditambah oleh Allah swt.
وَاِذْ تَاَذَّنَ رَبُّكُمْ لَىِٕنْ شَكَرْتُمْ لَاَزِيْدَنَّكُمْ وَلَىِٕنْ كَفَرْتُمْ اِنَّ عَذَابِيْ لَشَدِيْدٌ
Artinya: “(Ingatlah) ketika Tuhanmu memaklumkan, “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, niscaya Aku akan menambah (nikmat) kepadamu, tetapi jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), sesungguhnya azab-Ku benar-benar sangat keras”.(QS. Surat Ibrahim: 7)
Syukur yang kita ungkapkan ini juga harus senantiasa direalisasikan dalam wujud nyata melalui penguatan ketakwaan kepada Allah swt yakni dengan menjalankan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya. Dengan syukur dan takwa ini, maka kita akan senantiasa menjadi pribadi yang senantiasa diberi perlindungan dan petunjuk dalam mengarungi samudera kehidupan di dunia dan bisa terus menjalankan misi utama hidup di dunia yakni beribadah kepada Allah swt. Hal ini termaktub dalam Al-Qur’an Surat Adz-Dzariyat ayat 56:
ADVERTISEMENT
وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْاِنْسَ اِلَّا لِيَعْبُدُوْنِ
Artinya: “Tidaklah Aku menciptakan jin dan manusia kecuali untuk beribadah kepada-Ku.”
Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah,
Dalam putaran waktu dan keseharian umat Islam, bulan Ramadhan menjadi momentum intensifnya kegiatan ibadah yang dilakukan baik dari sisi kualitas maupun kuantitasnya. Frekuensi ibadah seperti puasa, shalat, membaca Al-Qur’an, bersedekah, dan ibadah-ibadah lainnya menjadi warna dominan di bulan mulia tersebut. Semangat ini seiring dengan kemuliaan Ramadhan yang di dalamnya banyak memiliki keutamaan dan keberkahan. Ramadhan menjadi bulan ‘penggemblengan’ jasmani dan rohani umat Islam untuk menjadikannya pribadi yang senantiasa dekat dengan sang khalik, Allah swt.
Namun pertanyaannya, bagaimana pasca-Ramadhan? Apakah kita mampu mempertahankan kualitas dan kuantitas ibadah kita? Apakah pasca-Ramadhan, kita kembali seperti sedia kala dengan semangat ibadah seadanya? Apakah takwa, sebagai buah dari perintah puasa Ramadhan, sudah kita rasakan dalam diri kita? Tentu pertanyaan ini hanya bisa dijawab oleh diri kita sendiri sebagai bahan muhasabah atau introspeksi diri agar spirit ibadah kita tidak mengendur pasca-Ramadhan.
ADVERTISEMENT
Sehingga pada kesempatan khutbah ini, khatib ingin mengajak kita semua untuk melihat kembali lintasan perjalanan ibadah kita selama Ramadhan untuk menjadi spirit dan motivasi agar pasca Ramadhan, ibadah kita bisa ditingkatkan, atau minimal sama dengan ramadhan. Melihat masa lalu itu penting sebagai modal untuk menghadapi masa depan sebagaimana Firman Allah:
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوا اتَّقُوا اللّٰهَ وَلْتَنْظُرْ نَفْسٌ مَّا قَدَّمَتْ لِغَدٍۚ وَاتَّقُوا اللّٰهَ ۗاِنَّ اللّٰهَ خَبِيْرٌ ۢبِمَا تَعْمَلُوْنَ
Artinya: “Wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap orang memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat). Bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Teliti terhadap apa yang kamu kerjakan.” (Al-Ḥasyr :18)
Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah,
Semangat untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas ibadah sebenarnya sudah tergambar dari makna kata Syawal yang merupakan bulan setelah Ramadhan sekaligus waktu perayaan Hari Raya Idul Fitri.
ADVERTISEMENT
Dari segi bahasa, kata “Syawal” (شَوَّالُ) berasal dari kata “Syala” (شَالَ) yang memiliki arti “irtafaá” (اِرْتَفَعَ) yakni meningkatkan. Makna ini seharusnya menjadi inspirasi kita untuk tetap mempertahankan grafik kualitas dan kuantitas ibadah pasca-Ramadhan. Dalam mempertahankannya, perlu upaya serius di antaranya adalah dengan melakukan 3 M yakni Muhasabah, Mujahadah, dan Muraqabah.
Muhasabah adalah melakukan introspeksi diri terhadap proses perjalanan ibadah di bulan Ramadhan. Muhasabah ini bisa dilakukan dengan mengajukan pertanyaan kepada diri kita sendiri tentang: Apa yang telah kita lakukan di bulan Ramadhan? Apakah kita sudah memiliki niat yang benar dalam menjalankan ibadah di bulan Ramadhan? Apa yang menjadikan kita semangat beribadah di bulan Ramadhan? Pernahkan kita melanggar kewajiban-kewajiban di bulan Ramadhan?. Dan tentunya pertanyaan-pertanyaan introspektif lainnya untuk mengevaluasi ibadah kita selama ini.
ADVERTISEMENT
Jawaban dari pertanyaan-pertanyaan ini akan memotivasi kita untuk semangat dan memperbaiki diri sehingga akan berdampak kepada kualitas dan kuantitas ibadah pasca-Ramadhan. Terkait pentingnya Muhasabah ini Rasulullah bersabda:
الْكَيِّسُ مَنْ دَانَ نَفْسَهُ وَعَمِلَ لِمَا بَعْدَ الْمَوْتِ، وَالْعَاجِزُ مَنْ أَتْبَعَ نَفْسَهُ هَوَاهَا وَتَمَنَّى عَلَى اللَّهِ
Artinya: “Orang yang cerdas (sukses) adalah orang yang menghisab (mengevaluasi) dirinya sendiri, serta beramal untuk kehidupan sesudah kematiannya. Sedangkan orang yang lemah adalah orang yang mengikuti hawa nafsunya serta berangan-angan terhadap Allah SWT.' (HR Tirmidzi).
Selanjutnya adalah mujahadah yakni bersungguh-sungguh dalam berjuang untuk mempertahankan tren positif ibadah bulan Ramadhan. Di bulan Syawal ini, kita harus tancapkan tekad untuk terus melestarikan kebiasaan-kebiasaan positif selama Ramadhan. Perjuangan ini tentu akan banyak menghadapi tantangan, baik dari lingkungan sekitar kita maupun dari diri kita sendiri. Oleh karenanya, kita harus memiliki tekad kuat dan benar agar hambatan dan tantangan yang bisa mengendurkan semangat ibadah kita ini bisa kita kalahkan.
ADVERTISEMENT
Allah telah memberikan motivasi pada orang yang bersungguh-sungguh dalam berjuang sebagaimana firman-Nya dalam Al-Qur’an surat Al-Ankabut ayat 69:
وَالَّذِيْنَ جَاهَدُوْا فِيْنَا لَنَهْدِيَنَّهُمْ سُبُلَنَاۗ وَاِنَّ اللّٰهَ لَمَعَ الْمُحْسِنِيْنَ
Artinya: “Dan orang-orang yang berjihad (bersungguh-sungguh) untuk (mencari keridaan) Kami, Kami akan tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami. Dan sungguh, Allah beserta orang orang yang berbuat baik.”
Cara selanjutnya adalah muraqabah yakni mendekatkan diri kepada Allah. Dengan muraqabah ini, akan muncul kesadaran diri selalu diawasi oleh Allah swt sekaligus memunculkan kewaspadaan untuk tidak melanggar perintah Allah sekaligus bersemangat untuk menjalankan segala perintah-Nya. Sikap-sikap ini merupakan nilai-nilai yang ada dalam diri orang-orang yang bertakwa. Mereka adalah orang yakin dan percaya kepada yang ghaib dan tak tampak oleh mata. Rasulullah saw bersabda:
ADVERTISEMENT
أَنْ تَعْبـــُدَ اللَّهَ كَأَنَّــكَ تَرَاهُ فَإِنْ لَمْ تَكُنْ تَرَاهُ فَإِنَّهُ يَرَاكَ
Artinya: “Hendaknya engkau menyembah Allah seakan-akan engkau melihat-Nya, sebab meski engkau tidak melihat-Nya, Dia melihatmu...” (HR Bukhari).
Nilai-nilai ketakwaan dengan senantiasa melakukan muraqabah ini seharusnya memang sudah tertancap dalam hati kita karena muara dari ibadah puasa di bulan Ramadhan sendiri adalah ketakwaan. Hal ini sudah ditegaskan dalam Al-Qur’an Surat Al-Baqarah: 183:
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِيْنَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُوْنَۙ ۝١٨٣
Artinya: “Wahai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa.”
Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah,
Demikian khutbah Jumat kali ini, semoga kita bisa senantiasa mempertahankan dan meningkatkan kualitas serta kuantitas ibadah kita pasca-Ramadhan dengan Muhasabah, Mujahadah, dan Muraqabah. Semoga kita diberi kekuatan oleh Allah swt dalam mengemban misi ibadah ini. Amin.
ADVERTISEMENT
بارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْاٰنِ الْعَظِيْمِ وَنَفَعَنِي وَاِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الْاٰيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ وَتَقَبَّلَ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ تِلَاوَتَهُ اِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ. وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ لِيْ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ فَيَا فَوْزَ الْمُسْتَغْفِرِيْنَ وَيَا نَجَاةَ التَّائِبِيْنَ
Khutbah II
اَلْحَمْدُ للهِ الَّذِيْ أَنْعَمَنَا بِنِعْمَةِ الْاِيْمَانِ وَالْاِسْلَامِ. وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلٰى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ خَيْرِ الْأَنَامِ. وَعَلٰى اٰلِهِ وَأَصْحَابِهِ الْكِرَامِ. أَشْهَدُ اَنْ لَا اِلٰهَ اِلَّا اللهُ الْمَلِكُ الْقُدُّوْسُ السَّلَامُ وَأَشْهَدُ اَنَّ سَيِّدَنَا وَحَبِيْبَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ صَاحِبُ الشَّرَفِ وَالْإِحْتِرَامِ أَمَّا بَعْدُ. فَيَاأَيُّهَا النَّاسُ أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ. فَقَالَ اللهُ تَعَالَى اِنَّ اللهَ وَ مَلَائِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ يٰأَيُّهَا الَّذِيْنَ أٰمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَ سَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا
اَللّٰهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلٰى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَ عَلٰى أٰلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلٰى سَيِّدِنَا اِبْرَاهِيْمَ وَبَارِكْ عَلٰى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلٰى اٰلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلٰى سَيِّدِنَا اِبْرَاهِيْمَ وَعَلٰى اٰلِ سَيِّدِنَا اِبْرَاهِيْمَ فْي الْعَالَمِيْنَ اِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ اَللّٰهُمَّ وَارْضَ عَنِ الْخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ. وَعَنْ اَصْحَابِ نَبِيِّكَ اَجْمَعِيْنَ. وَالتَّابِعِبْنَ وَتَابِعِ التَّابِعِيْنَ وَ تَابِعِهِمْ اِلٰى يَوْمِ الدِّيْنِ
ADVERTISEMENT
اَللّٰهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ. اَللّٰهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا الْغَلَاءَ وَالْوَبَاءَ وَالطَّاعُوْنَ وَالْاَمْرَاضَ وَالْفِتَنَ مَا لَا يَدْفَعُهُ غَيْرُكَ عَنْ بَلَدِنَا هٰذَا اِنْدُوْنِيْسِيَّا خَاصَّةً وَعَنْ سَائِرِ بِلَادِ الْمُسْلِمِيْنَ عَامَّةً يَا رَبَّ الْعَالَمِيْنَ. رَبَّنَا اٰتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَ فِي الْاٰخِرَةِ حَسَنَةً وَ قِنَا عَذَابَ النَّارِ
عِبَادَ اللهِ اِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْاِحْسَانِ وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ. يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. فَاذْكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ. وَ اشْكُرُوْهُ عَلٰى نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ. وَلَذِكْرُ اللهِ اَكْبَرُ

Contoh Khutbah 2

Puasa Enam Hari di Bulan Syawal
الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي أَرْسَلَ رَسُوْلَهُ بِالهُدَى وَدِيْنِ الْحَقِّ أَشْهَدُ أن لا إله إلا الله، الَّذِي يَهْدِى السَّبِيْلَ وَيَقُولُ الْحَقَّ. وَاشهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا رَسُولُ اللهِ الَّذِي يُبلغ النَّاس بالحق. اللهُمَّ صَلَّ وَسَلِمْ عَلى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَقَرَابَتِهِ اجْمَعِینَ امَّا بَعْدُ : فيَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا اللَّهَ وَافْعَلُوا الخَيْرَلَعَلَّكُمْ تُرْحَمُونَ.
ADVERTISEMENT
Sidang Jumat yang berbahagia, puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan karunia-Nya kepada kita semua, sehingga kita bisa berkumpul bersama di masjid yang mulia dan kita cintai bersama ini, dalam rangka menjalankan shalat fardhu Jumat.
Marilah tak henti-hentinya kita tingkatkan ketakwaan kita kepada Allah. Dengan bertakwa, Allah akan menjadikan segala urusan kita menjadi mudah dan dengan bertakwa, Allah akan menghapus segala kesalahan-kesalahan kita dan Allah akan mengagungkan pahala kita.
Hal ini sesuai dengan firman Allah dalam Al-Quran, surat ath-Thalaq ayat 4 dan 5 yang berbunyi:
.... وَمَنْ يَتَّقِ اللَّهَ يَجْعَلْ لَهُ مِنْ أَمْرِه يُسْرًا (٤)… وَمَنْ يَتَّقِ الله يُكَفِّرْ عَنْهُ سَيَاتِهِ وَيُعْظِمْ لَهُ أَجْرًا (٥)
Yang artinya, “Dan barangsiapa yang bertakwa kepada Allah, niscaya Allah akan menjadikan baginya urusannya mudah, dan barangsiapa yang bertakwa kepada Allah, niscaya Allah akan hapuskan kesalahan-kesalahannya dan diagungkan pahalanya.”
ADVERTISEMENT
Sidang Jumat yang berbahagia, betapa luasnya rahmat Allah, segala pintu-pintu kebaikan dibuka untuk umat manusia, agar mereka berlomba-lomba dalam beramal dan melakukan ibadah baik yang fardhu, maupun yang sunah.
Setelah kita merayakan Hari Raya Idul Fitri, kita juga dianjurkan untuk melakukan puasa sunah, yaitu enam hari di bulan Syawal. Hal ini sesuai dengan sabda Rasulullah SAW:
مَنْ صَامَ رَمَضَانَ وَاتْبَعَهُ سِنَّا مِنْ شَوَّالٍ خَرَجَ مِنْ ذُنُوبِهِ كَيَوْمٍ وَلَدَتْهُ أُمُّهُ
Artinya, “Barangsiapa berpuasa di bulan Ramadhan diikuti dengan berpuasa enam hari di bulan Syawal, maka dosa-dosanya keluar, sebagaimana hari di akhir dilahirkan bayi dari ibunya.” (HR. Thobroni).
Perhatikanlah wahai saudara-saudaraku, betapa utamanya berpuasa enam hari di bulan Syawal, dosa-dosa kita akan diampuni dan bersih kembali seperti bayi yang baru lahir, tanpa noda, tanpa dosa.
ADVERTISEMENT
Camkanlah agar kita tidak melewati begitu saja kesempatan ini, sehingga kita akan mendapat tempat di surga, dan orang-orang yang gemar dan rajin melakukan puasa, secara umum maka akan memasuki pintu surga, yang bernama ‘Bubur Royyaan’.
Keutamaan yang lain berpuasa enam hari di bulan Syawal adalah, seperti berpuasa satu tahun penuh sebagaimana disebutkan dalam hadis yang berbunyi:
مَنْ صَامَ رَمَضَانَ وَاتْبَعَهُ سِئًا مِنْ شَوَّالٍ كَانَ كَصَوْمٍ الدَّهْر.
Sidang Jumat yang berbahagia, banyak macam pilihan dalam menjalankan ibadah, terutama ibadah sunah agar supaya manusia tidak bosan atau jenuh sehingga hidup akan selalu semangat dan bervariatif. Itulah salah satu keutamaan dan manfaat ibadah sunnah.
Di samping tentunya sebagai sarana mendekatkan diri kepada Sang Khaliq, Allah Robbul 'Aalamin sebagai wujud rasa syukur kita dan dalam rangka mencari ridha Allah semata.
ADVERTISEMENT
Hendaknya kita selalu meningkatkan ibadah kita, itulah makna Syawal, dan berlomba-lomba dalam hal ibadah, kebaikan, dan amal saleh.
Sidang Jumat yang berbahagia, di bulan Syawal ini, di samping kita melakukan puasa enam hari yang disunahkan oleh syari'at tentu kita juga harus meningkatkan amalan-amalan ibadah yang lainnya. Hal ini senada dengan ungkapan sya'ir Imam Syafi'ira yang artinya:
“Bukanlah Id di bulan Syawal itu adalah, milik orang yang berpakaian baru. Namun sejatinya Id itu milik orang yang ketaatan kepada Allah SWT makin bertambah.”
Hendaknya kita setelah keluar dari bulan Ramadhan, dan masuk di bulan Syawal ini mendapat predikat ‘Alumni Madrasah Ruhaniah Ramadhan’. Sebab selama sebulan penuh kita mendidik diri kita masing-masing agar menjadi insan-insan yang bertakwa.
ADVERTISEMENT
Inilah esensi berpuasa di Ramadhan yang baru saja kita lalui. Kita didik agar bisa membersihkan jiwa kita yang penuh dengan kotoran dosa dan maksiat, menuju kebersihan jiwa atau tazkiyatunnafsi.
Sehingga kita dijauhi dari penyakit-penyakit hati seperti riya, ujub, kibr, hasad, dan lain sebagainya. Dan pada akhirnya jiwa kita akan dipenuhi dengan sifat terpuji seperti cinta, lemah lembut, tawadhu', dan pemaaf juga agar jadi orang yang sabar dan peduli sesama.
Sidang Jumat yang berbahagia, pasca Ramadhan ini, janganlah sampai apa yang menjadi kebiasaan-kebiasaan kita dan amalan-amalan kita di bulan Ramadhan yang lalu itu, menjadi sirna alias tidak berbekas.
Hendaknyalah kita terus istiqamah dan tetap mempertahankan dan meningkatkan amal saleh kita di bulan ini dan bulan-bulan berikutnya. Salah satunya momentum peningkatan amal itu dengan berpuasa enam hari di bulan Syawal yang diikut amal ibadah lainnya.
ADVERTISEMENT
Sidang Jumat yang berbahagia, demikian khutbah singkat tentang keutamaan berpuasa enam hari di bulan Syawal, semoga bermanfaat dan mari berlomba-lomba menuju kebaikan. Semoga kita semua akan mendapatkan rahmat dari Allah, Aamin ya mujibas saaihlin...
اَعُوْدُ بِاللَّهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّحِيمِ. وَفِى ذَلِكَ فَلْيَتَنَفَسِ الْمُتَنَافِسُوْنَ…
بَارَكَ اللّٰهُ لِيْ وَلَكُمْ، وَ نَفَعَنِيْ وَاِيَّاكُمْ بِمَافِيْهِ مِنَ الآيَاتِ وَالذِكْر الحَكِيمِ، وَقُلْ رَبِّ اغْفِرْ وَارْحَمْ وَأَنْتَ خَيْرُ الرَّاحِمِيْنَ