2 Teks Khutbah Jumat Bulan Syawal yang Bisa Jadi Referensi Khatib

Berita Hari Ini
Menyajikan informasi terkini, terbaru, dan terupdate mulai dari politik, bisnis, selebriti, lifestyle, dan masih banyak lagi.
Konten dari Pengguna
28 April 2023 10:30 WIB
·
waktu baca 12 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Berita Hari Ini tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi khutbah Jumat bulan Syawal (Pexels).
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi khutbah Jumat bulan Syawal (Pexels).
ADVERTISEMENT
Hari ini, 8 April 2023, adalah Jumat pertama di bulan Syawal. Bagi yang bertugas sebagai khatib, akan lebih baik jika menyampaikan khutbah Jumat bulan Syawal yang penuh makna saat pelaksanaan shalat Jumat.
ADVERTISEMENT
Khutbah merupakan salah satu syarat sah shalat Jumat. Ahmad Sarwat dalam buku Seri Fiqih Kehidupan: Shalat (3) menuliskan, para ulama sepakat bahwa kedudukan khutbah Jumat merupakan pengganti dua rakaat shalat Dhuhur bagi yang melaksanakannya.
Artinya, khutbah punya kedudukan penting dalam shalat Jumat. Jadi, sudah sepatutnya khatib memperhatikan tema dan isi khutbahnya agar sesuai dengan kondisi yang sedang berlangsung sehingga jemaah mendapatkan ilmu bermanfaat.
Seperti apa contohnya? Simak dua teks khutbah Jumat bulan Syawal berikut ini yang dapat disampaikan khatib.

Contoh Khutbah Jumat Bulan Syawal

Ilustrasi khutbah Jumat bulan Syawal (Pexels).
Mengutip buku Kumpulan Khotbah Jumat Pilihan Setahun Penuh karya Mukhsin Al Azam dan Khutbah Jumat Sejuta Umat karya Muhammad Khatib, ada banyak tema yang bisa diangkat jadi khutbah Jumat di bulan Syawal.
ADVERTISEMENT
Berikut dua contoh yang berkaitan dengan keistimewaan dan anjuran ibadah di bulan Syawal:
Khutbah Jumat 1 - Puasa Enam Hari di Bulan Syawal
الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي أَرْسَلَ رَسُوْلَهُ بِالهُدَى وَدِيْنِ الْحَقِّ أَشْهَدُ أن لا إله إلا الله، الَّذِي يَهْدِى السَّبِيْلَ وَيَقُولُ الْحَقَّ. وَاشهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا رَسُولُ اللهِ الَّذِي يُبلغ النَّاس بالحق. اللهُمَّ صَلَّ وَسَلِمْ عَلى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَقَرَابَتِهِ اجْمَعِینَ امَّا بَعْدُ : فيَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا اللَّهَ وَافْعَلُوا الخَيْرَلَعَلَّكُمْ تُرْحَمُونَ.
Sidang Jumat yang berbahagia, puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan karunia-Nya kepada kita semua, sehingga kita bisa berkumpul bersama di masjid yang mulia dan kita cintai bersama ini, dalam rangka menjalankan shalat fardhu Jumat.
Marilah tak henti-hentinya kita tingkatkan ketakwaan kita kepada Allah. Dengan bertakwa, Allah akan menjadikan segala urusan kita menjadi mudah dan dengan bertakwa, Allah akan menghapus segala kesalahan-kesalahan kita dan Allah akan mengagungkan pahala kita.
ADVERTISEMENT
Hal ini sesuai dengan firman Allah dalam Al-Quran, surat ath-Thalaq ayat 4 dan 5 yang berbunyi:
.... وَمَنْ يَتَّقِ اللَّهَ يَجْعَلْ لَهُ مِنْ أَمْرِه يُسْرًا (٤)… وَمَنْ يَتَّقِ الله يُكَفِّرْ عَنْهُ سَيَاتِهِ وَيُعْظِمْ لَهُ أَجْرًا (٥)
Yang artinya, “Dan barangsiapa yang bertakwa kepada Allah, niscaya Allah akan menjadikan baginya urusannya mudah, dan barangsiapa yang bertakwa kepada Allah, niscaya Allah akan hapuskan kesalahan-kesalahannya dan diagungkan pahalanya.”
Sidang Jumat yang berbahagia, betapa luasnya rahmat Allah, segala pintu-pintu kebaikan dibuka untuk umat manusia, agar mereka berlomba-lomba dalam beramal dan melakukan ibadah baik yang fardhu, maupun yang sunah.
Setelah kita merayakan Hari Raya Idul Fitri, kita juga dianjurkan untuk melakukan puasa sunah, yaitu enam hari di bulan Syawal. Hal ini sesuai dengan sabda Rasulullah SAW:
ADVERTISEMENT
مَنْ صَامَ رَمَضَانَ وَاتْبَعَهُ سِنَّا مِنْ شَوَّالٍ خَرَجَ مِنْ ذُنُوبِهِ كَيَوْمٍ وَلَدَتْهُ أُمُّهُ
Artinya, “Barangsiapa berpuasa di bulan Ramadhan diikuti dengan berpuasa enam hari di bulan Syawal, maka dosa-dosanya keluar, sebagaimana hari di akhir dilahirkan bayi dari ibunya.” (HR. Thobroni).
Perhatikanlah wahai saudara-saudaraku, betapa utamanya berpuasa enam hari di bulan Syawal, dosa-dosa kita akan diampuni dan bersih kembali seperti bayi yang baru lahir, tanpa noda, tanpa dosa.
Camkanlah agar kita tidak melewati begitu saja kesempatan ini, sehingga kita akan mendapat tempat di surga, dan orang-orang yang gemar dan rajin melakukan puasa, secara umum maka akan memasuki pintu surga, yang bernama ‘Bubur Royyaan’.
Keutamaan yang lain berpuasa enam hari di bulan Syawal adalah, seperti berpuasa satu tahun penuh sebagaimana disebutkan dalam hadis yang berbunyi:
ADVERTISEMENT
مَنْ صَامَ رَمَضَانَ وَاتْبَعَهُ سِئًا مِنْ شَوَّالٍ كَانَ كَصَوْمٍ الدَّهْر.
Sidang Jumat yang berbahagia, banyak macam pilihan dalam menjalankan ibadah, terutama ibadah sunah agar supaya manusia tidak bosan atau jenuh sehingga hidup akan selalu semangat dan bervariatif. Itulah salah satu keutamaan dan manfaat ibadah sunnah.
Di samping tentunya sebagai sarana mendekatkan diri kepada Sang Khaliq, Allah Robbul 'Aalamin sebagai wujud rasa syukur kita dan dalam rangka mencari ridha Allah semata.
Hendaknya kita selalu meningkatkan ibadah kita, itulah makna Syawal, dan berlomba-lomba dalam hal ibadah, kebaikan, dan amal saleh.
Sidang Jumat yang berbahagia, di bulan Syawal ini, di samping kita melakukan puasa enam hari yang disunahkan oleh syari'at tentu kita juga harus meningkatkan amalan-amalan ibadah yang lainnya. Hal ini senada dengan ungkapan sya'ir Imam Syafi'ira yang artinya:
ADVERTISEMENT
Bukanlah Id di bulan Syawal itu adalah, milik orang yang berpakaian baru. Namun sejatinya Id itu milik orang yang ketaatan kepada Allah SWT makin bertambah.”
Hendaknya kita setelah keluar dari bulan Ramadhan, dan masuk di bulan Syawal ini mendapat predikat ‘Alumni Madrasah Ruhaniah Ramadhan’. Sebab selama sebulan penuh kita mendidik diri kita masing-masing agar menjadi insan-insan yang bertakwa.
Inilah esensi berpuasa di Ramadhan yang baru saja kita lalui. Kita didik agar bisa membersihkan jiwa kita yang penuh dengan kotoran dosa dan maksiat, menuju kebersihan jiwa atau tazkiyatunnafsi.
Sehingga kita dijauhi dari penyakit-penyakit hati seperti riya, ujub, kibr, hasad, dan lain sebagainya. Dan pada akhirnya jiwa kita akan dipenuhi dengan sifat terpuji seperti cinta, lemah lembut, tawadhu', dan pemaaf juga agar jadi orang yang sabar dan peduli sesama.
ADVERTISEMENT
Sidang Jumat yang berbahagia, pasca Ramadhan ini, janganlah sampai apa yang menjadi kebiasaan-kebiasaan kita dan amalan-amalan kita di bulan Ramadhan yang lalu itu, menjadi sirna alias tidak berbekas.
Hendaknyalah kita terus istiqamah dan tetap mempertahankan dan meningkatkan amal saleh kita di bulan ini dan bulan-bulan berikutnya. Salah satunya momentum peningkatan amal itu dengan berpuasa enam hari di bulan Syawal yang diikut amal ibadah lainnya.
Sidang Jumat yang berbahagia, demikian khutbah singkat tentang keutamaan berpuasa enam hari di bulan Syawal, semoga bermanfaat dan mari berlomba-lomba menuju kebaikan. Semoga kita semua akan mendapatkan rahmat dari Allah, Aamin ya mujibas saaihlin...
اَعُوْدُ بِاللَّهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّحِيمِ. وَفِى ذَلِكَ فَلْيَتَنَفَسِ الْمُتَنَافِسُوْنَ…
بَارَكَ اللّٰهُ لِيْ وَلَكُمْ، وَ نَفَعَنِيْ وَاِيَّاكُمْ بِمَافِيْهِ مِنَ الآيَاتِ وَالذِكْر الحَكِيمِ، وَقُلْ رَبِّ اغْفِرْ وَارْحَمْ وَأَنْتَ خَيْرُ الرَّاحِمِيْنَ.
Ilustrasi khutbah Jumat bulan Syawal (Pexels).
Khutbah Jumat 2 - Hakikat Kemenangan di Bulan Syawal
ADVERTISEMENT
Jamaah Jumat yang dirahmati Allah, pada kesempatan yang mulia ini, tidak lupa, saya berpesan kepada kita sekalian. Marilah kita tetap dan selalu berusaha meningkatkan ketakwaan kepadada Allah SWT dengan melaksanakan perintah-Nya dan menjahui larangan-Nya.
Terlebih lagi setelah kita selesai melaksanakan ibadah puasa selama bulan Ramadhan. Di mana inti tujuanya adalah membentuk manusia yang bertaqwa.
Jamaah Jumat yang dirahmati Allah, kini kita tengah berada di bulan Syawal dan Ramadhan meninggalkan kita.
Tidak ada kepastian apakah di tahun mendatang kita masih bisa berjumpa dengannya, menggapai keutamaan-keutamaannya, memenuhi nuansa ibadah yang dibawanya, ataukah justru Allah telah memanggil kita.
Kita juga tidak pernah tahu dan tidak pernah mendapat kepastian apakah ibadah-ibadah kita selama bulan Ramadhan diterima oleh Allah atau tidak.
ADVERTISEMENT
Dua hal inilah yang membuat sebagian besar ulama terdahulu berdoa sejak Syawal hingga Rabiul Awal agar ibadahnya selama bulan Ramadhan diterima. Lalu dari Rabiul Awal hingga Sya'ban mereka berdoa agar dipertemukan dengan bulan Ramadhan berikutnya.
Jamaah Jumat yang dirahmati Allah, secara etimologi arti kata Syawal adalah peningkatan. Hal itu merupakan target ibadah puasa pasca Ramadhan.
Diharapkan orang-orang yang beriman meraih derajat ketakwaan, seorang muslim yang terlahir kembali seperti kertas yang masih bersih. Sehingga di bulan Syawal ini kualitas keimanannya mengalami peningkatan.
Tidak hanya kualitas ibadah tetapi juga kualitas pribadinya, yang selama di bulan Ramadhan dilatih secara lahir batin. Tentunya kita tidak ingin ibadah yang kita lakukan dengan susah payah di bulan suci tidak membuahkan apa-apa yang bermanfaat untuk diri kita.
ADVERTISEMENT
Kita semua mengharapkan adanya perubahan yang signifikan, sekarang dan seterusnya. Menjadi orang-orang yang selalu taat dan patuh kepada Allah dan meninggalkan semua larangan-Nya.
Bukankah kemuliaan seseorang itu tergantung pada ketaqwaannya? Seperti yang disebutkan dalm surat Al-Hujarat ayat 13 yang berbunyi:
إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللَّهِ أَنْفَكُمُ
Artinya, “Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu ialah orang yang paling bertakwa.”
Akan tetapi, fenomena yang kita lihat di masyarakat justru sebaliknya. Syawal, seakan-akan bulan yang ditunggu-tunggu agar terlepas dari belenggu dan bebas melakukan kegiatan apa saja seperti sediakala.
Di antara indikatornya yang sangat jelas, adanya perayaan Idul Fitri dengan pesta atau dengan kegiatan yang bertentangan dengan nilai-nilai keislaman, dibukanya kembali tempat-tempat hiburan yang sebulan sebelumnya ditutup.
ADVERTISEMENT
Kemaksiatan seperti itu justru langsung ramai sejak hari pertama bulan Syawal, nauzubillah! Lalu setelah itu, masjid-masjid akan kembali sepi dari jamaah shalat lima waktu.
Lantunan ayat suci Al-Quran juga tidak lagi terdengar. Yang ada justru umpatan, luapan emosional, dan kemarahan kembali membudaya.
Bukankah ini semua bertolak belakang dengan arti Syawal? Bukankah ini seperti mengotori kain putih yang tadinya telah dicuci dengan bersih kembali penuh noda?
Jamaah Jumat yang dirahmati Allah, apa yang terjadi sekarang ini juga menunjukkan kepada kita bahwa ibadah puasa yang dijalankan selama sebulan penuh jelas gagal.
Karena tidak mampu mengantarkan seseorang meraih derajat ketakwaan dan mengubah menjadi muslim sejati yang menjadi tujuan utama puasa. Padahal banyak sekali pelajaran berharga yang bisa kita jadikan ukuran seberapa tinggi nilai prestasi ibadah kita.
ADVERTISEMENT
Kata para ulama keberhasilan seseorang di bulan Ramadhan itu diukur dengan amal perbuatannya setelah bulan Ramadhan Orang yang berhasil mendapat ampunan dan mendapatkan pahala yang besar akan semakin rajin beribadah dan semakin baik akhlaknya.
Sebaliknya orang yang tidak mendaptkan ampunan akhlak perbuatannya tidak akan berubah bahkan mengalami kerugian di bulan Ramadhan.
Banyak orang yang mengatakan, ketika kita masuk bulan Syawal berarti kita menuju kemenangan dalam melawan hawa nafsu. Kita dikatakan kembali suci.
Namun, benarkah kita meraih kemenangan tersebut? Benarkah kita kembali suci setelah beribadah shaum sebulan penuh? Tentu saja, pertanyaan-pertanyaan tersebut kembali kepada diri kita.
Apakah selama Ramadhan kita betul-betul tulus dalam beribadah? Apakah puasa yang kita jalankan betul-betul atas dasar iman dan semata-mata hanya mencari ridha Allah? Jika tidak demikian, maka kita termasuk orang yang gagal dalam meraih kemenangan.
ADVERTISEMENT
Hadirin Jamaah Jumat rahimakumullah, di bulan Syawal ini marilah kita intropeksi diri dan melakukan evaluasi terhadap nilai amal ibadah, dengan tujuan agar setelah Ramadhan berlalu kita menjadi lebih baik daripada sebelum Ramadhan.
Alangkah naifnya kita ini, sudah diberi kesempatan di bulan suci yang penuh ampunan dan rahmat, masih saja tidak berubah atau mungkin lebih parah. Hari ini harus lebih baik daripada kemarin.
Kegagalan masa lalu harus kita jadikan pelajaran berharga dan tidak akan kita ulangi lagi. Kita harus ingat peringatan Rasulullah dalam sabdanya, “Barangsiapa yang hari ini lebih buruk dari hari kemarin, maka celakalah ia.”
Kemudian apa yang mesti kita lakukan untuk memulai lembaran baru di bulan Syawal ini? Berangkat dari kaidah umum dari hadits Nabi tersebut, dan mengingat makna bulan Syawal, maka yang harus kita adalah istiqamah yaitu menetapi agama Allah.
ADVERTISEMENT
Sebagaimana yang diperintahkan dalam surat Hud ayat 112:
فَاسْتَنقِمُ مَا أَمَرْتَ وَمَنْ تَابَ مَعَكَ وَلَا تَطْعُوا إِنَّهُ بِمَا تَعْلُونَ بَصِينٌ
Artinya, “Maka istiqamahlah kamu, sebagaimana diperintahkan kepadamu dan (juga) orang yang telah bertaubat beserta kamu dan janganlah kamu melampaui batas. Sesungguhnya Dia Maha Melihat apa yang kamu kerjakan.
Bentuk istiqamah dalam amal ibadah adalah dengan mengerjakannya secara terus-menerus. Sebagaimana yang dijelaskan dalam hadits Nabi berikut:
اِنَّ اَحَبَّ الْأَعْمَالِ إِلَى اللَّهِ مَادَامَ وَإِنْ قَلَ
Sesungguhnya amal yang paling dicintai Allah adalah yang terus menerus meskipun sedikit.” (HR. Bukhari dan Muslim).
Istiqamah berarti berpendirian teguh atas jalan yang lurus. Berpegang pada akidah Islam dan melaksanakan syariat dengan teguh.
Tidak mudah goyah dalam keadaan bagaimanapun. Sifat yang mulia ini menjadi tuntutan Islam seperti yang diperintahkan oleh Allah dan Rasul-Nya.
ADVERTISEMENT
Katakanlah (Muhammad), “Sesungguhnya Aku hanyalah seorang manusia seperti kamu, diwahyukan kepada Aku bahwa Tuhan kamu hanyalah Tuhan yang satu;
Maka hendaklah kamu teguh di atas jalan yang betul lurus (yang membawa kepada mencapai keredhaan-Nya).” (QS. Fushilat 6).
Istiqamah merupakan daya kekuatan yang diperlukan sepanjang hayat manusia dalam melaksanakan tuntutan Islam, mulai dari amalan hati, amalan lisan dan anggota tubuh badan. Jelasnya, segala amalan baik fardhu ain atau fardhu kifayah memerlukan istiqamah.
Istiqamah juga merupakan sikap jati diri yang teguh dan tidak berubah oleh pengaruh apapun. Sikap ini akan memotivasi seseorang untuk terus berusaha dalam mencapai kesuksesan di segala bidang, mulai agama, politik, ekonomi, pendidikan, perniagaan dan lain-lain.
Istiqamah dalam meneguhkan iman dan melaksanakan kebaikan akan mendatangkan kebahagiaan hidup, baik di dunia maupun di akhirat. Seperti dinyatakan dalam Al-Quran surat Al-Fusilat ayat 30-32 yang artinya:
ADVERTISEMENT
Sesungguhnya orang-orang yang menegaskan keyakinan dengan berkata, ‘Tuhan kami ialah Allah’, kemudian mereka tetap teguh di atas jalan yang betul, akan turunlah Malaikat kepada mereka dari semasa ke semasa (dengan memberi ilham).
‘Janganlah kamu bimbang (dari berlakunya kejadian yang tidak baik terhadap kamu) dan janganlah kamu berduka cita, dan terimalah berita gembira bahwa kamu akan beroleh Surga yang telah dijanjikan kepada kamu.’”
Hadirin Jamaah Jumat rahimakumullah, jika demikian halnya maka amal-amal yang telah kita biasakan di bulan Ramadhan, hendaknya tetap dipertahankan selama bulan Syawal dan bulan-bulan berikutnya.
Membaca Al-Quran setiap hari, shalat malam yang sebelumnya kita lakukan dengan tarawih, di bulan Syawal ini hendaknya kita tidak meninggalkan shalat tahajud dan witirnya. Infaq dan shadaqah yang telah kita lakukan juga kita pertahankan.
ADVERTISEMENT
Kita tak takut lapar dan sakit karena kita bergantung pada Allah selama puasa Ramadhan. Kita tidak memerlukan pengawasan siapapun untuk memastikan puasa kita berlangsung tanpa adanya hal yang membatalkan sebab kita yakin akan pengawasan Allah.
Kita juga dibiasakan ikhlas dalam puasa tanpa perlu mengumumkan puasa kita pada siapapun. Nilai keimanan yang meliputi keyakinan, maiyatullah, keikhlasan dan lainnya ini hendaknya tetap ada dalam bulan Syawal dan seterusnya, bukan malah menipis dan menghilang!
Jamaah Jumat yang dirahmati Allah, memang tidak banyak amal khusus di bulan Syawal dibandingkan bulan-bulan lainnya. Akan tetapi, Allah telah memberikan kesempatan berupa satu amal khusus di bulan ini berupa puasa Syawal.
Ini juga bisa dimaknai sebagai tolok ukur dalam rangka meningkatkan ibadah dan kualitas diri kita di bulan Syawal. Dan keistimewaan puasa sunnah ini adalah kita akan diganjar dengan pahala satu tahun.
ADVERTISEMENT
Jika kita mengerjakan puasa enam hari di bulan ini setelah sebulan penuh kita berpuasa Ramadhan. Rasulullah bersabda, “Barangsiapa berpuasa di bulan Ramadhan, kemudian meng- ikutinya dengan enam hari di bulan Syawal, maka ia seperti berpuasa setahun.”
Bagaimana pelaksanaannya? Apakah puasa Syawal harus dilakukan secara berurutan atau boleh tidak?
Sayyid Sabiq di dalam Fiqih Sunnah menjelaskan bahwa menurut pendapat Imam Ahmad, puasa Syawal boleh dilakukan secara berurutan, boleh pula tidak berurutan. Dan tidak ada keutamaan cara pertama atas cara kedua.
Sedangkan menurut madzhab Syafi'i dan Hanafi, puasa Syawal lebih utama dilaksanakan secara berurutan sejak tanggal 2 - 7 Syawal. Jadi tidak ada madzhab yang tidak membolehkan puasa Syawal di hari selain tanggal 2 - 7, selama masih di bulan Syawal.
ADVERTISEMENT
Ini artinya bagi kita yang belum melaksanakan puasa Syawal, masih ada kesempatan mengerjakannya. Akan tetapi, hendaknya kita tidak berpuasa khusus di hari Jumat tanpa mengiringinya di hari Kamis atau Sabtu karena ada larangan Rasulullah.
Jamaah Jumat yang dirahmati Allah, demikianlah khutbah yang bisa saya sampaikan pada kesempatan kali ini. Semoga menjadi spirit bagi kita semua untuk lebih meningkatkan mutu ibadah, baik ibadah spiritual maupun sosial, amiin.
(NSA)