Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.102.2
Konten dari Pengguna
3 Cara Menyembuhkan Penyakit Ain Berdasarkan Syariat Islam
2 Juni 2022 12:55 WIB
·
waktu baca 5 menitTulisan dari Berita Hari Ini tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan

ADVERTISEMENT
Ain adalah salah satu penyakit non medis yang timbul karena pandangan seseorang disertai dengan rasa iri dengki yang sebenarnya memiliki tabiat buruk. Penyakit ain ini dapat mudah menimpa seseorang yang tidak memiliki penjagaan yang kuat dalam ibadahnya, seperti sholat dan dizikir.
ADVERTISEMENT
Sebagian ulama berpendapat bahwa untuk mencegah pandangan agar tidak menimbulkan penyakit ain yaitu dengan mengucapkan kalimat Allah, seperti “Masya Allah”, “Tabarakallah”, dan doa keberkahan lainnya pada saat memuji atau mengagumi sesuatu. Hal ini sebagaimana telah dijelaskan dalam hadits yang diriwayatkan oleh Ahmad berikut ini:
Rasulullah SAW bersabda: “Jika salah seorang dari kalian melihat sesuatu yang menakjubkan dari saudaranya, pada dirinya, atau pada hartanya, maka doakan keberkahan padanya karena sesungguhnya penyakit ain itu haq (benar).” (HR. An-Nasa’i)
Mengutip buku Tartil Al-Quran untuk kecerdasan dan Kesehatanmu karangan Ustadz Rizem Aizid, ciri-ciri penyakit atau pengaruh ain yang dialami oleh seseorang dapat diketahui melalui hal-hal berikut ini:
ADVERTISEMENT
Tanda-tanda di atas bisa terjadi semuanya atau beberapa saja, namun tergantung pada kekuatan ain itu sendiri. Sama halnya dengan penyakit yang lainnya, ain juga dapat disembuhkan. Berikut adalah informasi mengenai cara menyembuhkan penyakit ain.
Cara Menyembuhkan Penyakit Ain
Iding Sanus menuliskan dalam bukunya Ensiklopedia Ruqyah, banyak cara yang dapat dilakukan untuk menyembuhkan penyakit ain, diantaranya yaitu:
1. Mandi
Apabila ada seseorang yang menimpakan ain diketahui dan terbukti bahwa pandangan dialah yang menyebabkan korban jatuh sakit, maka seorang mu’alij (peruqyah) dapat memerintahkan orang tersebut untuk mandi kemudian air bekas mandinya diguyurkan ke belakang tubuh korban/pasien tersebut.
Dari Abu Umamah bin Sahl bin Hunaif ia berkata, “Amir bin Rabi’a melihat Sahl bin Hunaif yang sedang mandi (ditempat pemandian umum) seraya berkata, ‘Aku belum pernah melihat seperti hari ini kulit yang disembunyikan.’ Maka Sahl pingsan. Lalu ditanyakan kepada Nabi SAW lantas dikatakan kepada beliau, ‘Wahai Rasulullah, mengapa Sahl begini. Demi Allah, ia tidak mengangkat kepalanya dan tidak pula siuman.
ADVERTISEMENT
Beliau bertanya, ‘Apakah kalian mendakwa seseorang mengenainya?’ Mereka menjawab, “Amir bin Rabi’ah telah memandangnya.’ Maka beliau memanggil Amir dan memarahinya, seraya bersabda, ‘Mengapa salah seorang dari kalian membunuh saudaranya. Mengapa ketika kamu melihat sesuatu yang mengagumkanmu, kamu tidak mendoakan keberkahan untuknya?’ Kemudian beliau bersabda kepadanya ‘Mandilah untuknya.’
Lalu ia membasuh wajahnya, kedua tangannya dan kedua sikunya, kedua lututnya dan ujung kedua kakinya, dan bagian dalam sarungnya dalam suatu bejana. Kemudian air itu diguyurkan di atasnya, yang diguyurkan oleh seseorang di atas kepalanya dan punggungnya dari belakangnya. Ia meletakkan bejana di belakangnya. Setelah melakukan demikian, Sahl bangkit bersama orang-orang tanpa merasakan sakit lagi.” (HR. Muslim dan An-Nasai)
Ibnu Syihab Ad-Dzuhri menjelaskan lebih rinci tentang cara memandikan ma’yun (korban) sebagai berikut:
ADVERTISEMENT
Setelah itu, air yang digunakan harus yang berasal dari dalam bejana. Kemudian air bekasnya ditampung lagi ke dalam bejana tersebut dan diguyurkan ke belakang tubuh korban.
2. Berwudhu
Bentuk pengobatan lain yang diajarkan dan dicontohkan oleh Rasulullah adalah dengan cara berwudhu. Adapun caranya yaitu orang yang menimpakan ain diminta untuk berwudhu kemudian bekas air tersebut diguyurkan ke belakang badan korban (ma’yun).
ADVERTISEMENT
Dari Aisyah Radhiyallahu Anha, ia berkata, “Orang yang menimpakan ain diperintahkan supaya berwudhu, kemudian orang yang tertimpa ain mandi darinya.” (HR. Abu Daud)
3. Ruqyah
Apabila ain (penyebab ain) tidak diketahui maka ma’yun atau korban diobati dengan cara diruqyah. Metode ruqyah hampir sama dengan ruqyah terhadap pengaruh jin. Hanya saja ada beberapa cara dan doa yang secara khusus berkenaan dengan penyakit ain.
“Wahai Rasulullah, Bani Ja’far terkena penyakit aain, bolehkah kami minta mereka diruqyah? Nabi menjawab: iya boleh. Andaikan ada yang bisa mendahului takdir, itulah aain” (HR. Tirmidzi)
Adapun doa yang dibaca oleh Malaikat Jibril saat meruqyah Rasulullah SAW adalah sebagai berikut:
ADVERTISEMENT
Artinya: “Dengan menyebut nama Allah, aku meruqyahmu dari segala sesuatu yang menyakitimu, dan dari kejahatan setiap jiwa atau mata orang yang dengki. Mudah-mudahan Allah SWT menyembuhkanmu. Dengan menyebut nama Allah, aku mengobatimu dengan meruqyahmu.”
Setelah membaca beberapa doa, raqi (peruqyah) akan meminta korban untuk mengingat-ingat kondisi dirinya saat sebelum terkena ain, siapa yang telah menyebabkan dirinya tertimpa ain. Pertanyaan tersebut bertujuan untuk mencari siapakan orang yang telah menimpakan ain kepada korban.
Jika telah diketahui, seorang peruqyah akan mengambil bekas air yang dipakai oleh seorang yang melemparkan ain itu lalu air tersebut digunakan untuk mengobati korban.
(IMR)