Konten dari Pengguna

3 Syarat Diterimanya Ibadah Seseorang yang Wajib Diketahui Umat Muslim

Berita Hari Ini
Menyajikan informasi terkini, terbaru, dan terupdate mulai dari politik, bisnis, selebriti, lifestyle, dan masih banyak lagi.
8 Februari 2022 17:49 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Berita Hari Ini tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi melaksanakan ibadah kepada Allah SWT. Foto: Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi melaksanakan ibadah kepada Allah SWT. Foto: Shutterstock
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Allah SWT memerintahkan manusia untuk beribadah kepada-Nya. Agar ibadah tersebut mendatangkan balasan berupa kebaikan, umat Islam harus memenuhi syarat diterimanya ibadah seseorang.
ADVERTISEMENT
Dikutip dari buku Dahsyatnya Ibadah Malam oleh Ust. Subki Al Bughury (2018: 38), ibadah adalah segala sesuatu yang disenangi dan diridhoi Allah, baik dalam wujud perbuatan, perkataan, ataupun sekadar bisikan dari hati. Artinya, ibadah merupakan bentuk ketundukkan atau penghambaan manusia kepada Allah SWT.
Ketika seseorang melakukan ibadah, ia memang berniat untuk mengabdi dan menghamba kepada Allah SWT. Sehingga, semua tindakan seseorang yang dilandasi oleh niat untuk mencapai ridho Allah dianggap sebagai ibadah.
Lantas, bagaimana cara menggapai ridho Allah SWT agar setiap ibadah yang dilakukan berbuah pahala? Caranya adalah dengan memenuhi syarat diterimanya ibadah seseorang. Agar lebih memahaminya, simak uraiannya berikut ini.
Ilustrasi melakukan sedekah sebagai bentuk ibadah kepada Allah. Foto: Shutterstock

Syarat Diterimanya Ibadah

Merangkum tulisan Dr. KH. M. Hamdan Rasiyd, MA yang berjudul Panduan Muslim Sehari-hari, agar ibadah diterima di sisi Allah, umat Muslim harus memenuhi tiga syarat.
ADVERTISEMENT
1. Iman
Ibadah yang dilaksanakan harus dilandasi dengan iman atau percaya kepada Allah. Artinya, manusia harus yakin bahwa ibadah yang ia amalkan merupakan perintah atau anjuran dari Allah SWT.
Kalaupun tidak berasal dari perintah Allah, maka harus berlandaskan anjuran Nabi Muhammad SAW. Dengan demikian, ibadah yang dilakukan sudah pasti sesuai dengan syariat Islam.
Lain halnya dengan amalan kebaikan yang dilakukan orang kafir, sudah dipastikan tertolak. Allah SWT berfirman dalam Alquran yang artinya:
"Orang-orang yang kafir kepada Rabbnya, amalan-amalan mereka adalah seperti abu yang ditiup angin dengan keras pada suatu hari yang berangin kencang. Mereka tidak dapat mengambil manfaat sedikitpun dari apa yang telah mereka usahakan (di dunia). Yang demikian itu adalah kesesatan yang jauh." (QS. Ibrahim ayat 18)
Ilustrasi melaksanakan ibadah sesuai syariat Islam. Foto: Shutterstock
2. Ikhlas
ADVERTISEMENT
Setelah yakin, ibadah yang dilaksanakan harus dengan niat ikhlas karena Allah. Dengan keikhlasan, ibadah seseorang dapat dibedakan mana yang tujuannya untuk meraih ridho Allah dan mana yang bukan.
Ada orang yang selalu menunaikan sholat, sedekah, puasa, hingga berangkat haji berulang kali. Namun, semuanya dilakukan untuk memperoleh manfaat duniawi, entah karena jabatan, mendapatkan sanjungan, atau sekadar menarik perhatian. Jika demikian, sia-sia amalan ibadah yang mereka lakukan.
Rasulullah SAW bersabda: “Suatu amal hanya (akan dinilai sebagai ibadah) sesuai dengan niatnya, dan masing-masing orang akan meraih sesuatu sesuai dengan niatnya.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Ilustrasi melaksanakan ibadha dengan niat yang ikhlas. Foto: Shutterstock
3. Ittiba
Ittiba artinya mengikuti tuntunan Rasulullah SAW. Umat Muslim yang telah bersyahadat bahwa Nabi Muhammad adalah utusan Allah, secara otomatis ia akan mematuhi perintah, menjauhi larangan, dan beribadah kepada Allah hanya dengan syariat yang Beliau ajarkan.
ADVERTISEMENT
Oleh sebab itu, barangsiapa membuat perkara baru yang tak sesuai syariat, maka hal tersebut pasti tertolak. Allah Azza wa Jalla berfirman:
"Barangsiapa mencari agama selain dari agama Islam, maka sekali-kali tidaklah akan diterima (agama itu) daripadanya, dan dia di akhirat termasuk orang-orang yang rugi". (Ali-Imran/3: 85).
(VIO)