Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.86.0
Konten dari Pengguna
4 Metode Dakwah Sunan Muria Dalam Menyebarkan Agama Islam
23 Desember 2020 20:18 WIB
Tulisan dari Berita Hari Ini tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Dalam melangsungkan dakwahnya, Sunan Muria lebih menyasar kaum nelayan, pedagang, dan rakyat jelata. Gelar Sunan Muria disandangnya karena tempat berdakwah menyiarkan agama Islam Sunan Muria terletak di kaki Gunung Muria.
Bahkan dalam perkembangan selanjutnya, Sunan Muria membangun pesantren dan masjidnya di puncak gunung tersebut, persis di belakang masjid yang dibangunnya sendiri. Metode dakwah yang dilakukan Sunan Muria sendiri lebih menekankan pendekatan secara langsung kepada masyarakatnya.
Berikut motode dakwah yang digunakan Sunan Muria dalam menyebarkan agama Islam.
Metode Dakwah Sunan Muria
1. Menitikberatkan Rakyat Jelata
Dalam menyebarkan agama Islam, Sunan Muria lebih memusatkan pada rakyat jelata dan bukan kaum bangsawan. Beliau lebih senang mengasingkan diri bersama rakyat jelata dibandingkan tinggal di pusat Kerajaan Demak. Metode dakwah beliau sering disebut dengan Topo Ngeli, yang berarti menghanyutkan diri di dalam masyarakat.
ADVERTISEMENT
Sementara itu, agar bisa berbaur dengan masyarakat sekitar pegunungan tersebut, beliau kerap memberikan keterampilan untuk para pelaut, nelayan, pedagang, dan rakyat jelata. Beliau bisa mengumpulkan mereka yang notabene adalah pekerja yang sangat sulit untuk meluangkan waktu belajar agama. Jadi dengan memberikan keterampilan, Sunan Muria dapat dengan mudah menyampaikan ajaran Islam kepada mereka.
2. Dakwah Menggunakan Akulturasi Budaya
Meskipun Sunan Muria diterima dengan baik oleh masyarakat, bukan berarti proses dakwah beliau berjalan dengan lancar. Kebanyakan penduduk di kawasan gunung Muria masih menganut kepercayaan turun temurun yang sulit untuk diubah. Sunan Muria menggunakan metode dakwah bil hikmah, yaitu dengan cara-cara bijaksana dan tidak memaksa.
Dalam menyikapi kebiasaan masyarakat yang sering melakukan adat Kenduren, maka Sunan Muria meniru gaya moderat ayahnya, yang tidak mengharamkan tradisi peringatan telung dino hingga sewu dino. Tradisi yang dilakukan untuk memperingati hari-hari tertentu kematian anggota keluarga ini tidak dilarang.
ADVERTISEMENT
3. Mempertahankan Kesenian Gamelan dan Wayang
Sunan Muria juga tetap mempertahankan alat musik daerah seperti gamelan dan kesenian wayang untuk media dakwahnya. Beliau tidak mengubah budaya yang ada, namun memasukkan ajaran-ajaran Islam di dalamnya. Beberapa lakon pewayangan diubah karakternya dengan membawa pesan-pesan Islam, seperti kisah Dewa Ruci, Petruk dadi Ratu, Jimat Kalimasada, Mustakaweni, Semar Ambarang Jantur, dan lain sebagainya.
4. Menciptakan beberapa Tembang Jawa
Sunan Muria juga menciptakan beberapa lagu atau tembang macapat Jawa yang berisi tentang ajaran Islam. Beberapa karyanya yang terkenal yaitu tembang Sinom dan Kinanthi. Melalui tembang, masyarakat akan dengan mudah menerimanya serta mampu mengingat ajaran Islam yang terkandung di dalamnya untuk bisa diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
ADVERTISEMENT
(VIO)