5 Adab Bertamu yang Perlu Diperhatikan Umat Muslim

Ilustrasi bertamu Foto: Evelyn Paris on Unsplash

Silaturahmi adalah bagian penting untuk menjalin persaudaraan dan kerukunan dengan sesama. Salah satu bentuk silaturahmi adalah bertamu.

Hikmah dan manfaat bertamu juga dibahas dalam hadits yang diriwayatkan Ad-Dailami.

إِذَا دَخَلَ الضَّيْفُ عَلَى الْقَوْمِ دَخَلَ بِرِزْقِهِ وَإِذَاخَرَجَ خَرَجَ بِمَغْفِرَةِ ذُنُوْبِهِمْ

Artinya: “Ketika tamu datang pada suatu kaum, maka ia datang dengan membawa rezekinya. Ketika ia keluar dari kaum, maka ia keluar dengan membawa pengampunan dosa bagi mereka,” (HR. Ad-Dailami).

Dari hadits tersebut dijelaskan bahwa ada keberkahan yang didapat saat menerima tamu atau bertamu. Namun, bertamu atau menerima tamu juga tak bisa dilakukan sembarangan. Ada adab bertamu yang harus diperhatikan sesuai syariat Islam.

Mengutip buku The 9 Golden Habits for Brighter Muslim oleh Dr. H. Agus Sukaca, M.Kes., ada 5 adab bertamu yang perlu dipahami umat Muslim.

Adab Bertamu

1. Mengucapkan Salam Ketika Bertamu

Mengucapkan salam saat bertamu merupakan anjuran Rasulullah SAW, seperti yang dijelaskan dalam hadits berikut:

“Dari Kildah bin Al-Hanbal, bahwa dia masuk ke rumah Rasulullah tanpa mengucap salam dan meminta izin, maka beliau SAW pun bersabda, Kembalilah, ucapkan Assalamu’alaikum, bolehkah saya masuk.” (HR Abu Dawud dan Tirmidzi).

2. Bertamu Apabila Diizinkan

Ada batasan untuk meminta izin masuk ke rumah seseorang, yaitu 3 kali. Apabila tidak diizinkan tuan rumah, maka diharuskan pulang.

“Dari Abu Musa Al-Asy’ary RA, dia berkata: Rasulullah bersabda, ‘Minta izin masuk rumah itu tiga kali, jika diizinkan untuk kamu (masuklah) dan jika tidak maka pulanglah!’” (HR. Bukhari dan Muslim).

3. Tidak Menginap Lebih dari 3 Hari

Mengutip laman NU Online, terdapat sebuah hadits yang menjelaskan mengenai batasan dalam bertamu.

أن رسول الله صلى الله عليه وسلم قال: من كان يؤمن بالله واليوم الآخر فليكرم ضيفه جائزته يوم وليلة والضيافة ثلاثة أيام فما بعد ذلك فهو صدقة ولا يحل له أن يثوي عنده حتى يحرجه Artinya,

“Rasulullah SAW bersabda, ‘Siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, maka muliakanlah tamu dengan menjamunya sehari semalam. Jamuan hak tamu hanya berjangka tiga hari. Lebih dari itu, jamuan bersifat sedekah. Tidak boleh bagi tamu untuk menginap di tempat tuan rumah sehingga menyusahkannya.” (HR. Al-Bukhari)

4. Menikmati Hidangan yang Disajikan

Ketika bertamu, umat Muslim harus menghormati segala bentuk hidangan yang disajikan dan tidak mencelanya.

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ مَا عَابَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ طَعَامًا قَطُّ إِنْ اشْتَهَاهُ أَكَلَهُ وَإِنْ كَرِهَهُ تَرَكَهُ

“Dari Abu Hurairah ia berkata; Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam tidak pernah mencela makanan sekali pun. Bila beliau berselera, maka beliau memakannya dan bila tidak suka, maka beliau meninggalkannya.” (HR Bukhari, Muslim, Ahmad, At-Tirmidzi, Abu Daud, Ibnu Majah)

5. Berdoa untuk Tuan Rumah

Setelah selesai bertamu, ucapkan terima kasih atas segala sambutan dan hidangan yang diberikan. Jangan lupa juga untuk memanjatkan syukur kepada Allah SWT karena rezeki bisa datang dari mana saja, salah satunya melalui perantara tuan rumah.

عَنْ أَبِي سَعِيدٍ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَنْ لَمْ يَشْكُرْ النَّاسَ لَمْ يَشْكُرْ اللَّهَ

“Barang siapa yang tidak bersyukur kepada manusia, berarti ia tidak bersyukur kepada Allah”. (HR Tirmidzi)

(PDN)