Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.103.0
Konten dari Pengguna
5 Etika Berbicara dalam Islam yang Wajib Diketahui Seorang Muslim
14 September 2021 9:36 WIB
·
waktu baca 3 menitTulisan dari Berita Hari Ini tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan

ADVERTISEMENT
Islam sangat memperhatikan masalah etika dan adab dalam kehidupan sehari-hari. Ada beberapa etika yang diatur di dalam Islam, salah satunya etika berbicara.
ADVERTISEMENT
Rasulullah SAW telah memberikan contoh kepada umatnya bagaimana etika berbicara dalam Islam. Rasulullah terkenal dengan kelembutannya saat berbicara, sehingga banyak yang merasa dimuliakan oleh Beliau.
Dikutip dari jurnal Etika Berbicara dalam Tafsir Al Misbah oleh Rofi’i Hanafi, etika berbicara dijelaskan dalam Alquran surat Al-Baqarah ayat 263, yaitu:
قَوْلٌ مَّعْرُوْفٌ وَّمَغْفِرَةٌ خَيْرٌ مِّنْ صَدَقَةٍ يَّتْبَعُهَآ اَذًى ۗ وَاللّٰهُ غَنِيٌّ حَلِيْمٌ
Artinya: Perkataan yang baik dan pemberian maaf lebih baik daripada sedekah yang diiringi tindakan yang menyakiti. Allah Mahakaya, Maha Penyantun.
M. Quraish Shihab dalam buku Tafsir Al Misbah menafsirkan ayat tersebut dengan arti lebih baik memberi sesuatu tanpa berkata apa pun, daripada memberi tetapi memaki-makinya setelahnya. Oleh karena itu, etika dalam berbicara sangatlah perlu. Lalu bagaimana etika berbicara dalam Islam? Simak ulasan berikut.
ADVERTISEMENT
Etika Berbicara dalam Islam
Menurut jurnal Adab Bicara Dalam Prespektif Komunikasi Islam oleh Hakis, ada beberapa etika berbicara dalam Islam yang perlu diperhatikan, yakni.
1. Jujur dalam berbicara
Etika berbicara yang pertama adalah jujur. Kejujuran menunjukkan ke-Islaman seseorang. Maka hendaknya seorang Muslim harus selalu jujur dalam setiap perkataan bahkan dalam candaan sekalipun. Rasulullah SAW bersabda:
“Celakalah orang yang berbicara lalu berdusta untuk membuat orang-orang tertawa. Celakalah dia, dan celakalah dia!” (HR. Abu Daud, dihasankan oleh Al-Albani).
2. Berbicara baik atau diam
Etika berbicara yang kedua adalah seorang Muslim harus memilih perkataan yang baik. Pemilihan kata bertujuan untuk tidak menyakiti hati lawan bicara.
Ketika seorang Muslim diberikan nikmat berbicara, maka gunakanlah untuk berbicara yang baik saja. Sebagaimana firman Allah SWT dalam surat Al Ahzab ayat 70-71 yang berbunyi,
ADVERTISEMENT
“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kamu kepada Allah dan Katakanlah perkataan yang benar. Niscaya Allah memperbaiki bagimu amalan-amalanmu dan mengampuni bagimu dosa- dosamu. dan barangsiapa mentaati Allah dan Rasul-Nya, Maka Sesungguhnya ia telah mendapat kemenangan yang besar.” (QS. Al Ahzab:70-71)
3. Tidak Ghibah
Etika berbicara dalam Islam selanjutnya adalah menghindari perbuatan menggunjing dan mengadu domba. Allah Berfirman dalam surat Al Hujurat ayat 12 yang berbunyi,
“Dan janganlah sebagian kamu menggunjing sebagian yang lain.” (QS. Al Hujurat:12)
4. Melihat wajah lawan bicara
Etika berbicara dalam Islam yang keempat, yaitu melihat wajah lawan bicara. Jika berbicara secara langsung, pandanglah wajah orang yang ada di hadapan.
Hal ini akan membuat lawan bicara merasa lebih dihargai. Sebagaimana dijelaskan oleh Ibnu Abbas dalam hadits berikut:
ADVERTISEMENT
“Rasulullah SAW mempunyai sebuah cincin dan memakainya. Kemudian Rasulullah SAW bersabda, “Cincin ini telah menyibukkanku dari (memperhatikan) kalian sejak hari ini (aku memakainya), sesaat aku memandangnya dan sesaat aku melihat kalian”. Kemudian beliau pun melempar cincin tersebut.” (Hadist Shahih An Nasai no. 5304)
5. Tidak berdebat
Debat merupakan pintu dari terbukanya kesalahpahaman antar sesama umat Muslim. Ini disebabkan karena satu sama lain saling mempertahankan pendapat dan argumennya masing-masing. Apalagi ketika debat didasari dengan ketidaktahuan dari informasi yang didapatkan.
Walaupun perdebatan adalah hal yang lumrah terjadi dalam sebuah komunikasi. Namun, hal ini hendaknya dihindari karena membuang- buang waktu bahkan bisa memutuskan silaturahmi serta menciptakan permusuhan.
(IPT)