Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.86.0
Konten dari Pengguna
5 Keteladanan Nabi Muhammad SAW yang Menjadi Sumber Ajaran Islam
18 April 2022 9:10 WIB
·
waktu baca 4 menitTulisan dari Berita Hari Ini tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Nabi Muhammad SAW merupakan Nabi dan Rasul terakhir yang diutus oleh Allah SWT sekaligus menjadi suri tauladan bagi umatnya. Seluruh ucapan, perbuatan, dan sikap beliau menjadi sumber ajaran Islam yang dapat menuntun umat Muslim ke dalam kebaikan.
ADVERTISEMENT
Muhammad Ridwan Lubis menjelaskan dalam bukunya Agama dan Perdamaian bahwa Nabi Muhammad SAW telah menjadi sebuah panutan (uswatun hasanah) sebagai manusia paripurna dalam segala hal. Baik itu dalam kehidupan pribadi, keluarga, masyarakat, dan hubungan dengan umat selain agama Islam.
Keteladanan Nabi Muhammad dalam seluruh aspek kehidupan ini telah dijelaskan dalam firman Allah SWT pada surat Al-Ahzab ayat 21, yang artinya:
"Sungguh, telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari Kiamat dan yang banyak mengingat Allah." (QS. Al Ahzab: 21)
Oleh karena itu, umat Muslim dianjurkan untuk dapat meneladani Nabi Muhammad SAW dan mampu menerapkan dalam kehidupan sehari-hari. Salah satu yang dapat diteladani dari Rasulullah yaitu sifat-sifat yang dimilikinya, apa saja? Simak urainnya berikut.
ADVERTISEMENT
Keteladanan Nabi Muhammad SAW
Dikutip melalui buku Ensiklopedia Sahabat karya Ibnu Al Jauzi, berikut ini adalah keteladanan Nabi Muhammad yang dapat dijadikan contoh bagi umat Muslim:
1. Memiliki sifat rendah hati
Rendah hati merupakan akhlak yang sangat penting dimiliki setiap insan, sebab sifat ini akan melahirkan berbagai sikap-sikap mulia dan menentramkan kehidupan masyarakat. Sebagaimana yang dicontohkan oleh Nabi Muhammad, beliau selalu rendah hati kepada siapapun, bahkan tidak pernah menyombongkan kemuliaan dan keistimewaannya.
Seperti yang dijelaskan dalam sabda Nabi pada sebuah hadits riwayat Bukhari berikut ini:
Dari Umar ra, ia berkata, “Rasulullah SAW bersabda, ‘Janganlah kalian menyanjungku (secara berlebihan) sebagaimana orang-orang Nasrani telah menyanjung-nyanjung Isa Ibnu Maryam secara berlebihan, karena sesungguhnya aku hanya seorang hamba. Oleh karena itu, sebutlah (diriku) sebagai hamba Allah dan Rasul-Nya’.” (HR. Bukhari)
ADVERTISEMENT
2. Memiliki akhlak yang mulia
Rasulullah SAW terkenal memiliki akhlak yang paling mulia, yang dapat dijadikan sebagai teladan bagi umatnya. Di antara akhlak mulia beliau yaitu selalu berprasangka baik, tidak pernah berbuat keji, berlaku kasar, dan tidak pernah berteriak.
Selain itu, Rasulullah SAW juga tidak pernah membalas perbuatan buruk yang menimpanya kepada seseorang. Bahkan beliau mendoakan orang yang berbuat jahat padanya dengan hal-hal yang baik.
Sebagaimana telah dijelaskan dalam sebuah hadits Imam Ahmad, dari Abu Abdila Al Jadali, dia berkata, “Aku berkata kepada Aisyah, ‘Bagaimanakah akhlak Rasulullah SAW kepada keluarganya?’ Aisyah menjawab, ‘Beliau adalah orang yang paling terpuji akhlaknya. Rasulullah sama sekali tidak pernah berbuat keji, berlaku kasar, dan tidak pernah berteriak-teriak di tengah pasar. Beliau tidak akan membalas keburukan dengan keburukan yang serupa. Namun beliau akan memberikan ampunan dan maaf atas keburukan yang ditujukan kepada dirinya secara pribadi.” (HR. Imam Ahmad)
ADVERTISEMENT
3. Rasa kasih sayang Nabi terhadap sesama
Rasa kasih sayang Nabi Muhammad dapat dilihat dari sifat-sifatnya yang sangat mulia. Beliau dikenal lemah lembut kepada para sahabatnya, memaafkan mereka, dan memohonkan ampunan kepada Allah SWT atas dosa-dosa dan kesalahan mereka.
Selain itu, Nabi juga sangat akrab dengan anak-anak. Dikisahkan saat Nabi muhammad sedang menunaikan ibadah sholat, beliau mendengar tangisan seorang anak kecil dan mengkhawatirkan anak tersebut. Nabi lantas mempercepat sholatnya karena beliau tahu kalau ibunya pasti sangat risau dengan tangisan anaknya.
Dari Anas bin Malik, Nabi Muhammad SAW bersabda, “Sesungguhnya aku tengah menunaikan ibadah shalat dan berniat untuk melakukannya dalam waktu yang cukup lama. Namun aku mendengar ada tangisan anak kecil sehingga aku pun mempercepat shalatku. Sebab aku tahu kalau ibunya pasti sangat risau dengan tangisan anaknya.” (HR. Bukhari dan Muslim)
4. Sifat lapang dada Rasulullah
ADVERTISEMENT
Sifat Rasulullah selanjutnya yang hendaknya dimiliki oleh setiap Muslim adalah selalu berlapang dada. Sifat ini akan menjadikan seseorang mampu melaksanakan ketaatan kepada Allah SWT dengan semaksimal mungkin. Misalnya sabar dalam menghadapi ujian atau peristiwa yang kurang menyenangkan dan dapat menerimanya dengan ikhlas.
Sebagaimana yang telah dicontohkan oleh Nabi Muhammad SAW dalam sebuah hadits Bukhari dan Muslim dari Anas bin Malik, ia berkata, “Aku pernah berjalan bersama-sama Rasulullah SAW, yang pada waktu itu mengenakan surban dari daerah Najran yang bagian ujungnya tebal. Lalu beliau dibuntuti seseorang dari dusun yang kemudian berhasil menyusulnya.
Orang dusun itu menarik surban beliau dengan sangat keras, sehingga aku melihat bekas terikan di bagian samping leher Rasulullah karena begitu kuat tarikan tersebut. Kemudian orang dusun itu berkata, ‘Wahai Muhammad, berilah aku harta Allah yang ada padamu’ Rasulullah SAW menoleh kemudian tertawa. Beliau memerintahkan agar orang itu diberi harta.” (HR. Bukhari dan Muslim)
ADVERTISEMENT
5. Kedermawanan Rasulullah
Nabi Muhammad dikenal dengan kebesaran jiwa dan kedermawanannya. Bahkan harta apapun yang dimilikinya senantiasa beliau perjuangkan di jalan Allah tanpa pamrih maupun riya. Kisah-kisah kedermawanannya telah banyak diceritakan dalam sebuah hadits, salah satunya dalam hadits berikut ini:
“Rasulullah pernah didatangi oleh seorang laki-laki yang meminta sesuatu kepada beliau. Maka Rasulullah memerintahkan agar orang itu diberi kambing yang sangat banyak, yang jumlahnya sebanyak jarak antara dua gunung. Akhirnya orang itu kembali kepada kaumnya sembari berkata, ‘Wahai sekalian kaumku, masuklah kalian ke dalam agama Islam, karena sesungguhnya Muhammad akan memberikan sebuah pemberian yang tidak khawatir lagi akan jatuh miskin’.” (HR. Muslim)
(IMR)