Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.102.1
Konten dari Pengguna
5 Kunci Kebahagiaan Rumah Tangga dalam Islam yang Perlu Diterapkan
17 Januari 2023 15:44 WIB
·
waktu baca 3 menitTulisan dari Berita Hari Ini tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan

ADVERTISEMENT
Kehidupan rumah tangga harmonis dan bahagia adalah dambaan bagi setiap pasangan. Dalam Islam, umat Muslim telah diberikan tuntunan lengkap untuk dapat mewujudkan rumah tangga yang sakinah, mawaddah, dan rahmah.
ADVERTISEMENT
Mengutip buku Syariat Cinta Menuju Surga: Rahasia Menikmati Pernikahan Bahagia karya Abu Muhammad Rafif Triharyanto, salah satu kunci kebahagiaan rumah tangga dalam Islam adalah kesungguhan pasangan suami istri untuk saling memahami dan menghargai.
Selain kesungguhan, ada beberapa hal lain yang perlu dilakukan demi tercapainya kebahagiaan rumah tangga. Kunci kebahagiaan yang dimaksud tentu sejalan dan sesuai dengan apa yang diajarkan Islam.
Bagi para pasangan yang penasaran dan ingin mempraktikannya, simak penjelasan mengenai kunci kebahagiaan rumah tangga dalam Islam berikut ini.
Kunci Kebahagiaan Rumah Tangga dalam Islam
Dihimpun dari buku Risalah Doa dan Zikir Keluarga karangan Tim Madinatul Ilmi dan Muhammad Auli, ada beberapa hal yang perlu dimiliki dan diterapkan setiap pasangan suami istri Muslim untuk mencapai kebahagiaan rumah tangga.
ADVERTISEMENT
1. Iman dan amal saleh
Menurut ajaran Islam, iman dan amal saleh merupakan pangkal dari seluruh kebahagiaan dalam rumah tangga. Pasangan suami istri yang sepakat untuk mewujudkan keimanan dan amal saleh dalam rumah tangga akan dilimpahkan kebahagiaan oleh Allah SWT.
مَنْ عَمِلَ صَالِحًا مِّنْ ذَكَرٍ اَوْ اُنْثٰى وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَلَنُحْيِيَنَّهٗ حَيٰوةً طَيِّبَةًۚ وَلَنَجْزِيَنَّهُمْ اَجْرَهُمْ بِاَحْسَنِ مَا كَانُوْا يَعْمَلُوْنَ
Artinya: “Barangsiapa mengerjakan kebajikan, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka pasti akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan akan Kami beri balasan dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan.” (QS. An-Nahl: 97)
2. Menghiasi rumah dengan dzikir
Faktor lain yang mampu mendatangkan kebahagiaan dalam rumah tangga adalah kebiasaan berdzikir yang dilakukan oleh pasangan suami-istri. Dengan memperbanyak dzikir, rumah tangga pasangan tersebut akan menjadi lebih tenang dan tenteram.
ADVERTISEMENT
Ketenangan dan ketenteraman akan membuat pikiran menjadi lebih jernih, sehingga ketika ada masalah, solusi menjadi lebih mudah untuk dicari. Manfaat berdzikir ini dijelaskan langsung oleh Allah SWT dalam surat Ar-Ra’d yang berbunyi:
الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا وَتَطْمَىِٕنُّ قُلُوْبُهُمْ بِذِكْرِ اللّٰهِ ۗ اَلَا بِذِكْرِ اللّٰهِ تَطْمَىِٕنُّ الْقُلُوْبُ ۗ
Artinya: “(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tenteram.” (QS. Ar-Ra’d: 28)
3. Menerapkan keseimbangan
Salah satu prinsip rumah tangga yang diajarkan Islam kepada setiap pasangan suami-istri adalah keseimbangan. Yang dimaksud dengan keseimbangan dalam hal ini adalah saling mengganti dan melengkapi.
Dalam surat Al-Baqarah ayat 228, Allah SWT berfirman:
وَلَهُنَّ مِثْلُ الَّذِيْ عَلَيْهِنَّ بِالْمَعْرُوْفِۖ
Artinya: “Dan mereka (para perempuan) mempunyai hak seimbang dengan kewajibannya menurut cara yang patut…” (QS. Al-Baqarah: 228)
ADVERTISEMENT
4. Menjaga cinta dan kasih sayang
Cinta dan kasih sayang adalah hal yang wajib ada dalam interaksi pasangan suami-istri. Cinta biasanya berlangsung ketika pasangan masih berusia muda dan produktif, sedangkan kasih sayang muncul saat keduanya sudah lanjut usia.
Dengan cinta dan kasih sayang, seorang suami akan berusaha semaksimal mungkin untuk membahagiakan istrinya. Begitu juga sebaliknya, sang istri tentu akan melakukan yang terbaik untuk kebahagiaan suami.
5. Mendahulukan kewajiban daripada hak
Interaksi suami-istri dalam ajaran Islam harus dibangun dengan landasan yang benar, yaitu mendahulukan kewajiban daripada hak. Dalam hadits riwayat Imam Bukhari, Abu Darda digambarkan sebagai orang yang sangat serius dalam beribadah.
Ia tidak berdandan, tidak memperhatikan makan dan tidurnya, dan tidak memiliki hajat pada dunia sama sekali. Salman Al-Farisi kemudian menasihati Abu Darda dengan kalimat yang disetujui Rasulullah.
ADVERTISEMENT
“Terhadap Tuhanmu ada kewajiban yang harus kau tunaikan, terhadap badanmu ada kewajiban yang harus kau tunaikan, terhadap keluargamu ada kewajiban yang harus kau tunaikan. Maka berikan hak kepada orang yang memiliki haknya.” (HR. Bukhari Muslim)
(AAA)