Konten dari Pengguna

5 Tradisi Maulid Nabi Unik di Indonesia yang Penuh Makna

Berita Hari Ini
Menyajikan informasi terkini, terbaru, dan terupdate mulai dari politik, bisnis, selebriti, lifestyle, dan masih banyak lagi.
11 Oktober 2021 12:31 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Berita Hari Ini tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi berdoa. Foto: Shutter Stock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi berdoa. Foto: Shutter Stock
ADVERTISEMENT
Maulid Nabi diperingati umat Muslim setiap tahunnya. Ini menjadi momen penting untuk merayakan hari kelahiran Nabi Muhammad SAW sebagai insan yang mulia.
ADVERTISEMENT
Sebenarnya, perayaan Maulid Nabi sudah dilaksanakan sejak ribuan tahun lalu oleh masyarakat Arab. Seiring berkembangnya waktu, perayaan ini semakin dikenal dan banyak dirayakan oleh umat Muslim di berbagai negara.
Di Indonesia, Maulid Nabi biasa diselenggarakan di surau, masjid, dan pondok pesantren. Biasanya perayaan ini selalu dihiasi dengan berbagai macam tradisi. Apa saja? Untuk mengetahuinya, simak penjelasan berikut.

Tradisi Maulid Nabi Unik di Indonesia

Indonesia dikenal akan keberagamannya yang indah. Termasuk saat Maulid Nabi tiba, masyarakat pun memiliki cara tersendiri dalam merayakannya.
Ilustrasi ayah berdoa. Foto: Shutter Stock
Tradisi Maulid Nabi unik banyak dirayakan umat Muslim di berbagai daerah di Tanah Air. Berikut penjelasan lengkapnya untuk menambah pengetahuan Anda:
1. Tradisi Sekaten
Awalnya, sekaten adalah tradisi yang diciptakan Sunan Bonang sebagai sarana penyebaran agama Islam. Tradisi ini biasa dilakukan saat perayaan Maulid Nabi Muhammad SAW.
ADVERTISEMENT
Mengutip buku Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti SMP/MTs Kelas IX, tradisi sekaten biasa diisi dengan lantunan lagu Islami yang diiringi musik gamelan. Setiap pergantian iramanya, Sunan Bonang selalu menyelipkan bacaan syahadatain atau dua kalimat syahadat. Bacaan ini kemudian dikenal dengan istilah sekaten.
Sampai sekarang, tradisi sekaten masih dilestarikan di lingkungan Keraton Surakarta dan Yogyakarta. Dalam pelaksanaannya, Sekaten biasa menggunakan gamelan-gamelan milik keraton.
Sebelum acara puncak Sekaten, masyarakat biasa mengadakan acara pasar malam. Kemudian setelahnya, ada prosesi berebut isi gunungan sebagai persembahan raja untuk masyarakat setempat.
2. Tradisi Ampyang
Warga Desa Loram Kulon, Kudus, biasa memperingati kelahiran Nabi Muhammad SAW dengan menggelar tradisi Ampyang Maulid. Tradisi ini biasa dilakukan dengan menyajikan makanan yang dihiasi dengan ”ampyang” atau krupuk. Kerupuk ini nantinya diarak keliling desa dengan tujuan akhir ke Masjid Wali At Taqwa di desa setempat.
Ilustrasi berdoa. Foto: Shutter Stock
3. Tradisi Masyarakat Lamongan
ADVERTISEMENT
Di kecamatan Glagah, Lamongan, peringatan Maulid Nabi biasa diselenggarakan dengan pembacaan kitab al-Barzanji. Baik anak-anak maupun orang dewasa datang memeriahkannya dengan membawa hasil bumi berupa buah-buahan.
Kemudian dikenal pula tradisi merangkai ratusan bunga yang nantinya ditempelkan di atas pohon pisang. Mengutip jurnal berjudul Peringatan Maulid Nabi: Tinjauan Sejarah dan Tradisinya di Indonesia karya Moch Yunus, saat acara selesai, bunga itu lalu dibagi-bagikan kepada para warga yang hadir.
4. Tradisi Muludhen
Tradisi Muludhen kerap digelar oleh warga di Pulau Madura, Jawa Timur. Acara ini biasa diisi dengan pembacaan kitab al-barzanji yang dilanjutkan dengan selingan ceramah keagamaan.
Saat perayaan berlangsung, para perempuan biasanya datang ke masjid atau mushala dengan membawa talam yang di atasnya berisi tumpeng. Di sekeliling tumpeng, terdapat beragam buah seperti salak, apel, anggur, rambutan, jeruk, dan lainnya.
ADVERTISEMENT
5. Grebek Maulud
Grebeg Maulud adalah tradisi peringatan kelahiran Nabi Muhammad SAW yang dilaksanakan oleh Keraton Yogyakarta. Biasanya, tradisi ini dilaksanakan setiap tanggal 12 Rabiul Awwal.
Pada acara ini, ada gunungan yang diarak dan diiringi oleh para prajurit keraton. Gunungan tersebut berisi berbagai macam makanan, sayuran, dan buah-buahan yang nantinya diperebutkan masyarakat setempat.
(MSD)