6 Syarat Sah Shalat Jumat yang Wajib Dipahami

Berita Hari Ini
Menyajikan informasi terkini, terbaru, dan terupdate mulai dari politik, bisnis, selebriti, lifestyle, dan masih banyak lagi.
Konten dari Pengguna
24 Maret 2021 17:23 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Berita Hari Ini tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi Shalat Jumat Foto: iStockphoto
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Shalat Jumat Foto: iStockphoto
ADVERTISEMENT
Melaksanakan shalat Jumat merupakan kewajiban bagi lelaki Muslim. Meski pelaksanaannya sama dengan shalat pada umumnya, yaitu diawali dengan niat dan diakhiri dengan salam, shalat Jumat memiliki beberapa rangkaian yang menjadi syarat sahnya.
ADVERTISEMENT
Khutbah merupakan salah satu syarat sah shalat Jumat. Menurut Ahmad Zarkasih dalam Rukun dan Syarat Sah Khutbah Jumat Menurut Mazhab Syafi'iyah, tujuannya khutbah adalah sebagai nasihat sekaligus peringatan untuk menaati perintah Allah SWT serta menjauhi larangan-Nya.
Mengutip situs NU Online, terdapat enam hal yang menjadi syarat sah shalat Jumat, di antaranya.

Syarat Sah Shalat Jumat

1. Shalat Jumat dan kedua khutbah dilakukan di waktu zuhur seperti yang dijelaskan dalam hadits berikut.
أَنَّ النَّبِيَّكَانَ يُصَلِّي الْجُمُعَةَ حِيْنَ تَمِيْلُ الشَّمْسُ
“Sesungguhnya Nabi Saw melakukan shalat Jumat saat matahari condong ke barat (waktu zhuhur)”. (HR.al-Bukhari dari sahabat Anas).
2. Dilaksanakan di area pemukiman warga. Boleh juga dilaksanakan di luar bangunan masjid seperti lapangan.
ADVERTISEMENT
وَلَا يُشْتَرَطُ أَنْ يُعْقَدَ الْجُمُعَةُ فِي رُكْنٍ أَوْ مَسْجِدٍ بَلْ يَجُوْزُ فِي الصَّحْرَاءِ إِذَا كاَنَ مَعْدُوْداً مِنْ خِطَّةِ الْبَلَدِ فَإِنْ بَعُدَ عَنِ الْبَلَدِ بِحَيْثُ يَتَرَخَّصُ الْمُسَافِرُ إِذَا انْتَهَى إِلَيْهِ لَمْ تَنْعَقِدْ اَلْجُمُعَةُفِيْهَا
“Jumat tidak disyaratkan dilakukan di surau atau masjid, bahkan boleh di tanah lapang apabila masih tergolong bagian daerah pemukiman warga. Bila jauh dari daerah pemukiman warga, sekira musafir dapat mengambil rukhshah di tempat tersebut, maka Jumat tidak sah dilaksanakan di tempat tersebut”. (al-Ghazali, al-Wasith, juz.2, hal.263, [Kairo: Dar al-Salam], cetakan ketiga tahun 2012).
3. Rakaat pertama harus dilaksanakan secara berjamaah. Apabila dalam rakaat kedua jamaah Jumat niat mufaraqah (berpisah dari Imam) dan menyempurnakan ibadahnya sendiri-sendiri, maka shalat Jumat tetap sah.
ADVERTISEMENT
4. Menurut pendapat kuat dalam mazhab Syafi’i, jumlah minimal melaksanakan shalat Jumat adalah 40 orang. Namun, terdapat pendapat lain yang mengatakan bahwa shalat Jumat tetap dianggap sah apabila hanya ada 4 - 12 orang.
Al-Jamal al-Habsyi sebagaimana dikutip Syekh Abu Bakr bin Syatha mengatakan:
قَالَ الْجَمَلُ الْحَبْشِيُّ فَاِذَا عَلِمَ الْعَامِيُّ أَنْ يُقَلِّدَ بِقَلْبِهِ مَنْ يَقُوْلُ مِنْ أَصْحَابِ الشَّافِعِيِّ بِإِقَامَتِهَا بِأَرْبَعَةٍ أَوْ بِاثْنَيْ عَشَرَ فَلَا بَأْسَ بِذَلِكَ إِذْ لَا عُسْرَ فِيْهِ
“Berkata Syekh al-Jamal al-Habsyi; Bila orang awam mengetahui di dalam hatinya bertaklid kepada ulama dari ashab Syafi’i yang mencukupkan pelaksanaan Jumat dengan 4 atau 12 orang, maka hal tersebut tidak masalah, karena tidak ada kesulitan dalam hal tersebut”. (Syekh Abu Bakr bin Syatha, Jam’u al-Risalatain, hal.18).
ADVERTISEMENT
5. Melaksanakan shalat Jumat dilakukan satu kali. Sebagaimana dijelaskan oleh Syekh Abu Bakr bin Syatha’, yaitu:
وَالْحَاصِلُ أَنَّ عُسْرَ اجْتِمَاعِهِمْ اَلْمُجَوِّزَ لِلتَّعَدُّدِ إِمَّا لِضَيْقِ الْمَكَانِ اَوْ لِقِتَالٍ بَيْنَهُمْ اَوْ لِبُعْدِ أَطْرَافِ الْمَحَلِّ بِالشَّرْطِ
“Kesimpulannya, sulitnya mengumpulkan jamaah Jumat yang memperbolehkan berbilangannya pelaksanaan Jumat adakalanya karena faktor sempitnya tempat, pertikaian di antara penduduk daerah atau jauhnya tempat sesuai dengan syaratnya”. (Syekh Abu Bakr bin Syatha, Jam’u al-Risalatain, hal.4).
6. Didahului dengan dua sesi khutbah. Sebelum shalat Jumat dilakukan, harus terlebih melakukan dulu dua khutbah. Ketetapan ini sesuai dengan hadits Nabi Muhammad SAW sebagai berikut.
أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ يَخْطُبُ قَائِمًا ثُمَّ يَجْلِسُ ثُمَّ يَقُومُ فَيَخْطُبُ قَائِمًا
“Rasulullah Saw berkhutbah dengan berdiri kemudian duduk, kemudian berdiri lagi melanjutkan khutbahnya”. (HR. Muslim).
ADVERTISEMENT
(PDN)