Konten dari Pengguna

7 Contoh Puisi tentang Hutan yang Penuh Makna

Berita Hari Ini
Menyajikan informasi terkini, terbaru, dan terupdate mulai dari politik, bisnis, selebriti, lifestyle, dan masih banyak lagi.
9 Juni 2022 9:29 WIB
·
waktu baca 5 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Berita Hari Ini tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi hutan yang bisa dijadikan tema puisi. Foto: Unsplash
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi hutan yang bisa dijadikan tema puisi. Foto: Unsplash
ADVERTISEMENT
Puisi merupakan ragam sastra yang bahasanya terikat oleh irama, rima, serta penyusunan larik dan bait. Puisi memiliki berbagai macam tema, misalnya puisi tentang hutan.
ADVERTISEMENT
Mengutip Ringkasan Materi dan Latihan Soal-Soal UN SMP 2011 oleh Dewi Damayanti, dkk. (2010: 10), terdapat empat unsur puisi yang harus diperhatikan, antara lain:
Puisi adalah karya sastra yang menggunakan kata-kata indah dan padat makna. Ada banyak tema puisi dengan makna mendalam, salah satunya mengenai hutan. Lalu, seperti apa contoh puisi tentang hutan?
ADVERTISEMENT

7 Contoh Puisi tentang Hutan

Ilustrasi membaca puisi tentang hutan. Foto: Unsplash
Puisi selalu mengandung pesan yang ingin disampaikan penyair, tidak terkecuali jika puisi tersebut memiliki tema hutan. Puisi mengenai hutan umumnya disisipkan hal-hal yang berkaitan dengan keberlanjutan hutan, kritikan mengenai kerusakan hutan, dan lain sebagainya.
Dikutip dari Bahasa Indonesia 5B Kelas 5 SD Semester 2 oleh Engkos Kosasih (2007) dan Lewat Puisi oleh Risang Raditya Abisatya (2018), berikut beberapa contoh puisi tentang hutan yang bisa dijadikan sebagai referensi.
1. Hutan
Hutan
Kau dulu berwarna hijau
Kaulah sumber kekayaan alam
Kau simpan air dalam akarmu
Kau hasilkan berbagai jenis kayu
Kau lindungi pula tumbuhan dari hewan
Semua itu untuk kami
Namun, kini kau digunduli
Oleh orang yang tidak tahu
ADVERTISEMENT
Atau memang tidak mau tahu
Bahwa sungguh berarti dirimu
Kini tiada lagi akarmu
Yang mampu menahan
Lajunya banjir dan tanah longsor
Hutan
Sebagai manusia aku malu
Tak dapat melindungimu
2. Hutanku
Dulu
Hutanku hijau subur
Menyelimuti gunung dan bukit
Sebagai sumber kehidupan
Kini
Hutanku tak hijau lagi
Gundul, gersang kerontang
Tangan-tangan tuan menebang
Meski dilarang
3. Ziarah Hutan
Hutan kini tinggal menyisakan kenangan
Sebab kehadirannya sudah tak lagi bermakna
Pohon-pohon sebagian ditebangi oleh manusia
Dan sebagian lainnya dibumihanguskan
Hutan kini tinggal menyisakan cerita
Yang konon kehadirannya dianggap
Sebagai salah satu paru-paru dunia
Namun telah usang termakan zaman
Hutan kini tinggal menyisakan sejarah
Yang ada ada sepanjang masa
Sebab bertahun-tahun lamanya tumbuh dengan permain
ADVERTISEMENT
Namun sekarang batang hidungnya hampir punah
Hutan kini tinggal menyisakan nama
Yang terukir indah di dalam keabadian
Bersama ditaburkannya bunga mawar dan kantil
Mengiringi langkah kepergianmu
4. Rinduku pada Hutan
Rinduku pada hutan
Menghirup udaranya
Memandang rimbunnya
Hijau daunnya
Sepinya
Rinduku pada hutan
Menginjak rumputnya
Embunnya
Rinduku pada hutan
Mendengar kicau burungnya
Teriakan sang kera
Auman harimau
Kegesitan kijang
Atau ular yang melata
Rinduku pada hutan
Rindunya kehidupan
5. Hutanku, Hutan Besi
Berikut puisi karya Ananda Cahyo Wibowo yang dikutip dari Kumpulan Puisi Salam Terakhir oleh Anis Rohana, dkk. (2018).
Jikalau hutan punya pohon, hutanku punya beton
Jikalau hutan ada burung, hutanku punya gedung
Jikalau kau tahu hutan punya hulu, kami tak ada hilir
ADVERTISEMENT
Kami hanya punya semen yang diukir
Apabila hutan punya satwa, kami pun punya pekerja
Apabila hutan punya tumbuhan, kami juga punya pusat perbelanjaan
Hutan rimba pasti teduh dan tenang
Jangan harap, hutanku malah terasa gersang
Bila di hutan punya kembang dan rumput bertabur, setidaknya kami punya aspal yang tumbuh subur
Jika hutan itu sejuk dan menyenangkan, hutanku sesak dan memuakkan
Jika di hutan ada hukum alam yang seimbang
Apalah kuasa, hutanku punya politik yang menggila
Aku tak keberatan bila harus menunggu hujan dari awan
Aku tak keberatan bila harus memakan liarnya rerumputan
Aku pun tak keberatan bila harus tidur beratap awan
Aku lebih tak keberatan bila harus tinggal sendiri di belantara hutan
ADVERTISEMENT
Asal saja
Hutan rimba ini tak tumbuh jadi hutan besi
Para singa juga tidak menggila akan tahta
Jangan ada para ular yang ikut makan rumput
Ya, inilah sepetak hutan baru
Yang mulai tumbuh di hutan Balikpapanku
6. Hutan
Berikut puisi yang ditulis oleh Yun Dong Ju dalam Langit, Angin, Bintang, dan Puisi (Antologi Puisi dan Prosa) (2018).
Waktu menghentak dada
Hutan memanggil jiwa yang gelisah
Seribu tahun telah silam, hutan itu kini kelam
Padanya tersimpan takdir, yang siap memeluk tubuh lelah
Dari atas gelombang hitam yang dipancarkan hutan
Kegelapan menginjak dada muda
Angin malam yang mengusik dedaunan
Mengembuskan kengerian yang menggentarkan
Celoteh kawanan katak di musim panas pertama terdengar di kejauhan
ADVERTISEMENT
Menyuarakan kisah tentang masa lalu desa yang memusingkan
Di sela pohon, bintang bekerjap sendirian
Membawaku menuju harapan akan hari baru
7. Hutan Kota
Berikut puisi yang ditulis oleh Dewi Mulyati dalam Rangkaian Puisi di Gunung Belah (2019).
Pagi ini
Bersama teman-teman di kelasku
Berjalan kami menuju hutan kota
Hutan merupakan paru-paru dunia
Jangan ganggu hutan kita
Sawahlunto
Itulah nama hutan kota yang ada di kota kami
Selain tanaman
Ada juga beberapa hewan-hewan
Yang hidup di dalamnya
Kami senang
Dapat mengunjungi selain rekreasi
Juga pembelajaran yang memuat materi
Ilmu tak sekadar di ruang kelas
Namun di alam bebas banyak yang harus diulas
(SFR)