Konten dari Pengguna

7 Tradisi Menyambut Tahun Baru Islam di Indonesia

Berita Hari Ini
Menyajikan informasi terkini, terbaru, dan terupdate mulai dari politik, bisnis, selebriti, lifestyle, dan masih banyak lagi.
29 Juli 2022 9:03 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Berita Hari Ini tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi masjid. Foto: Unsplash
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi masjid. Foto: Unsplash
ADVERTISEMENT
Tahun Baru Islam merupakan momen penting bagi setiap Muslim di seluruh dunia. Bukan hanya menandai pergantian tahun Hijriah, momen ini juga memperingati masuknya Bulan Allah, yaitu Muharram.
ADVERTISEMENT
Disebut sebagai Bulan Allah karena pada bulan ini tercurah kemuliaan Allah SWT untuk seluruh hamba-Nya. Hal ini dijelaskan dalam riwayat hadis berikut:
"Aku bertanya kepada Rasulullah, 'Malam apakah yang lebih baik dan bulan apakah yang lebih utama?' Beliau menjawab: 'Sebaik-baik malam adalah pertengahannya. Bulan yang paling utama adalah bulan Allah yang kalian sebut Muharram.'" (HR. An-Nasa'i)
Selain menjadi awal dari kalender Hijriah, bulan Muharram juga menjadi momen untuk memperingati peristiwa hijrahnya Rasulullah dari Makkah ke Madinah pada tahun 622 Masehi.
Di Indonesia, ada berbagai tradisi unik yang dilakukan masyarakat dalam menyambut Tahun Baru Islam. Apa saja?

Tradisi Menyambut Tahun Baru Islam di Indonesia

Dikutip dari Dialektika Islam dan Budaya Nusantara dari Negosiasi, Adaptasi hingga Komodifikasi oleh Suprapto (2020: 184-191), berikut beberapa tradisi menyambut Tahun Baru Islam di Indonesia yang biasa dilakukan:
ADVERTISEMENT

1. Tradisi Tabot di Bengkulu

Tabot merupakan tradisi tahunan yang diselenggarakan masyarakat Bengkulu pada tanggal 1-10 Muharam. Tradisi ini digelar sebagai penghormatan kepada cucu Nabi Muhammad, yaitu Imam Husein bin Ali Abi Thalib, yang gugur di Padang Karbala, Irak oleh pasukan Yazid bin Muawiyah.
Sejatinya, tabot adalah peti berisi Kitab Taurat Bani Israil. Kemunculan peti ini dipercaya akan membawa keberkahan dan akan terjadi malapetaka jika hilang. Tabot yang digunakan di Bengkulu berupa miniatur bangunan berundak seperti menara masjid yang dihias indah.
Dalam pelaksanaannya, tradisi Tabot dilakukan dengan serangkaian tahapan yang memperlihatkan episode sejarah Islam dan perjuangan sekaligus kebangkitan Husain bin Ali dalam melawan kezaliman pada saat itu hingga meninggal dunia.
Ilustrasi umat Muslim di dalam masjid pada hari Tahun Baru Islam. Foto: Unsplash

2. Tabuik/Tabot di Pariaman

Tradisi tabot di Bengkulu juga diselenggarakan di daerah lain di Sumatra Barat, tepatnya di Pariaman dengan sebutan tabuik. Dalam pelaksanaannya, ribuan umat Muslim akan terlibat dalam tradisi yang telah menjadi salah satu agenda wisata tahunan di Sumatra Barat ini.
ADVERTISEMENT
Ada tujuh tahapan yang dilewati dalam prosesinya, yaitu mengambil tanah, menebang batang pisang, maatam (prosesi kesedihan), mengarak jari-jari, mengarak sorban, tabuik naik pangkek (menyambungkan bagian tabuik menjadi satu kesatuan yang utuh), hoyak tabuik, dan membuang tabuik ke laut.

3. Bulen Asan Usen di Aceh

Bagi masyarakat Aceh, bulan Muharram dikenal sebagai "bulen apui" (bulan api) atau "bulen asan usen" (bulan Hasan Husen). Ada sejumlah pantangan yang dilakukan masyarakat pada hari tersebut, seperti larangan melangsungkan pernikahan, khitanan, membangun rumah, dan lain sebagainya.
Tak hanya itu, bulan ini diperingati untuk mengenang tragedi pembunuhan cucu Rasulullah yang bernama Hasan dan Husen. Bulan ini juga dikenal sebagai bulan acura atau bulan Asyura. Masyarakat biasa memakan menu bubur kanji acura untuk menyambut Tahun Baru Islam.
ADVERTISEMENT

4. Kirab Kebo Bule di Surakarta

Tradisi ini dilakukan oleh masyarakat Solo dan pihak Keraton Surakarta. Prosesinya dimulai pada malam hari dengan mengadakan kirab yang melibatkan kerbau berwarna putih atau "kebo bule" yang diberi nama Kiai Slamet.
Ratusan orang biasanya ikut hadir dalam kirab ini. Mereka akan berusaha menyentuh kerbau yang dikawal pasukan keraton. Jika kerbau-kerbau tersebut mengeluarkan kotoran, banyak orang yang memperebutkannya dan membawanya pulang karena diyakini akan membawa berkah.
Ilustrasi umat Muslim saat Tahun Baru Islam. Foto: Unsplash

5. Tradisi Bubur Suro di Madura

Salah satu makanan yang sering dihidangkan dan disantap beramai-ramai dalam menyambut 1 Muharam atau yang dikenal masyarakat Jawa sebagai 1 Suro adalah bubur.
Tradisi bubur suro dilakukan masyarakat Madura di Jawa Timur setiap tahunnya dengan membuat bubur Muharram atau Tajin Sora. Tajin Sora terbuat dari bubur nasi dan kuah beras ketan yang terdiri dari dua warna, yakni merah dan putih.
ADVERTISEMENT
Warna merah pada Tajin Sora diartikan sebagai simbol darah yang tumpah dari Husein, cucu baginda Nabi. Sedangkan warna putih melambangkan kesucian perjuangan Husein.

6. Suroan di Klaten

Pada bulan Muharam, masyarakat Klaten di Jawa Tengah biasa menggelar tradisi suroan. Tradisi turun-temurun ini diadakan pada hari ketujuh bulan Muharram.
Pada malam suroan ini, sebagian besar warga tidak tidur selama 24 jam atau terjaga semalam suntuk. Mereka sengaja tidak tidur agar dapat melakukan laku prihatin, yaitu perenungan mendalam tentang berbagai hal yang berkaitan dengan olah rasa atau muhasabah.

7. Ledug Suro di Magetan

Tradisi ini dilakukan masyarakat Magetan mulai dari satu minggu sebelum Tahun Baru Islam dan Tahun Baru Jawa. Tradisi ini dilakukan dengan serangkaian acara, seperti lomba lesung bedhug, tari tradisional jalak lawu, wayang kulit, reog, dan lainnya.
ADVERTISEMENT
(SFR)