Konten dari Pengguna

Abu Thalib, Paman Nabi Muhammad yang Paling Dicintai

Berita Hari Ini
Menyajikan informasi terkini, terbaru, dan terupdate mulai dari politik, bisnis, selebriti, lifestyle, dan masih banyak lagi.
11 Mei 2021 14:22 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Berita Hari Ini tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi paman Nabi Muhammad. Foto: pixabay
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi paman Nabi Muhammad. Foto: pixabay
ADVERTISEMENT
Telah tercatat dalam sejarah beberapa nama tokoh yang berpengaruh dalam penyebaran agama Islam, salah satunya adalah Abu Thalib. Beliau merupakan paman Nabi Muhammad yang paling membela Rasulullah .
ADVERTISEMENT
Sepeninggal ayahnya yang bernama Abu Muthalib, Nabi Muhammad diasuh oleh Abu Thalib. Bersama istrinya, Fatimah binti Asad, Abu Thalib mengurus serta membesarkan Rasulullah dengan penuh kasih sayang.
Bahkan Abu Thalib dengan setia membela Rasulullah dan menjauhkannya dari ancaman kaum kafir Quraisy. Beliau juga turut membantu Rasulullah dalam menyebarkan agama tauhid.
Seperti apa sosoknya? Dan nilai-nilai apa saja yang bisa diambil darinya?

Sosok Abu Thalib, Paman Nabi Muhammad SAW

Abu Thalib memiliki nama asli Abu Manaf bin Abdul Muthalib. Ia merupakan salah satu tokoh besar dari Bani Hasyim yang disegani oleh kaum Quraisy.
Abu Thalib merupakan salah satu paman Nabi Muhammad yang paling dicintai. Beliau begitu gigih membela Rasulullah dan menjauhkannya dari kekejaman kaum kafir Quraisy.
ADVERTISEMENT
Sebagai orangtua pengganti bagi Rasulullah, Abu Thalib begitu menyayangi dan mengasihinya. Istrinya yang bernama Fatimah binti Asad pun begitu kagum pada akhlak terpuji yang dimiliki Rasulullah.
Mengutip buku The Khalifah: Biografi 4 Khalifah karya Abdul Latip Talib, kasih sayang diberikan Abu Thalib dan Fatimah tidak pernah berubah dan justru makin bertambah. Diriwayatkan pada suatu malam mereka berbincang membicarakan Rasulullah, kemudian Abu Thalib berkata:
“Sewaktu Muhammad masih kecil, setiap malam dia tidur di sebelahku. Ke mana saja aku pergi, dia pasti ikut denganku. Meski sekarang ia sudah remaja, kasih sayangku kepadanya tetap seperti dulu, tidak berubah,”
Ilustrasi paman Nabi Muhammad. Foto: pixabay
Kasih sayang Abu Thalib kepada Nabi Muhammad tak lekang oleh waktu. Bahkan sampai wafat pun Abu Thalib tetap membelanya. Ini lah yang membuat Nabi Muhammad begitu mencintai pamannya.
ADVERTISEMENT
Hingga menjelang ajalnya, Rasulullah berusaha untuk terus membujuk Abu Thalib mengucapkan kalimat tauhid. Dikisahkan ketika menjenguk pamannya Rasulullah berkata:
“Wahai pamanku, katakanlah Laa ilahaa iallah, suatu perkataan yang bisa aku gunakan untuk membelamu di sisi Allah”
Saat itu hadir juga Abu Jahal dan Abdullah bin Abu Umayyah bin Al-Mughirah yang juga membisikkan Abu Thalib. Mereka terus mengajak bicara Abu Thalib, sehingga tidak ada kesempatan bagi Rasulullah untuk menyampaikan ajakannya.
Hingga akhirnya tibalah waktunya Abu Thalib wafat dalam keadaan masih memeluk agama nenek moyangnya, yaitu penyembah berhala
Maka dengan hatı sedih, Rasulullah pun berkata, "Sungguh, akan kupıntakan ampunan (kepada Allah) untukmu selama aku tıdak dilarang untuk melakukannya."
Kemudian turunlah ayat 113 Surat At-Taubah yang berbunyi:
ADVERTISEMENT
مَا كَانَ لِلنَّبِيِّ وَالَّذِيْنَ اٰمَنُوْٓا اَنْ يَّسْتَغْفِرُوْا لِلْمُشْرِكِيْنَ وَلَوْ كَانُوْٓا اُولِيْ قُرْبٰى مِنْۢ بَعْدِ مَا تَبَيَّنَ لَهُمْ اَنَّهُمْ اَصْحٰبُ الْجَحِيْمِ
Tidak pantas bagi Nabi dan orang-orang yang beriman memohonkan ampunan (kepada Allah) bagi orang-orang musyrik, sekalipun orang-orang itu kaum kerabat(nya), setelah jelas bagi mereka, bahwa orang-orang musyrik itu penghuni neraka Jahanam.
Mengutip jurnal berjudul Abu Thalib: Sebuah Model Bagaimana Muslim Mencintai Penyembah Berhala, dapat diambil pelajaran penting dari kisah ini, yaitu hak prerogatif Allah kepada hamba-Nya.
Allah memberikan hidayah kepada siapa saja yang ia kehendaki. Sebaliknya jika Allah tidak menghendakinya maka hidayah itu tidak akan sampai padanya.
(MSD)