Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.100.0
6 Ramadhan 1446 HKamis, 06 Maret 2025
Jakarta
imsak04:10
subuh04:25
terbit05:30
dzuhur11:30
ashar14:45
maghrib17:30
isya18:45
Konten dari Pengguna
Abu Thalib, Paman Nabi Muhammad yang Paling Membela Rasulullah SAW
19 Februari 2021 14:49 WIB
Tulisan dari Berita Hari Ini tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan

ADVERTISEMENT
Banyak tokoh yang namanya diabadikan dalam sejarah Islam , salah satunya Abu Thalib. Ia merupakan paman Nabi Muhammad sekaligus anak dari Abdul Muthalib.
ADVERTISEMENT
Sosoknya dikisahkan sebagai tokoh yang berpengaruh dalam kehidupan Rasulullah. Ia dikenal sebagai paman Nabi Muhammad yang paling membela.
Bagaimana sosok Abu Thalib? Dan pelajaran apa saja yang bisa diambil darinya?
Sosok Abu Thalib, Paman Nabi Muhammad
Abu Thalib memiliki nama asli Abdu Manaf bin Abdul Muthalib. Ia merupakan salah satu tokoh besar dari Bani Hasyim yang disegani oleh kaum Quraisy.
Sepeninggal ayahnya, Abu Thalib memutuskan untuk menggantikan posisi beliau untuk merawat Rasulullah. Tak hanya itu, ia juga bersedia mendukung serta membela persebaran agama tauhid dengan sepenuh hatinya
Atas keteguhan hatinya ini ia menjadi salah satu orang yang begitu dicintai Rasulullah. Bahkan di beberapa riwayat disebutkan bahwa kepergian Abu Thalib membawa duka yang sangat dalam bagi Rasulullah.
Mengutip dari jurnal berjudul Abu Thalib: Sebuah Model Bagaimana Muslim Mencintai Penyembah Berhala, ada hikmah yang bisa dipetik dari sosok Abu Thalib yaitu tentang hak prerogatif Allah SWT.
ADVERTISEMENT
Allah berhak memberikan hidayah kepada siapapun yang Dia kehendaki. Begitu pula sebaliknya. Meskipun Abu Thalib berperan banyak dalam kehidupan Rasulullah, namun ia bukanlah orang yang dikehendaki oleh Allah untuk merasakan hidayah-Nya.
Dosa syirik yang dilakukan Abu Thalib menjadikannya sebagai orang yang tidak bisa diampuni oleh Allah SWT. Sebab Allah dapat mengampuni dosa lain, tapi tidak dengan dosa syirik. Begitu dahsyatnya dosa ini sampai Rasulullah pun tidak berhak memohon ampunan atasnya.
Dikisahkan saat Rasulullah menjenguk beliau di akhir hayatnya, Rasulullah bersabda:
“Wahai pamanku, katakanlah Laa ilahaa iallah, suatu perkataan yang bisa aku gunakan untuk membelamu di sisi Allah”
Saat itu hadir juga Abu Jahal dan Abdullah bin Abu Umayyah bin Al-Mughirah yang juga membisikkan Abu Thalib
ADVERTISEMENT
"Wahai Abu Thalib, apakah engkau menghiasi agamanya Abdul Muthalib?"
Mereka terus mengajak bicara Abu Thalib seolah tidak memberi Rasulullah kesempatan untuk menyampaikan ajakannya. Hingga akhirnya tibalah waktunya Abu Thalib wafat dalam keadaan masih memeluk agama nenek moyangnya, yaitu penyembah berhala
Maka dengan hatı sedih, Rasulullah pun berkata, "Sungguh, akan kupıntakan ampunan (kepada Allah) untukmu selama aku tıdak dilarang untuk melakukannya."
Kemudian turunlah ayat 113 Surat At-Taubah yang berbunyi:
مَا كَانَ لِلنَّبِيِّ وَالَّذِيْنَ اٰمَنُوْٓا اَنْ يَّسْتَغْفِرُوْا لِلْمُشْرِكِيْنَ وَلَوْ كَانُوْٓا اُولِيْ قُرْبٰى مِنْۢ بَعْدِ مَا تَبَيَّنَ لَهُمْ اَنَّهُمْ اَصْحٰبُ الْجَحِيْمِ
Tidak pantas bagi Nabi dan orang-orang yang beriman memohonkan ampunan (kepada Allah) bagi orang-orang musyrik, sekalipun orang-orang itu kaum kerabat(nya), setelah jelas bagi mereka, bahwa orang-orang musyrik itu penghuni neraka Jahanam.
ADVERTISEMENT