Air Musta‘mal: Pengertian, Hukum, dan Dalil yang Menyucikannya

Berita Hari Ini
Menyajikan informasi terkini, terbaru, dan terupdate mulai dari politik, bisnis, selebriti, lifestyle, dan masih banyak lagi.
Konten dari Pengguna
29 November 2021 18:02 WIB
·
waktu baca 1 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Berita Hari Ini tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Air. Foto: Freepik
zoom-in-whitePerbesar
Air. Foto: Freepik
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Dalam ilmu fikih, air suci yang tidak menyucikan terbagi menjadi dua, yaitu air musta'mal dan air mutaghayar. Lalu, apa yang dimaksud dengan air musta'mal?
ADVERTISEMENT
Mengutip buku Rahasia Butiran Air Wudhu karya Ust. Mukhsin Matheer, terdapat beberapa pengertian mengenai air musta'mal menurut para ulama, yaitu:
ADVERTISEMENT

Hukum Menggunakan Air Musta'mal

Air. Foto: Freepik
Secara umum, hukum menggunakan air musta'mal terbagi menjadi dua, antara lain:
ADVERTISEMENT

Dalil yang Menyucikan Air Musta'mal

Air. Foto: Freepik
Merujuk kitab yang berjudul Mausu’ah Fiqhiyyah Muyassarah karya Syaikh Husain Al ‘Awaisyah, berikut ini adalah dalil-dalil yang menyebutkan bahwa air musta'mal statusnya suci dan bukan najis.
Pertama: Para sahabat ber-tabarruk dengan air bekas wudhu Nabi Muhammad SAW. Jika air musta’mal najis, tentu tidak akan diperebutkan oleh para sahabat dan pasti dilarang oleh Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam. Dari Al Miswar radhiallahu’anhu, ia berkata:
وإِذا توضَّأ النّبيّ – صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ –، كادوا يقتتلون على وَضوئه
Artinya: “Jika Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berwudhu, mereka (para sahabat) hampir-hampir saling membunuh (karena memperebutkan) bekas wudhu beliau.” (HR. Bukhori).
Kedua: Jika bangkai anjing, kain pembalut wanita, dan kotoran tidak menajiskan keseluruhan air (tidak ada perubahan warna, rasa dan baunya), maka air tersebut bukanlah najis. Dari Abu Sa’id Al Khudri radhiallahu’anhu, ia berkata:
ADVERTISEMENT
عن أبي سعيد الخدري –رضي الله عنه– قال: سمعتُ رسول الله – صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ – وهو يُقال له: إِنَّه يُستقى لك مِن بئر بُضاعة –وهي بئر يُلقى فيها لحوم الكلاب والمحايض وعُذَر النَّاس– فقال رسول الله – صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ -: “إِنَّ الماء طهور، لا ينجِّسه شيء“
Artinya: “Aku mendengar Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam pernah ditanya mengenai air yang diambil dari sumur bidha’ah, yaitu sumur yang biasa dibuang bangkai anjing, kain pembalut dan kotoran. Maka Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda: “air itu suci, tidak bisa dinajiskan dengan apapun.” (HR. Tirmidzi).
Ketiga: Dari Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu, beliau berkata:
وعن أبي هريرة –رضي الله عنه– قال: لقيني رسول الله – صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ – وأنا جُنُب، فأخذ بيدي، فمشيتُ معه حتى قعد، فانْسَلَلْتُ فأتيتُ الرحل فاغتسلتُ، ثمَّ جئت وهو قاعد، فقال: “أين كنتَ يا أبا هرّ؟ “. فقلتُ له ، فقال: “سبحان الله يا أبا هرّ! إِنَّ المؤمن لا ينجُس“.
ADVERTISEMENT
Artinya: “Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam menemuiku saat aku sedang dalam keadaan junub. Lalu beliau memegang tanganku dan berjalan bersamaku hingga sampai di suatu tempat, kami duduk. Lalu aku menyelinap pergi, aku pulang dan mandi. Kemudian aku datangi beliau, saat itu beliau masih sedang duduk. Beliau bertanya, “kemana engkau wahai Aba Hirr?”. Lalu aku pun menyampaikan alasanku tersebut. Seketika beliau bersabda: “Subhaanallah! Wahai Aba Hirr, sesungguhnya sesama Mukmin itu tidak saling menajisi.” (HR. Bukhari dan Muslim).
(NDA)