Al Kadzib: Makna dan Kerugian Melakukannya bagi Umat Muslim

Berita Hari Ini
Menyajikan informasi terkini, terbaru, dan terupdate mulai dari politik, bisnis, selebriti, lifestyle, dan masih banyak lagi.
Konten dari Pengguna
28 Februari 2023 11:06 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Berita Hari Ini tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Al-kadzib artinya, foto: Unsplash
zoom-in-whitePerbesar
Al-kadzib artinya, foto: Unsplash
ADVERTISEMENT
Al-kadzib artinya berbohong. Ini adalah salah satu sifat mustahil rasul-rasul Allah SWT. Itu mengapa Allah memerintahkan umat Muslim untuk menjauhi sifat ini lewat banyak ayat.
ADVERTISEMENT
Salah satunya adalah surat An-Nahl ayat 116. Lewat ayat tersebut, Allah dengan tegas melarang manusia berbohong.
“Dan janganlah kamu mengatakan terhadap apa yang disebut-sebut oleh lidahmu secara dusta 'Ini halal dan ini haram' untuk mengada-adakan kebohongan terhadap Allah. Sesungguhnya orang-orang yang mengada-adakan kebohongan terhadap Allah tiadalah beruntung.” (QS. Al-Nahl: 116)

Pengertian Al-Kadzib

Mengutip jurnal ilmiah berjudul Berdusta Dalam Tinjauan Hadis oleh Rukman Abdul Rahman Said, al-kadzib secara bahasa artinya tindakan dusta atau memberitahukan sesuatu yang tidak sesuai dengan faktanya.
Al-kadzib juga dapat diartikan sebagai informasi atau berita yang sebenarnya tidak ada, namun dibuat seolah-olah menjadi sebuah fakta. Sehingga, banyak orang yang percaya dan meyakininya sebagai kebenaran.

Dosa Sifat Al-Kadzib Menurut Hadits

Al-kadzib artinya, foto: Unsplash

1. Ciri Orang Munafik

ADVERTISEMENT
Diriwayatkan dari Abu Hurairah, Rasulullah SAW bersabda:
“Tanda orang munafik ada tiga yaitu: jika berkata ia berdusta, jika berjanji ia menyalahi, dan jika dipercaya ia berkhianat.” (HR. Bukhari)
Merujuk pada hadits di atas, al-kadzib disebut sebagai ciri orang munafik. Al-Kadzib juga dimaknai sebagai perbuatan dusta atau berbohong.

2. Membawa Keburukan

Diriwayatkan oleh Utsman bin Abu Syaibah, Nabi SAW bersabda:
“Sesungguhnya jujur itu menuntun kepada kebaikan dan kebaikan itu menuntun ke surga, dan seseorang itu berlaku jujur sehingga tercatat di sisi Allah sebagai orang yang shiddiq. Sesungguhnya dusta itu menuntun kepada keburukan dan keburukan itu menuntun ke dalam neraka, dan seseorang yang berdusta sehingga tercatat di sisi Allah sebagai kadzdzaab (suka berdusta).” (HR. Bukhari)
ADVERTISEMENT
Pengertian al-kadzib dalam hadits di atas adalah orang yang senang berdusta. Perilaku dusta diyakini akan membawa pelakunya kepada keburukan di dunia dan akhirat.
Keburukan dunia yang diberikan kepada orang yang memiliki sifat al-kadzib adalah menghilangnya kepercayaan orang. Sedangkan keburukan di akhirat, Allah akan memberikan balasan neraka.

3. Tidak Akan Dibersihkan Dosanya oleh Allah SWT

Diriwayatkan oleh Imam Muslim, Rasulullah SAW bersabda:
‘Tiga jenis manusia, yang kelak pada hari Kiamat, tidak diajak bicara oleh Allah, tidak dipandang olehNya, tidak dibersihkan (dosanya) oleh Nya, dan bagi mereka tersedia azab yang pedih,’’ (Rasulullah Saw mengulangi sabda beliau itu tiga kali, sehingga Abu Dzar berkata: Sungguh mereka itu adalah manusia-manusia gagal dan merugi! Siapa mereka itu wahai Rasulullah? Maka beliau menjawab: Orang yang membiarkan sarungnya terjulur sampai ke bawah mata kaki (al-Musbil), orang yang memberikan sesuatu untuk kemudian diungkit-ungkit (al-Mannan), dan pedagang yang melariskan barang dagangannya dengan bersumpah bohong (al-Kadzib).” (HR. Muslim)
ADVERTISEMENT
Makna al-kadzib pada hadits di atas adalah melakukan sumpah bohong. Orang yang melakukan sumpah bohong kelak di akhirat akan mendapatkan balasan tidak akan diajak berbicara Allah SWT dan tidak akan dibersihkan dosa-dosanya sehingga terhalang menuju ke dalam surga-Nya.

Al-Kadzib yang Diperbolehkan dalam Islam

Diriwayatkan oleh Abdul Aziz bahwa Rasulullah bersabda: “Bukanlah seorang pendusta yang memperbaiki hubungan antara manusia, lalu menanamkan kebaikan atau ia berkata baik.” (HR. Bukhari)
Secara tekstual, hadits di atas tidak menyebutkan kebolehan berdusta. Namun menurut kitab Fath Al-Bary, dusta diperbolehkan apabila berniat untuk mendamaikan kedua pihak yang bertikai.
Kemudian, Ibnu syihad memberikan pernyataan yang menguatkan pendapat tersebut dalam kitab Fath Al-Bary. Ia mengatakan, "Saya sama sekali tidak pernah mendengar hadis yang membolehkan orang untuk berdusta atas sesuatu, kecuali pada tiga hal, yakni di saat berperang, di saat mendamaikan manusia, dan perkataan seorang suami terhadap istrinya atau sebaliknya untuk menyenangkannya."
ADVERTISEMENT
(PHR)