Alasan Mengapa Tan Malaka Disebut Bapak Republik Indonesia

Berita Hari Ini
Menyajikan informasi terkini, terbaru, dan terupdate mulai dari politik, bisnis, selebriti, lifestyle, dan masih banyak lagi.
Konten dari Pengguna
27 Februari 2024 14:46 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Berita Hari Ini tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Tan Malaka Muda. Foto: Istimewa
zoom-in-whitePerbesar
Tan Malaka Muda. Foto: Istimewa
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Tan Malaka merupakan tokoh pejuang kemerdekaan Tanah Air yang terkenal dengan pemikiran komunisnya, tapi mendapatkan julukan Bapak Republik Indonesia. Lantas, mengapa Tan Malaka disebut Bapak Republik Indonesia?
ADVERTISEMENT
Sejarah munculnya julukan tersebut berkaitan dengan keaktifan Tan Malaka dalam menulis buku. Beberapa di antaranya yang populer adalah Madilog, Menuju Merdeka 100 Persen, Gerpolek, Dari Penjara ke Penjara, dan Naar de Republiek Indonesia.
Buku-buku tersebut menunjukkan pemikiran Tan Malaka yang progresif dan berani. Pemikiran ini menginspirasi banyak tokoh negara Indonesia dan pemuda dalam memperjuangkan kemerdekaan.

Profil Tan Malaka

Tugu Peringatan Tan Malaka Foto: Prasetia Fauzani/Antara
Tan Malaka lahir pada tahun 1897 di desa Pandan Gadang, Limopuluh Koto, Payakumbuh, Sumatra Barat. Pria dengan nama lengkap Sultan Ibrahim Datuk Tan Malaka ini tumbuh besar dalam lingkungan keluarga berpegang kuat pada ajaran agama Islam.
Mengutip buku Tan Malaka oleh Masykur Arif Rahman, anak dari pasangan Rasad dan Rangkayo Sinah ini diperkirakan sering mengikuti pengajian agama sejak kecil. Ia juga belajar Al-Quran dan tafsirnya di masjid. Inilah yang membuat Tan Malaka dewasa sangat menghormati gerakan keagaaman untuk kemerdekaan Indonesia.
ADVERTISEMENT
Menurut pengakuan gurunya, Tan Malaka memiliki otak yang cerdas, pemikiran tajam, dan analisis yang tepat. Namun, Tan kecil bukanlah pembelajar yang penurut dan pendiam.
Ia sering menghabiskan waktu dengan bermain bola dan musik. Kegemarannya tersebut terkadang membuat ia lupa waktu mengaji, sehingga sering dimarahi oleh guru mengaji dan ibunya sendiri.
Tan Malaka kecil juga terkenal sering berkelahi atau tawuran. Sikap nakalnya ini membuat ia kerap mendapat hukuman dari ibunya. Namun, Tan Malaka dalam autobiografinya menulis bahwa ia tidak berbuat salah atau kenakalan kecuali ditantang terlebih dahulu.
Zulhasril Nasir dalam bukunya berjudul Tan Malaka dan Gerakan Kiri Mingakabau menilai Tan Malaka kecil sebagai anak yang jujur, lurus, sedikit pemberang, berkemauan keras, dan seorang solidarity maker. Tak heran jika ia tumbuh dewasa dengan pemikiran yang revolusioner, pemberani, teguh dalam pendirian, dan membela tanah air sampai titik darah penghabisan.
ADVERTISEMENT

Mengapa Tan Malaka Disebut Bapak Republik Indonesia?

Mengapa Tan Malaka Disebut Bapak Republik Indonesia. Foto: Pexels
Tan Malaka mengenyam pendidikan dasar di Sekolah Rendah (SR), Seuliki. Setelah merampungkan sekolah dasar, Tan melanjutkan ke Sekolah Guru Negeri atau Kweekschool Fort de Kock atas saran dari gurunya. Di fase inilah ia mulai belajar bahasa Belanda.
Mengutip situs Ensiklopedia Sejarah Indonesia Kemdikbud, pada tahun 1913, Tan Malaka lulus sekolah dan mendapatkan saran dari guru Belandanya untuk melanjutkan pendidikan ke Rijkskwekschool, Belanda. Selama menempuh studi di Belanda inilah Tan Malaka mulai mengenal paham sosialisme-komunisme dan kapitalisme-demokrasi.
Pada tahun 1919, Tan Malaka lulus studi di Belanda dan memutuskan pulang ke Indonesia. Di Tanah Air, ia bergabung dalam barisan perjuangan kemerdekaan Indonesia dan bertemu banyak tokoh pejuang lainnya, seperti Soekarni, B.M. Diah, Wikana, Chairul Saleh, dan masih banyak lagi.
ADVERTISEMENT
Sepanjang hidupnya, Tan Malaka menuliskan banyak karya besar. Salah satu yang populer hingga kini adalah Madilog yang merupakan pokok-pokok pikiran Tan Malaka tehadap paham sosialisme-komunisme yang dianutnya.
Selain itu, ia menulis Naar de Republiek Indonesia (Menuju Republik Indonesia) pada tahun 1925. Buku ini memuat konsep tentang bangsa Indonesia dan perjuangan pribumi untuk lepas dari kolonialisme.
Buku Naar de Republiek Indonesia pula yang menginspirasi Soekarno dan Bung Hatta membentuk Republik Indonesia. Inilah mengapa Tan Malaka mendapatkan julukan Bapak Republik Indonesia.
(DEL)