Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Amul Huzni: Arti dan Kisah yang Terjadi di Baliknya
17 Maret 2022 16:42 WIB
·
waktu baca 3 menitTulisan dari Berita Hari Ini tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Tidak ada seorang pun yang hidup dalam kebahagiaan setiap harinya, pasti akan terselip duka pada masa-masa tertentu. Begitu pula yang terjadi pada Nabi Muhammad SAW. Dalam hidupnya, beliau pernah menghadapi berbagai kesedihan yang sangat dalam yang disebut Amul Huzni.
ADVERTISEMENT
Amul Huzni dikenal oleh umat Muslim sebagai tahun kesedihan Rasulullah SAW terhadap wafatnya seseorang yang beliau kasihi yaitu sang istri tercinta, Khadijah binti Khuwailid dan pamannya yang bernama Abu Talib ibn ‘Abdul Muṭṭalib atau yang lebih dikenal dengan Abu Thalib.
Abu Thalib meninggal di usia 80 tahun. Sementara Sayyidah Khadijah meninggal ketika usia 65 tahun pada tanggal 10 Ramadhan , atau tiga tahun sebelum Rasulullah SAW hijrah ke Madinah.
Untuk memahami lebih dalam tentang Amul Huzni, simak penjelasan di bawah ini.
Pengertian Amul Huzni
Menurut buku Sejarah Kebudayaan Islam yang ditulis oleh Yusak Burhanudin dan Ahmad Fida’, Amul Huzni artinya adalah tahun kesedihan. Pada tahun tersebut Rasulullah SAW ditinggal pergi oleh istri yang selalu menemaninya, juga paman yang selalu menjadi pelindung baginya.
ADVERTISEMENT
Peristiwa Tahun Duka (Amul Huzni) terjadi pada sekitar 619 Masehi atau tahun kesepuluh kenabian Muhammad SAW. Peristiwa ini juga yang menyebabkan Nabi Muhammad SAW memutuskan untuk berhijrah ke Thaif. Di balik peristiwa Amul Huzni terdapat kisah yang sangat membuat Rasulullah SAW bersedih, apa itu?
Kisah yang Terjadi Di Balik Peristiwa Amul Huzni
Disadur dari buku Fikih Sirah oleh Dr Said Ramadhan Al-Buthy, pada tahun kesedihan tersebut, istri Rasulullah SAW, Khadijah binti Khuwailid RA, wafat. Tidak lama kemudian Abu Thalib, paman Nabi Muhammad juga berpulang.
Jarak waktu antara wafatnya Khadijah RA dan Abu Thalib adalah satu bulan lebih lima hari. Atas peristiwa duka tersebut, Rasulullah SAW telah kehilangan istri yang selalu menjadi penenangnya, juga paman yang selalu melindungi dan membantu beliau menghadapi kaumnya.
ADVERTISEMENT
Khadijah RA adalah seorang istri yang selalu mendukung sang suami dalam menjalankan tugasnya sebagai nabi dan rasul. Beliau juga adalah orang pertama yang memercayai kerasulan Nabi Muhammad SAW. Khadijah RA bahkan merelakan seluruh hartanya untuk memperjuangkan agama Allah SWT.
Ketika Khadijah RA dan Abu Thalib wafat, orang-orang kafir Quraisy merasa senang melihat Nabi Muhammad SAW bersedih. Mereka semakin berani untuk menyakiti Rasulullah SAW. Bahkan, melakukan cara-cara yang sebelumnya tidak pernah dilakukan selama Abu Thalib masih hidup.
Orang-orang kafir Quraisy pernah mendekati Rasulullah SAW dan menaburkan debu ke atas kepalanya. Rasulullah SAW kemudian pulang dalam keadaan kepala yang berdebu.
Selain itu, tetangga Nabi Muhammad SAW yang merupakan orang Quraisy selalu melemparkan kotoran ke halaman rumah beliau. Juga mengganggunya ketika beliau sedang menunaikan sholat. Perlakuan kaum kafir Quraisy sangat buruk pada Nabi Muhammad SAW dan para sahabatnya.
ADVERTISEMENT
Oleh karena itu, Rasulullah SAW menyebut tahun kesepuluh kenabian tersebut dengan nama “Tahun Kesedihan” atau Amul Huzni. Sebab, begitu beratnya gangguan yang harus hadapinya dalam berdakwah menyebarkan agama Islam tanpa Khadijah RA dan Abu Thalib di sisinya.
(IMR)