Amul Huzni, Tahun Penuh Kesedihan bagi Nabi Muhammad SAW

Berita Hari Ini
Menyajikan informasi terkini, terbaru, dan terupdate mulai dari politik, bisnis, selebriti, lifestyle, dan masih banyak lagi.
Konten dari Pengguna
16 Februari 2021 7:29 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Berita Hari Ini tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi Nabi Muhammad. Foto: Pixabay
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Nabi Muhammad. Foto: Pixabay
ADVERTISEMENT
Dalam sejarah kehidupan Nabi Muhammad SAW atau yang dikenal dengan sebutan Sirah Nabawiyah, diceritakan bahwa beliau pernah dalam keadaaan duka cita yang amat mendalam.
ADVERTISEMENT
Tahun kesedihan dan terberat yang dialami Rasulullah SAW ini dikenal dengan sebutan amul huzni. Keadaan ini terjadi pada tahun ke-10 nubuwah (kenabian).
Saat itu Nabi Muhammad SAW kehilangan dua orang tercintanya sekaligus, yakni Abu Thalib sebagai pamah dan sang istri tercinta, Sayyidah Khadijah.
Abu Tahib meninggal di usia 80 tahun, sedangkan Sayyidah Khadijah meninggal ketika usia 65 tahun pada tanggal 10 Ramadhan, atau tiga tahun sebelum Rasulullah SAW hijrah ke Madinah.
Tak hanya itu, ada juga beberapa peristiwa yang membuat Rasulullah sedih yang terjadi dalam waktu berdekatan. Berikut ulasan lengkapnya yang dikutip dari jurnal Peristiwa Isra Miraj Nabi Muhammad Menurut Alquran dan Hadits oleh Aceng Zakaria.
Ilustrasi Nabi Muhammad. Foto: Pixabay

Wafatnya Khadijah, Istri Rasulullah SAW

Khadijah binti Khuwailid adalah istri pertama Muhammad SAW yang telah dinikahinya selama 25 tahun. Ia meninggal dunia ketika berusia 65 tahun pada 619 M. Wafatnya Khadijah terjadi tidak lama setelah peristiwa pemboikotan yang dilakukan kaum Quraisy terhadap kabilah Muhammad SAW, Banu Hasyim.
ADVERTISEMENT

Wafatnya Abu Thalib, Paman Rasulullah SAW

Abu Thalib adalah salah satu paman Muhammad dari pihak ayahnya. Beliau merupakan pemimpin kabilah Banu Hasyim. Ia mengasuh Muhammad SAW sejak kakeknya, Muhammad Abdul Muthalib meninggal dunia.
Sebagai pemimpin kabilah, Abu Thalib terus membela keponakannya tersebut. Ia juga ikut dimusuhi pihak-pihak di suku Quraisy ketika menyerukan agama Islam.
Abu Thalib jatuh sakit tidak lama setelah meninggalnya Khadijah. Meski selalu melindungi Rasulullah, Abu Thalib tidak memeluk Islam. Di akhir hayatnya, Muhammad SAW mengajaknya masuk Islam dengan mengucapkan kalimat syahadat.
Ilustrasi. Foto: Pixabay

Hilangnya Perlindungan Kabilah

Meninggalnya Abu Thalib menunjukkan Rasulullah SAW tidak lagi mendapat jaminan keamanan dari kabilahnya sendiri. Posisi Abu Thalib digantikan oleh adiknya, yaitu Abu Lahab.
ADVERTISEMENT
Meski sama-sama paman Rasulullah SAW, Abu Lahab justru dikenal sebagai orang yang keras dan menentang Islam. Perlindungan darinya pun tidak dapat diandalkan.
Nabi Muhammad SAW tidak menemukan pemimpin kabilah lain yang mau melindunginya. Sehingga menurut adat Mekkah, statusnya pada saat itu tidak dilindungi sama sekali dan bisa saja dibunuh tanpa adanya pembalasan.
Sejak meninggalnya Abu Thalib, perlakuan orang-orang Quraisy kepadanya semakin memburuk. Musuh-musuh Rasulullah SAW di Mekkah mulai berlaku kasar kepadanya serta menyerangnya secara fisik.

Perjalanan Menuju Tha'if

Memburuknya situasi di Mekkah membuat Rasulullah SAW memutuskan keluar dari kota tersebut menuju kota Tha'if yang terletak 100 km di tenggara Mekkah.
Di Tha'if, ia menemui tiga bersaudara yang merupakan pemimpin kabilah Banu Tsaqif di kota tersebut. Ketiganya bersedia menemui Nabi Muhammad. Kemudian Nabi Muhammad mengajak mereka memeluk Islam dan membantunya melawan musuh-musuhnya.
ADVERTISEMENT
Namun, ketiga pemimpin kabilah ini menolak ajakan Nabi Muhammad. Saat Nabi Muhammad pergi, mereka mengirim budak dan pelayan mereka untuk menyerang Nabi Muhammad. Rasulullah SAW lari dan berlindung di sebuah kebun milik Utbah bin Rabiah dan Syaibah bin Rabiah.
(VIO)