Anoksia: Pengertian, Gejala, dan Jenis-jenisnya yang Perlu Diwaspadai

Berita Hari Ini
Menyajikan informasi terkini, terbaru, dan terupdate mulai dari politik, bisnis, selebriti, lifestyle, dan masih banyak lagi.
Konten dari Pengguna
25 November 2022 9:55 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Berita Hari Ini tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi sesak napas akibat anoksia. Foto: dok.shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi sesak napas akibat anoksia. Foto: dok.shutterstock
ADVERTISEMENT
Anoksia adalah kondisi yang terjadi ketika tubuh atau otak berhenti mendapatkan oksigen. Hilangnya pasokan oksigen ke tubuh atau otak sangat berbahaya, bahkan mengancam jiwa.
ADVERTISEMENT
Anoksia sejatinya merupakan bentuk ekstrem dari hipoksia, yaitu kondisi ketika salah satu bagian tubuh seseorang hanya bisa memperoleh oksigen dalam jumlah yang sedikit.
Kekurangan oksigen akibat anoksia dapat menyebabkan kerusakan parah yang disebut cedera hipoksik-anoksik. Dalam kasus yang lebih serius, kondisi ini juga dapat mengakibatkan kematian.
Dijelaskan dalam laman Medical News Today, hanya butuh waktu empat menit tanpa oksigen bagi otak untuk menjadi rusak secara permanen. Kekurangan oksigen di otak menyebabkan sel-sel otak mati dan berisiko meningkatkan kemungkinan kerusakan atau kematian otak.
Untuk mencegahnya, kenali lebih awal gejala anoksia beserta jenis-jenis dan penyebabnya yang perlu diwaspadai. Simak penjelasan selengkapnya dalam artikel berikut.

Gejala Anoksia

Ilustrasi anoksia. Foto: Pexels
Gejala anoksia terbagi menjadi gejala ringan dan gejala serius. Mengutip laman Health Grades, gejala yang lebih ringan biasanya mengindikasikan kondisi hipoksia yang cukup darurat. Gejala tersebut meliputi:
ADVERTISEMENT
Sedangkan, gejala anoksia yang serius menunjukkan keadaan yang lebih darurat karena dapat mengancam nyawa. Segera hubungi dokter jika ada seseorang mengalami gejala berikut:

Jenis-Jenis Anoksia dan Penyebabnya

Ilustrasi sesak napas. Foto: Pexels
Ada beberapa jenis anoksia yang dapat dialami. Setiap jenisnya disebabkan oleh faktor yang berbeda-beda. Bisa karena faktor internal seperti masalah pada jantung dan pembuluh maupun faktor eksternal seperti menghirup racun.
Untuk lebih memahaminya, berikut jenis-jenis anoksia dan penyebabnya yang dirangkum dari laman Healthline:

1. Anoksia Anemia

Anoksia anemia terjadi ketika darah tidak dapat membawa oksigen yang cukup ke seluruh tubuh. Akibatnya, fungsi organ tubuh tidak dapat berjalan dengan semestinya.
ADVERTISEMENT
Kondisi tersebut disebabkan oleh kurangnya kadar hemoglobin dalam darah. Hemoglobin merupakan sejenis protein dalam darah yang berfungsi untuk mengantarkan oksigen ke organ dan jaringan.
Jika darah tidak memiliki cukup hemoglobin atau hemoglobin yang ada tidak bekerja secara efektif, suplai oksigen yang dibutuhkan tubuh pun berkurang. Kondisi inilah yang menyebabkan anoksia anemia.

2. Anoksia Toksik

Anoksia toksik terjadi saat seseorang mengonsumsi racun atau bahan kimia berbahaya lainnya. Kondisi ini menghalangi darah membawa oksigen secara efektif ke seluruh tubuh.
Keracunan karbon monoksida merupakan penyebab anoksia toksik yang paling umum. Karbon monoksida dihasilkan ketika gas digunakan sebagai bahan bakar. Sumbernya beragam, mulai dari kompor gas, perapian, atau tungku yang rusak, serta asap kendaraan.

3. Anoksia Stagnan

Dikenal juga sebagai cedera hipoksikiskemik, anoksia stagnan merupakan kondisi di mana darah tidak mencapai otak atau bagian tubuh lain yang membutuhkannya. Kondisi ini juga bisa terjadi ketika darah membawa banyak oksigen dan hemoglobin.
ADVERTISEMENT
Anoksia stagnan umumnya disebabkan oleh masalah kardiovaskular, seperti serangan jantung, detak jantung tidak teratur (aritmia jantung), gagal jantung, dan sebagainya.

4. Anoksia Anoksik

Tidak tersedianya oksigen yang cukup untuk tubuh menjadi penyebab utama anoksia jenis ini. Jika tidak ada cukup oksigen untuk dihirup, tubuh tentu tidak akan bisa mendapatkan oksigen untuk dialirkan ke dalam darah.
Anoksia anoksik lebih berisiko terjadi pada orang yang berada di ketinggian. Sebab dalam kondisi ini, tubuh akan membutuhkan lebih banyak oksigen, sementara ketersediaan udara yang menipis tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan tersebut.
(ADS)