Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.102.2
Konten dari Pengguna
Apa Itu Anosmia, Gejala yang Diderita Banyak Pasien COVID-19
1 Desember 2020 17:59 WIB
Tulisan dari Berita Hari Ini tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan

ADVERTISEMENT
Demam, batuk, dan sesak napas bisa jadi bukanlah gejala yang paling umum dialami pasien COVID-19. Data terbaru dari Office for National Statistics (ONS) menunjukkan bahwa gejala yang paling sering dialami oleh penderita COVID-19 adalah kehilangan kemampuan indra penciuman. Inilah yang disebut anosmia.
ADVERTISEMENT
Kesimpulan ini didasarkan pada penelitian terhadap pasien COVID-19 di Inggris sejak 15 Agustus hingga 26 Oktober 2020. Hasilnya 60 persen pasien di bawah usia 35 tahun melaporkan kehilangan kemampuan penciuman.
Tidak hanya di Inggirs, pola ini telah terlihat sebelumnya di berbagai negara. The Royal College of Surgeons of England melaporkan sebagian besar pasien COVID-19 dari Korea Selatan, China, Jerman, dan Italia mengalami hal serupa.
Anosmia sendiri telah resmi masuk dalam daftar gejala Covid-19 dari Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) AS pada April lalu.
Penyebab Anosmia
Melansir dari Healthline, Anosmia seringkali disebabkan oleh pembengkakan atau penyumbatan di hidung serta disebabkan oleh masalah pada sistem tubuh yang mengirimkan sinyal dari hidung ke otak.
ADVERTISEMENT
COVID-19 unik karena menurut laporan, beberapa pasien mengalami anosmia tanpa penyumbatan hidung. Muncul pertanyaan apa yang menyebabkan anosmia pada pasien yang terinfeksi virus corona?
Beberapa studi terdahulu menilai anosmia terjadi karena neuron sensori yang berfungsi mendeteksi bau dan mengirimkan informasi tersebut ke otak merupakan tipe sel yang rentan. Namun hasil studi dari para peneliti di Harvard Medical School menemukan sebaliknya.
Neuron sensori ternyata bukanlah sel dalam saluran hidung yang paling rentan terhadap SARS-CoV-2. Peneliti menemukan bahwa neuron sensori tidak mengekspresikan gen yang mengkodekan protein reseptor ACE2.
ACE2 merupakan reseptor yang memungkinkan virus SARS-CoV-2 untuk masuk ke dalam tubuh sel. Di hidung, protein ACE2 malah banyak ditemukan dalam sel-sel yang menyokong neuron sensori.
ADVERTISEMENT
“Penemuan kami menunjukkan bahwa novel coronavirus mengubah indera penciuman pada pasien bukan dengan cara menginfeksi neuron secara langsung, tetapi dengan mempengaruhi fungsi sel pendukung,” kata Profesor Sandeep Robert Datta.
Ilmuwan dari Fakultas Kedokteran Universitas John Hopkins juga memiliki kesimpulan serupa. Mereka menemukan bahwa tingkat protein pada jaringan yang digunakan untuk mendeteksi bau berjumlah sangat tinggi, yaitu antara 200-700.
Padahal sel-sel pendukung penciuman ini diperlukan untuk memelihara neuron yang mendeteksi bau dan memberi informasi itu ke otak.
Umumnya saat sel manusia terinfeksi virus, mereka akan melakukan pyroptosis atau penghancuran diri untuk mencegah virus agar tidak sampai menempel pada sel.
Kemungkinan, sel pendukung indera penciuman menghancurkan diri yang kemudian turut mempengaruhi kinerja neuron sensori. Inilah yang menyebabkan hilangnya kemampuan indera penciuman.
ADVERTISEMENT
Gejala Anosmia
Seseorang yang mengalami Anosmia tidak dapat mencium bau-bauan di sekitarnya, termasuk bau badannya sendiri. Hal-hal yang sebelumnya dianggap berbau menyengat tidak tercium lagi, misalnya wangi bunga atau gas yang bocor.
(ERA)