Apa Itu Aphasia, Penyakit yang Sebabkan Bruce Willis Pensiun dari Dunia Peran?

Berita Hari Ini
Menyajikan informasi terkini, terbaru, dan terupdate mulai dari politik, bisnis, selebriti, lifestyle, dan masih banyak lagi.
Konten dari Pengguna
31 Maret 2022 14:31 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Berita Hari Ini tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi aphasia. Foto: pixabay
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi aphasia. Foto: pixabay
ADVERTISEMENT
Kabar kurang menyenangkan datang dari aktor Bruce Willis yang memutuskan pensiun dari dunia peran. Keputusan tersebut diambil setelah bintang film Die Hard ini didiagnosis mengidap penyakit aphasia.
ADVERTISEMENT
“Bruce memutuskan untuk menjauh dari karier yang sangat berarti baginya. Ini adalah waktu yang sangat menantang bagi keluarga kami dan kami sangat menghargai cinta, kasih sayang, dan dukungan Anda yang berkelanjutan," ujar mantan istri Bruce dalam unggahan Instagram.
Bagi yang belum familiar, Aphasia adalah suatu keadaan di mana seseorang kehilangan kemampuan berbahasanya yang telah dipelajari selama ini akibat kerusakan otak. Masalah itu berkaitan dengan kemampuan berbicara, menulis, mengarang, mendengar, dan membaca.
Dikutip dari buku 77 Permasalahan Anak dan Cara Mengatasinya karya Ana Widyastuti, aphasia umumnya disebabkan oleh kerusakan pada pusat-pusat bahasa cortex cerebri. Penyakit ini digolongkan sebagai sindrom gangguan saraf (neurologis) yang bisa menimpa anak-anak ataupun orang dewasa.
Agar lebih memahaminya, berikut penjelasan tentang apa itu aphasia lengkap dengan gejala, penyebab, dan cara mengobatinya yang menarik untuk Anda simak.
ADVERTISEMENT

Gejala Aphasia dan Cara Mengobatinya

Ilustrasi aphasia. Foto: pixabay
Penyakit aphasia menyerang memori otak si penderita. Akibatnya, pasien akan kesulitan dalam mengekspresikan pikiran dan sulit memahami serta menemukan kata-kata saat berkomunikasi.
Biasanya, penyakit ini terjadi secara tiba-tiba setelah pasien mengalami stroke atau cedera kepala berat. Seiring berjalannya waktu, penyakit ini akan berkembang secara bertahap dan memungkinkan pengidapnya menjadi bisu.
Selain itu, penderita aphasia juga bisa mengidap penyakit demensia. Hal ini dapat mempengaruhi kepribadian mereka, sehingga berubah menjadi individu yang lebih cemas dan mudah marah.
Sama seperti gangguan otak lainnya, aphasia juga disertai dengan gejala yang sangat kompleks. Dirangkum dari buku Pendidikan Inklusi: Pedoman Bagi Penyelenggaraan Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus karya Shepty Nurfadillah (2021), berikut uraiannya:
ADVERTISEMENT
1. Disaudia
Disaudia adalah salah satu jenis gangguan bicara yang disebabkan oleh gangguan pendengaran. Misalnya seseorang mengatakan "kopi", maka penderita aphasia akan mendengar kosa kata yang lain seperti topi, rompi, atau yang lainnya.
Ilustrasi aphasia. Foto: pixabay
2. Dislogia
Dislogia adalah bentuk kelainan bicara yang disebabkan oleh kapasitas berpikir atau taraf kecerdasan seseorang yang berada di bawah normal. Pola kemampuan berpikirnya sederhana dan umumnya terbatas pada objek yang bersifat konkret saja.
Rendahnya kemampuan mengingat dapat mengakibatkan penghilangan fonem, suku kata, dan istilah pada memori penderita aphasia. Misalnya, kata “makan" hanya diucapkan dengan "kan", kemudian "ibu memasak di dapur” diucapkan sebagai "bu...sak... pur".
3. Distartia
Diartikan sebagai jenis kelainan bicara yang disebabkan oleh kelumpuhan, kelemahan, kekakuan, serta gangguan koordinasi otot alat-alat ucap atau organ bicara. Hal ini sehubungan dengan kerusakan yang terjadi pada susunan saraf pusat ataupun perfier.
ADVERTISEMENT
Kerusakan pada saraf tersebut memengaruhi koordinasi alat ucap. Sehingga, pergerakan alatnya terganggu dan memengaruhi kemampuan bernapas, fonasi, artikulasi, dan resonansi.
4. Dislalia
Dislalia adalah gejala bicara yang disebabkan oleh kondisi psikososial, yaitu gangguan yang lebih dominan pada faktor lingkungan dan gejala psikologis. Gangguan bicara ini terjadi karena ketidakmampuan pasien dalam memperhatikan bunyi-bunyi yang diterima. Sehingga, ia tidak dapat membentuk konsep bahasa di dalam otaknya.
Ilustrasi aphasia. Foto: pixabay
Aphasia bisa disembuhkan dengan terapi bicara yang didampingi oleh dokter spesialis. Perawatan ini ditujukan untuk meningkatkan kemampuan bahasa dan komunikasi pasien.
Dikutip dari laman Cleveland Clinic, pasien bisa melakukan rehabilitasi, latihan membaca dan menulis, latihan mendengarkan dan mengulang kata-kata, belajar keterampilan bahasa ekspresif, dan lain sebagainya.
ADVERTISEMENT
Kini, mulai tersedia berbagai perangkat dan aplikasi yang dapat membantu mereka dalam membuat kalimat sederhana. Meski sulit, penyakit aphasia bisa disembuhkan.
(MSD)