Konten dari Pengguna

Apa Itu Buraq yang Ditunggangi Rasulullah Saat Isra Mi’raj? Ini Penjelasannya

Berita Hari Ini
Menyajikan informasi terkini, terbaru, dan terupdate mulai dari politik, bisnis, selebriti, lifestyle, dan masih banyak lagi.
26 Januari 2025 17:00 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Berita Hari Ini tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi Isra Miraj dari Masjidil Haram di Makkah menuju Masjidil Aqsa di Yerusalem. Foto: Pexels
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Isra Miraj dari Masjidil Haram di Makkah menuju Masjidil Aqsa di Yerusalem. Foto: Pexels
ADVERTISEMENT
Berbicara tentang buraq artinya membahas tentang salah satu peristiwa penting dalam Islam, yakni Isra Miraj. Isra Mi’raj adalah perjalanan Rasulullah SAW di malam hari bersama malaikat Jibril dari Masjidil Haram di Makkah menuju Masjidil Aqsa di Yerusalem.
ADVERTISEMENT
Setelah itu, Rasulullah dibawa ke langit ketujuh atau Sidratul Muntaha untuk menerima tiga hal dari Allah SWT. Dijelaskan dalam Ringkasan Shahih Muslim susunan M. Nashiruddin al-Albani bahwa tiga hal itu adalah salat lima waktu, bagian akhir surat Al-Baqarah, dan ampunan untuk umat yang tidak menyekutukan Allah SWT.
Perjalanan panjang yang berlangsung semalaman itu ditempuh Rasulullah dengan menunggangi buraq. Apa itu buraq?

Mengenal Apa Itu Buraq

Masjidil Aqsa di Yerusalem, Palestina, tempat yang disinggahi saat persitiwa Isra Miraj. Foto: Reuters/Ammar Awad
Dalam 99 Kisah Menakjubkan dalam Al-Quran karya Ridwan Abqary dijelaskan bahwa buraq adalah kendaraan sejenis burung yang badannya lebih besar dari keledai, tapi lebih kecil dari kuda atau unta.
Meskipun dikategorikan sebagai hewan, tapi buraq tidak seperti hewan lain yang berdaging, bertulang, dan berdarah. Buraq diciptakan dari cahaya dan berwarna putih.
ADVERTISEMENT
Makhluk itulah yang menjadi kendaraan Rasulullah saat Isra Mi’raj. Peristiwa Rasulullah menunggangi buraq diceritakan dalam hadis riwayat Muslim yang panjang.
Berikut potongan hadisnya dikutip dari buku Ringkasan Shahih Muslim susunan Zaki Al-din 'abd Al-azhim Al-mundziri.
Anas bin Malik r.a mengatakan bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Didatangkan kepadaku buraq, yaitu seekor binatang putih panjang, lebih besar dari keledai, tetapi lebih kecil dari baghal. Buraq itu (kalau berjalan) melompat sejauh pandangan matanya, sejauh itu pula ia meletakkan kakinya. Kemudian setelah aku menungganginya sampai ke Baitul Maqdis, aku tambatkan buraq itu di samping pintu, tempat tambatan kendaraan nabi-nabi sebelumku.” (HR. Muslim)

Sikap Muslim terhadap Peristiwa Isra Mi’raj

Ilustrasi Sikap Muslim Saat Membaca Peristiwa Isra Mi’raj. Foto: Chaideer Mahyuddin/AFP
Isra Mi’raj bukanlah peristiwa yang dapat diterima oleh akal sehat manusia. Hal inilah yang membuat Rasulullah merasa tertekan, karena ia mengetahui bahwa orang-orang akan menuduhnya berdusta.
ADVERTISEMENT
Benar saja, dalam hadis Imam Ahmad yang cukup panjang, diceritakan bahwa saat Rasulullah sedang duduk menyendiri, datanglah Abu Jahal untuk bertanya dengan nada mengejek, “Ada sesuatu yang terjadi kepadamu?”
Rasulullah menjawab, “Ya.” Kemudian beliau menceritakan peristiwa Isra Mi’raj yang ia alami semalam. Cerita tersebut tentu saja tak dipercaya oleh Abu Jahal.
Bahkan, Abu Jahal memanggil kaum Rasulullah untuk berkumpul mendengarkan peristiwa Isra Mi’raj ini. Setelah ceritanya usai, beberapa di antara mereka ada yang bertepuk tangan dan meletakkan tangan di kepala untuk menunjukkan bahwa mereka terkesima dengan dusta yang diceritakan Rasulullah.
Namun, salah seorang dari Bani Ka’ab bin Lu’ai yang pernah berkunjung ke Masjidil Aqsha berkata, “Jika benar kau telah mengunjungi Masjidil Aqsha, coba tunjukkan kepada kami ciri-ciri masjid itu!”
ADVERTISEMENT
Rasulullah pun menjelaskan secara terperinci sampai akhirnya orang itu berkata, “Demi Allah, semua ciri yang dia ceritakan adalah benar.”
Sebelum cerita Rasulullah tentang Masjidil Aqsha dikonfirmasi kebenarannya, sahabat Rasulullah bernama Abu Bakar sudah percaya sejak awal.
Abu Bakar berkata, “Sungguh, aku tidak ragu sedikitpun apa yang dikatakan Muhammad. Bahkan lebih daripada itu, aku membenarkannya atas warta-warta langit yang datang pada waktu pagi ataupun sore hari.” (HR. Al-Hakim)
Semenjak saat itulah Abu Bakar selalu dipanggil dengan sebutan Ash-Shiddiq (Sang Pembenar). Nah, sikap inilah yang seharusnya diadopsi oleh seluruh umat Muslim terhadap apa yang dikatakan Rasulullah SAW, termasuk untuk perkara ghaib yang mungkin tak bisa dicerna akal seperti Isra Mi’raj.
ADVERTISEMENT
(DEL)