Konten dari Pengguna

Apa Itu Klithih, Kejahatan Jalanan di Yogyakarta yang Memakan Banyak Korban?

Berita Hari Ini
Menyajikan informasi terkini, terbaru, dan terupdate mulai dari politik, bisnis, selebriti, lifestyle, dan masih banyak lagi.
6 April 2022 10:30 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Berita Hari Ini tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi klitihih. Foto: ANTARA FOTO/Iggoy el Fitra
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi klitihih. Foto: ANTARA FOTO/Iggoy el Fitra
ADVERTISEMENT
Minggu (3/4) dini hari, seorang pelajar SMA Muhammadiyah 2 Yogyakarta bernama Daffa Adzin Alabsith (17) tewas usai disabet gir oleh orang tidak dikenal di Jalan Gedongkuning, Yogyakarta. Tak sedikit masyarakat yang menyangkutpautkan peristiwa tersebut dengan klitih atau klithih.
ADVERTISEMENT
Klithih bukan fenomena asing di Yogyakarta. Masyarakat Yogya kerap menyebut aksi kejahatan jalanan dengan istilah klithih. Beberapa peristiwa klithih pun viral dan menarik perhatian banyak orang.
Kasus kejahatan yang menimpa Daffa bukan yang pertama. Dalam setahun terakhir, ada beberapa kasus klithih yang membuat korbannya tewas hingga menimbulkan keresahan bagi masyarakat setempat.
Rentetan kejadian klithih jelas membuat nama Yogyakarta yang dikenal akan kenyamanannya jadi tercoreng. Lantas, apa itu klithih yang sebenarnya?

Apa Itu Klithih?

Ilustrasi geng motor. Foto: Reuters/Randall Hill
Mengutip Fenomena Klitih Sebagai Bentuk Kenakalan Remaja Dalam Perspektif Budaya Hukum di Kota Yogyakarta tulisan Pamungkas (2018), dalam Bahasa Jawa, klitih merupakan istilah yang merujuk pada kegiatan seseorang keluar rumah di malam hari tanpa tujuan yang jelas atau cari angin.
ADVERTISEMENT
Namun, seiring berjalannya waktu, klithih mengalami pergeseran makna. Istilah klithih diadopsi oleh para remaja atau pelajar untuk menyebut kegiatan naik motor berombongan yang sering berujung pada tawuran antargeng motor.
Dalam konteks kenakalan remaja, klithih adalah istilah untuk menggambarkan tindak kekerasan jalanan yang dilakukan kalangan pemuda atau pelajar. Singkatnya, istilah klithih muncul untuk mengganti kata tawuran.
Pelaku klithih biasanya lebih dari satu orang. Untuk menyerang, mereka biasa menggunakan senjata tajam, seperti pedang, golok, hingga gir. Aksi ini kebanyakan dilakukan di malam hari.
Ilustrasi klitih. Foto: Shutter Stock
Modus pelaku klithih adalah balas dendam dan ingin menonjolkan identitas nama kelompok. Klithih juga disebabkan adanya persaingan untuk penguasaan sebuah wilayah bagi kelompok tertentu.
Namun, kini para pelaku klithih melakukan tindak kriminal tersebut tanpa pandang bulu. Meski kebanyakan terjadi pada remaja atau pelajar, korbannya adalah orang yang tidak dikenal oleh sang pelaku.
ADVERTISEMENT
Ruas jalan yang sepi hingga tempat nongkrong seperti warung bubur kacang ijo atau warung kopi menjadi incaran para pelaku klithih. Hal ini jelas membuat masyarakat Yogyakarta dihantui rasa was-was dan resah.
Terlebih, tidak hanya luka senjata tajam yang diderita korban, beberapa kejadian klithih bahkan membuat nyawa orang tak bersalah melayang, sebagaimana pada kasus yang akhir-akhir ini terjadi.
Kendati demikian, mengutip kumparanNEWS, pihak kepolisian DI Yogyakarta mengimbau masyarakat agar tidak lagi menggunakan klithih untuk menyebut kejahatan jalanan, tawuran, dan semacamnya. Sebab, bagaimanapun juga, klithih sejatinya merupakan budaya Jawa yang baik.
“Kata klitih ini mohon tidak digunakan lagi (untuk jalanan), karena sudah salah kaprah definisi klitih yang sesungguhnya kita harus menghormati kearifan lokal artinya jalan-jalan sore mencari angin ngobrol-ngobrol itu budaya yang baik. Tapi kalau kita gunakan kata ini untuk kejahatan jalanan dan tawuran dan lain-lain, itu berkonotasi negatif,” kata Ditreskrimum Polda DIY Kombes Pol Ade Ary Syam Indradi.
ADVERTISEMENT
(ADS)