Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.94.0
Konten dari Pengguna
Apa Itu No Buy 2025 Challenge di TikTok? Begini Cara Mainnya
30 Desember 2024 13:00 WIB
·
waktu baca 3 menitTulisan dari Berita Hari Ini tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Di penghujung tahun ini, TikTok melahirkan memiliki tren baru yang berkaitan dengan tahun menatang, yakni No Buy 2025 Challenge. Tantangan ini memungkinkan seseorang untuk mengatur kembali perancangan keuangan di 2025.
ADVERTISEMENT
Sesuai namanya, tantangan ini menuntut seseorang untuk tidak berbelanja di 2025. Namun, bukan berarti benar-benar tidak belanja barang apa pun, melainkan lebih berhati-hati atau penuh pertimbangan dalam memilih barang yang ingin dibeli.
Sudah banyak kreator konten di TikTok yang mengikuti tantangan ini. Meski begitu, beberapa netizen masih kebingungan dengan konsep tren terbaru ini.
Sebenarnya, apa itu No Buy 2025 Challenge dan bagaimana aturan mainnya?
Memahami No Buy 2025 Challenge
Di tengah masyarakat yang rata-rata konsumtif dan sering belanja barang-barang yang tidak dibutuhkan, muncul No Buy 2025 Challenge untuk menekan kebiasaan tidak sehat tersebut.
No Buy 2025 Challenge merupakan tantangan mengurangi pengeluaran untuk hal-hal yang tidak mendesak. Sebagai contoh, jika di tahun 2024 Anda sering membeli baju yang ujung-ujungnya hanya ditumpuk, sebaiknya kurangi pembelian di tahun mendatang.
ADVERTISEMENT
Pikirkan kembali hal-hal yang sebenarnya tidak Anda butuhkan, tapi dibeli karena keinginan semata. Meskipun harganya murah, printilan seperti itu tetap akan menguras keuangan jika dibeli secara terus-menerus.
Kemudian catat seluruh pengeluaran tidak mendesak itu untuk dijadikan rujukan di tahun mendatang. Sebagai referensi, berikut contoh No Buy 2025 Challenge yang disusun kreator TikTok, @axelalbertus.
Dampak Negatif Belanja Berlebihan
Belanja berlebihan memang sekilas tidak membawa dampak negatif pada kehidupan. Namun, segala sesuatu yang berlebihan pastinya membawa dampak buruk tersendiri.
ADVERTISEMENT
Menurut Net Impact, permintaan barang yang banyak berpengaruh ke proses produksi. Perusahaan akan melakukan produksi besar-besaran untuk memenuhi permintaan konsumen.
Dampaknya, sumber daya alam yang sering digunakan dalam proses produksi bisa semakin berkurang, seperti hutan, tanah, mineral, dan air. Apabila ekosistem rusak, artinya makhluk hidup akan terdampak secara signifikan pula.
Bagi individu, kebiasaan berbelanja berlebihan juga tidak mendatangkan kebahagiaan sama sekali. Justru, kebiasaan itu bisa memicu rasa tidak bahagia dalam hidup.
Merujuk pada penelitian Kasser dalam buku The High Price of Materialism, orang-orang yang memiliki kebiasaan membeli barang dengan tujuan ekstrinsik lebih rentan memiliki masalah psikologis dan tidak bahagia. Tujuan ekstrinsik yang dimaksud adalah citra, status, atau pujian dari orang lain.
ADVERTISEMENT
Sedangkan orang-orang yang belanja demi tujuan intrinsik atau kebutuhan pribadi, cenderung lebih bahagia dan puas dengan dirinya sendiri.
Oleh karena itu, dianjurkan untuk membeli barang yang benar-benar dibutuhkan. Hindari mengoleksi barang hanya untuk menaikkan status sosial atau membangun citra tertentu.
(DEL)